"Ketika belum yakin pada pilihan, sebaiknya kamu mengambil langkah mundur dan meyakinkannya lebih dulu. Jika tidak maka hanya akan menjadikan kemunduran di dalam hidup"
~Vir~
Afi terhipnotis, kata yang diucapkan Fai terngiang terus seperti alarm. Tubuhnya kau tanpa gerakan dan terus memandang kepergian Fai yang berjalan terus dan lama kelamaan menghilang.
Titttt...tittt... suara klakson motor Kak Ferdi mengejutkan Afi yang mematung. Tubuh Afi terlihat terperanjat dan melompat ke atas trotoar di bagian kanan badan jalan menuju gerbang Kampus.
"Afi lho kamu kenapa?" Ucap Kak Ferdi kaget dengan reaksi Afi, dan menghentikan laju motornya dipinggir trotoar
"Astagfirullah, Kak aduh jantungan aku. Kaget banget" Ujar Afi dan tangannya berposisi menyentuh lutut sambil berdiri dan mengatur nafas karena kaget
"Hahah.... reaksimu lucu Fi. Kamu kenapa? Ngelamun ya? Aku cuma mau menyapa" Ucap Kak Ferdi heran dan berkacak pinggang diatas motornya
"Iya ngelamun. Eh malah datang suara klakson keras banget, auto lompat Kak. Ah Kakak ini... aku kira mobil" Ucap Afi sedikit lebih tenang dan memasang wajah kesal karena ketakutan
"Kamu ini, makanya dijalan jangan ngelamun, bahaya" Ucap Kak Ferdi tersenyum
"Lagian kamu kenapa berdiri disini? Kamu kan naik motor?" Kak Ferdi membuka kaca helm dan semakin terlihat penasaran dengan keanehan itu
"Eh itu kak, cuma...antar barang teman ketinggalan di kelas. Aku ke parkiran dulu ya kak" Pamit Afi ke Kak Ferdi dan pergi menuju ke tempat lain
"Eh Afi..." Panggil Kak Ferdi sedikit berteriak melihat Afi berlalu
"Kenapa sih tuh anak. Aneh" Ucap Kak Ferdi pelan setelah Afi sudah berlalu jauh kearah belakang perpustakaan yang merupakan perkiraan
Diatas motor Afi tersenyum membayangkan ucapan Fai. Ucapan yang membuat waktu berhenti berdetak, mengubah kesadaran Afi menjadi kesunyian. Afi terus tersenyum diatas motor Suzuki GSX-R 150, dengan kecepatan lebih dari 70 Km/jam.
Tiba-tiba Davit menelepon, Afi berhenti dipinggir jalan untuk mengangkat telepon.
Sambungan telepon dengan Davit...
"Gus di mana? Banyak yang mengajak nongkrong nanti sore, kamu bisa ikutkan?" Tanya Davit serius kepada Afi dan terdengar suara banyak orang berbincang
"Vit, makasih bantuannya. Berkat kamu aku bahagia hari ini" Ucap Afi girang dengan suasana hatinya
"Kamu ngomong apa? Jadi ikut apa tidak?" Tanya Davit kebingungan dengan jawaban Afi
"Hhhaaa... sudahlah iya aku akan datang" Ucap Afi dan tertawa karena kebingungan Davit
Sementara di kediri perbincangan Gus Vir dan Abahnya berlanjut...
"Abah, Vir menerima perjodohan ini tetapi ada persyaratan yang Vir ajukan" Ucap Gus Vir ragu dan sedikit gugup karna Gus Vir jarang membantah
"Syarat apa Vir?" Ucap Abah Gus Vir bingung dengan kesepakatan yang diminta Putranya
" Abah Vir setuju untuk menerima perjodohan ini asal pernikahan ditunda hingga 5 tahun kedepan" Ucap Vir mantap ambil matanya menatap penuh harap pada Abahnya
"Tapi apa alasannya" Tanya Abah Vir jelas
"Vir masih muda Abah. Vir ingin menyelesaikan kuliah dan juga berencana akan menghafal Al-Qur'an setelahnya. Jadi setidaknya butuh waktu 5 tahun menyelesaikan semuanya" Jelas Gus Vir panjang lebar
Setelah penjelasan vir di utarakan, Abah Adnan berpikir beberapa menit, memikirkan bagaimana nanti kelangsungan masa depan jika Gus Vir melakukan hal itu.
"Kamu yakin dengan keputusanmu ini?" Tanya Abah Adnan dengan tatapan mencari tahu tekat anaknya
"Nggeh Abah Vir yakin" Jawab Gus Vir yakin
Abah Adnan akhirnya setuju karena melihat tekat besar dimata putranya. Juga keharuannya mengetahui putranya sangat mencintai belajar.
Untuk melanjuti keinginan dan keputusan Gus Vir. Kh. Adnan menuju ke kediaman calon gadis yang akan dijodohkan dengan Gus Vir, yang kebetulan masih didaerah Jawa Timur yakni daerah Probolinggo.
"Assalamualaikum, Kh. Yusuf" Ucap Abah Vir setlah dipersilahkan masuk dan berjabat tangan akrab degan Kh. Yusuf
"Wa'alaikumussalam. Monggo duduk Kh. Adnan. Suatu kehormatan Panjenengan bisa rawuh di kediaman sederhana ini" Ucap Kh. Yusuf sangat ramah dan menyanjung dengan senyum bahagia terlihat di wajahnya
"Hhe...he... bagaimana kabar keluarga, semoga selalu baik dan dalam lindungan Alalh" Tanya Abah Vir
"Alhamdulillah baik Kyai, Saya dan keluarga sangat senang dengan kedatangan Panjenengan. Bagaimana kabar keluarga Kh. Adnan, semoga juga baik" Ucap Kh. Yusuf
"Alhamdulillah, baik Kyai saya kesini sebenarnya bertujuan satu silaturahmi dan yang kedua ingin melanjutkan pembicaraan tentang rencana perjodohan anak kita" Senyum tulus Kh. Adnan di akhir kalimat
"Alhamdulillah, baik Kyai pembicaraan ini memang hadrus dibahas mendetail. Monggo di minum dulu Teh dan camilannya.
"Nggeh Matursuwun" Ucapan Kh. Adnan sembari taagan mengangkat cangkir teh yang sudah disiapkan dan meminumnya dengan nikmat
" Jadi yang ingin dibahas. Ini masalah perjodohan ini apa Kyai?" Ucap Kh. Yusuf memulai dengan pertanyaan
"Iya Kyai, begini kami sekeluarga sangat menyetujui perjodohan ini. Anak kami juga menurut dengan kami, tapi kami meminta beberapa waktu untuk penundaan pernikahan:" Ucapan Abah Adnan sedikit ragu tapi tampak lega
"Menunda? Maksudnya? Tidak jadi dilaksanakan tahun ini?" Tanya Kh. Yusuf malai penasaran tapi mencoba tenang dengan menyunggingkan senyum ramah
"Iya Kyai, Vir anak kami masih ingin belajar. Dia mengatakan bahwa masih muda, dia ingin menyelesaikan kuliah dan hafalan Al-Qurannya setelah lulus. Perkiraan waktu 5 tahun yang di untuk itu." Ucap panjang lebar penjelasan Abah Adnan
"Masya Allah mulia sekali pemikiran putra Kh. Adnan. Tapi kami keluarga dari calon mempelai putri juga memiliki pendapat" Suara Kh. Yusuf mulai berubah dan sedikit keberatan
"Iya Kyai, monggo diutarakan pendapatnya" Jawab Abah Vir mencoba memberi kebebasan untuk Kh. Yusuf mungutkan pendapatnya
"Menurut saya, bukannya semuanya masih bisa dilakukan setelah pernikahan. Lagi pula pernikahan ini juga ibadah yang bisa menjaga mereka dari perbuatan yang tidak diinginkan para orang tua." Ucap Kyai Yusuf jelas
"Benar Kyai. Tapi Vir bersikeras meminta itu karena berpikir harus siap menjadi suami. Untuk menjadi suami maka diperlukan bekal yang tidak sedikit, dalam hal ini ilmu juga termasuk. Dia akan mencari ilu hingga menurutnya siap menjadi bekal melabuh dalam bahtera pernikahan." Ucap Abah Adnan bijak untuk mengutarakan maksud putranya
" Benar memang semua itu. Tapi putri kami juga sudah cukup umur, bahkan sudah menyelesaikan pembelajarannya. Baik dalam akademi (lulusan SMU), maupun segi hafalan Al-Qur'annya (Khafidhoh). Kami khawatir akan ada banyak lamaran lain yang akan datang, dan sulit untuk menolak. Jika Putra Kyai Adnan memilih keputusan ini, maka akan sulit melagukannya bagi keluarga kami. "Ujar Kyai Yusuf dengan wajah muai khawatir
"Benar memang yang Kyai katakan. Tapi bukankah jika kami sudah menjatuhkan lamaran maka tidak dapat menerima lamaran lain? Tujuan penundaan juga untuk kebaikan. Bagaimana jika pertunangan terlebih dahulu tahun depan untuk memastikan kesungguhan kami pada putri Kyai?" Ucap Kh. Adnan untuk menjelaskan
" Saya setuju saja. Tapi sepertinya akan suit menilai ini dengan cara seperti ini. Saya sangat ingin bertemu dengan putra Kh. Adnan langsung dan mendengar kesungguhannya." Ucap Kh. Yusuf meminta syarat kepada Kh. Adnan
"Baik Kyai. Saya akan usahakan Vir bisa bertemu langsung dengan Kyai besok pagi" Ucap Abah Vir meyakinkan
Fai di kampus maupun di lingkungan rumah terus menjalani kehidupannya dengan ceria. Dia mulai merasa mencoba melupakan akan membuat semuanya baik-baik saja. Mungkin sekarang masih sulit, tapi pasti akan terbiasa. Fai mulai berhenti mengecek Ig Gus Vir, menjauhi semua pemikiran tentang Gus Vir untuk menenangkan hati.
"Fai, aku lihat kamu sudah normal lagi.. Kamu sudah tidak sedih?" Ucap Zia menanyakan dengn tangan memegangi tas Fai yang dititipkan karena Fai mengikat tali sepatunya
"Iya Zia. Aku mencoba menjalani kehidupan normal, tidak baik terus berlarut dalam kesedihan" Ucap Fai bersamaan dengan tubuh berdiri dari posisi jongkok dan tangan mengisyaratkan meminta tasnya dari Zia.
"Syukurlah, nah begitu dong. Ini baru Fai sahabatku" Ucap Zia tersenyum cerah dengan memberikan tas Fai ditangannya
Semua orang juga menyambut baik perubahan dari Fai yang kembali ceria.
"Ada yang beda nih, bendahara kita udah balik senyumnya" Ucap Farah menggoda Fai yang datang untuk mengobrol setelah beberapa hati tidak berkumpul degan teman sekelas
"Ah kamu bisa saja, aku hanya sedang tidak bisa berbincag beberapa hai ini" Ucap Fai mengelak dengan halus
"Ah jangan bohong, bendahara kita itu pas nagih uang iuran juga kelihatan banget muka sedihnya. Kenapa sih kemarin-kemarin? Cerita dong" Desak Farah dengan tangan menyenggol tangan Fai yang memegang pulpen hingga terjatuh
"Ah kamu ini Far, mengada-ada saja. Tidak ada apa-apa Farah. Hanya sedang tidak enak badan saja" Ucap Fai mengelak dan memungut pulpennya
"Iya Far jangan mendesak oranglah, kan sudah di jelaskan" Ucap Zia membela Fai yang sedari tadi duduk di sebelah Fai, kebiasaan kelas yang menggunakan bagian belakang kelas untuk duduk di lantai dan saling berbagi cerita
"Ah Fai payah. Tidak cerita jurang seru ah...." Ucapan Farah degan suara semakin keras dan terdengar oleh Afi
"Far, sibuk aja mengurusi urusan orang. Kamu kenapa lagi? Mules?" Ujar Afi menimbrung dan menggunakan kata yang sama saat Farah dulu memandang Afi tanpa berkedip
"Ah Afi itu, aku hanya bertanya, memaag tidak boleh?" Farah berwajah kesal merasa malu dan berdiri untuk kembali ke bangkunya
Begitulah Afi melindungi Fai, selalu saja melakukan sesuatu yang akan membuat keadaan lebih baik. Tidak peduli baik itu perempuan atau laki-laki. Selalu Afi siap membantu temannya itu, meski hingga ini jawaban hati Afi tentang perasaannya masih abu-abu. Afi sendiri belum bisa mengerti perasaannya, dan hanya melakukan banyak hal di luar kebiasaannya.
"Afi, mau tidak melakuaan sesuatu besok?" Tanya Galih untuk mengajak Afi pergi
"Kemana?" Ucap Afi tegas
"Cari sesuatu, mancing atau apalah. pokoknya penting dipantai" Ucap Galih menjelaskan
"Hah? Besok? Ganti hari saja" Jawab jelas
"Ah enak besok hari libur kuliah, kamu emang mau kemana?" Tanya Galih dengan wajah kecewanya
"Aku mau nugas, udha ada janji" Ucap Afi jelas
"Hari weekend nugas? Ah kamu ini batalkan saja. Nugas itu kao udah mepet deadline saja." Ucapa Galih mengajarkan ajaran khususnya tentang tugas
"Ahhhh...ha.... biasanya aku begitu, tapi yang ini beda. Aku harus nugas, kalau tidak akan ada yang kecewa dan marah" Ucap Afi dengan senyum, tapi sebenarnya ditujukan kepada Fai
"Ah buat santai kalau dimarahi ya sudah, suruh dia kerjakan sendiri" Ucap Galih kembali mengajarkan ajaran egoisme
"Iya Bro. Kamu paling jago membuat sesuai sesuai kemauanmu. Tapi aku tidak bisa. Sabtu minggu depan saja. Oke" Ucap Afi menjanjikan kepada Galih dan menepuk bahunya
Begitu cara Afi menjaga janji degan Fai, jika memang sudah berhubungan dengan kegiatan bersama Fai. Maka kegiatan lain akan menanti. Meski tidak jelas apa motivasinya, tetapi kegiatan dengan Fai terasa lebih menyenangkan.
Keesokan harinya Abah Vir sowan ke Ponpes Vir dan meminta izin membawa Vir ke tempat Kh. Yusuf, kebetulan Kh. Mahrus juga mengenal baik Kh. Yusuf dan menitipkan salamnya
"Kh. Yusuf? Alhamdulillah, Vir mau jadi menantu orang Probolinggo ternyata. Ya sudah Abah cuma bisa berdoa yang terbaik untuk kebaikan semua keluarga dan calonmu Vir" Goda Abah Mahrus pada Vir yang terus menunduk tawadu'
"Baik Abah Mahrus kmi pamit" Ucap Abah Vir mewakili dan berdiri mencium tangan Kh. Mahrus yang disambut hangat
"Abah titip salam ke Kh. Yusuf ya Vir" Ucap Abah Mahrus ketika Vir bersalaman dengan Vir
Abah Vir menaiki mobil dan menuju ke rumah Kh. Yusuf. dengan diantar Abahnya untuk membicarakan kesungguhannya.
"Jadi Nak Vir. Bagaimana? Apa yang membuat kamu ingin menunda selama itu?" Ucap Kh. Yusuf serius menatap Vir yang belum berani menatap wajah Kh. Yusuf
" Nggeh Pak Kyai. penundaan ini bagi saya hanya untuk mempersiapkan diri menjadi imam yang baik dan memiliki pengetahuan yang siap menjadi bekal membawa pernikahan bukan hanya didunia, tapi hingga ke Jannah" Ucap Gus Vir mantap
"Masya Allah, jawabanmu sangat bagus. Sepertinya aku tidak salah memilih calon menantu, sudah tampan, pintar, juga pandai mengambil hati hehehh..."Ucap Kh. Yusuf tertawa dan puas dengan jawaban Gus Vir
Perniakah itu akhirnya ditunda untuk 5 tahun ke depan. Semua berjalan lancar, keluarga dari gadis yang dijodohkan dengan Gus Vir sudah terpesona dengan kepribadian Gus Vir. Hanya tinggal menunggu waktu untuk semua haraapn keluarga memiliki menantu dari pemilik pesantren besar di daerah Semarang itu. Tentu saja akan berdampak kepada Pesantren Al-Mubtadi 'in Probolinggo asuhan Kh. Yusuf akan semakin maju dengan pertemuan dua keluarga besar Pesantren ternama.
Ketika semua orang di ruang tamu sibuk berbicara dan bercanda, ada bayangan seorang gadis dibalik tirai yang menyekat ruang tamu dan rung keluarga.
Gadis itu berdiri di pinggir dengan hanya sedikit bagian kerudungnya yang terlihat bayangannya. Sejak tadi mendengar semua percakapan diruang tamu antara Abahnya dan tamu yang berada di sana.
Tangan gadis itu meremas kuat ujung korden bagian pinggir. Dia seperti begitu terkejut dengan berita besar yang menyangkut dirinya.
"Apa ini? Kenapa tidak ada yang mengerti aku" Suara hati Gadis itu geram kemudian berbaik dan menuju ke kamarnya.
_"Ketika kegoyahan hati membuat kesadaran kita hilang. Itu saat untuk menjaga diri tetap di jalur yang benar, supaya semuanya tidak lepas kendali"_
~ Gadis calon Gus Vir~