webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Seram
Peringkat tidak cukup
56 Chs

Sidik jari di atas pasir

"Lucas, Hisashi tolong bantu Oliver" Theodor melihat ketidak berdayaan di raut wajah Oliver. Gengsi besar mampu membuatnya menahan rasa sakit yang tak tertahankan.

Hisashi merapalkan mantra sementara Amarru sibuk menggambar mobil-mobilan yang dilengkapi dengan keterangan warna, besar, dan tipe mobil. Setelah selesai menggambar, dia justru menyelipkan tangan beserta kertas bergambar tersebut ke belakang.

Eve yang berada di bagian belakang tak jauh dari Amarru menatap gambar tersebut lalu mengetuk tiga kali kertas di tangan Amarru sebagai tanda dia sudah melihat gambar itu.

Eve berkonsentrasi penuh membayangkan lokasi mobil mainan kertas secara tepat. Lalu dia membayangkan ukuran, bentuk, warna dan tipe sesuai tipe mobil yang telah Amarru berikan.

Tak lama kemudian, muncul mobil mainan kertas yang teronggok di depan pintu ruang tamu. Lucas memerhatikan munculnya mobil mainan kertas yang tiba-tiba. Sementara Eve membisikan sesuatu pada Lucas.

Lucas langsung maju mendekat ke arah Oliver. Reaksi pertama Oliver adalah ingin menjauh tetapi sebelum dia sempat menggeser kakinya kebelakang, Lucas berjongkok dihadapannya. dia tersenyum ke arah jari kelingking Oliver.

"Hey Nak, siapa namamu?" sapa Lucas membuat bulu kuduk Oliver berdiri.

Mata Oliver membulat memandang Lucas seolah ingin bertanya apa kau sudah gila? semenit kemudian ekspresi kesakitan Oliver mulai berangsur-angsur berkurang meski sebenarnya masih terasa sakit.

Entah dari mana muncul angin menerbangkan butiran pasir yang sengaja dijadikan media menanam tanaman bunga plastik di atas meja ruang tamu. Butiran pasir tersebut berjatuhan di atas meja tak jauh dari vas bunga berada. Makin lama pasir itu makin menebal.

Oliver terkejut melihat sidik jari di atas pasir, yang membentuk sebuah kalimat.

Ryujie

"Ryujie, mengapa kau mengikuti Paman Oliver dan kemudian menggigitnya?" tanya Lucas heran. Anak ini tidak bisa bicara atau enggan berbicara dengannya?

Dia pernah datang ke rumahku. Dan membawa harta karunku. Aku hanya ingin dia mengembalikannya.

Tulisan di pasir silih berganti mengisahkan mengapa dia mengikuti Oliver sampai sekarang.

Jadi namanya Oliver?

"Ya, apa kau ingin mengatakan sesuatu padanya?"

Kembalikan harta karunku! arloji peninggalan Kakakku kembalikan!

"Oliver... kau membawa arloji yang dimaksud Ryujie?" mendengar Lucas menanyakan tentang arloji, dia segera mengambil benda tersebut ke dalam saku jasnya dan memberikan ke Lucas.

Kembalikan ke rumahku Paman,

"Tenang saja. Akan kupastikan dia mengembalikan arlojimu ke rumahmu oke. tetapi Ryujie, apa alasanmu menggigit Paman Oliver?"

Aku melihat Ayah, menunjukku sambil marah-marah. Setelah itu aku ingin mengambil bola tetapi aku merasakan sesuatu menusuk pinggangku dan semuanya menjadi gelap setelah itu.

Karena Ayah menunjukku, aku jadi tidak bisa dilihat Ibu lagi. Aku benci orang yang suka menunjuk orang lain seperti itu. Aku jadi ingat Ayahku yang jahat!

"Paman Oliver tidak sengaja membuatmu mengingat Ayahmu. Jadi maafkan dia ya, lagi pula, Paman Oliver akan mengembalikan arlojimukan?"

Ryujie diam dan termenung memilih tidak menjawab.

"Paman juga akan memberimu hadiah. Kalau kau mau pulang. Hadiah ini bisa kamu sentuh bahkan peluk, tidak seperti arloji dari Kakakmu"

Benarkah? Ada benda seperti itu sungguhan? wajah Ryujie mulai terlihat bahagia.

"Tentu saja. Lihat ke arah pintu itu," Lucas menunjuk ke arah mobil kertas yang teronggok di depan pintu ruang tamu.

"Kalau benda itu Paman bakar, kau benar-benar bisa memegang mainanmu" tambah Lucas sambil berjalan ke arah mobil kertas, diikuti Ryujie dari belakang.

Lucas meraih mobil kertas lalu memandang Hisashi. Pria Biksu ini menganggukkan kepala mengizinkan. Dengan izin Hisashi, Lucas merogoh pemantik api di dalam saku celananya, dan mulai membakar mobil kertas sampai hanya meninggalkan jejak abu.

Sebagi gantinya, Lucas dapat melihat mobil mainan yang dapat digerakkan dengan remote kontrol di sekitar abu. Tampak terlihat nyata, tetapi transparan seperti wujud Ryujie sendiri.

Hantu cilik melompat-lompat gembira melewati pintu dan mengambil hadiahnya dengan sukacita. Ryujie mendongak menatap Lucas lalu menunjuk ke arah Theo.

"Kau ingin bicara padanya?" Lucas mengernyit heran. Ryujie mengangguk singkat.

"Theo. Ryujie ingin menyampaikan sesuatu. Kemarilah" panggil Lucas. Theo yang melihat adegan pasir terbang dan memunculkan banyak kata akhirnya memenuhi panggilan. Jelas karena rasa penasaran. mengapa hantu bocah kecil itu tertarik padanya.

Theo sudah ada di depan Lucas sekarang dan dia melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Lucas pertama kali menyambut Ryujie.

Lucas memerhatikan Theodor berjongkok di depannya tanpa tahu di mana lokasi Ryujie berada. Ryujie berpindah tempat mendekati Theodor. Tangan bocah itu mengarah ke leher Theodor. Lucas ingin bertanya mengapa dia tiba-tiba ingin menyerang Theodor?! tetapi suaranya tak mau keluar. Tubuhnya tak dapat bergerak.

deg

deg

deg

Dia dapat merasakan detak jantungnya berpacu sekarang. dia mengarahkan pandangannya pada Hisashi tetapi baik Hisashi atau Amarru tidak merasakan adanya bahaya. Mereka sangat tenang.

Lucas melirik kembali pada si bocah. Telapak tangan hantu bocah tersebut sudah mencapai kulit leher Theodor. Ryujie kemudian menepuk sekali leher pemuda ini lalu mengarahkan tangannya ke kening Theodor.

Theo terkejut merasakan kerongkongannya mulai berangsur-angsur menjadi normal. Padahal semenjak dia mendapatkan mimpi tercekik lehernya terasa sangat tidak nyaman seolah ada yang mengganjal di dalamnya. Namun dia sengaja tidak menyampaikan keluhannya pada siapa pun.

Dia juga merasakan rasa dingin pada keningnya. Kejutan kedua dimulai saat ini juga. dia mendapatkan penglihatan di mana Ryujie berada di area Red Water Park. Ternyata anak itu mengenal Diandra, Trevor dan Hugho setelah kematiannya.

"Paman, mereka ingin aku menyampaikan sesuatu padamu. Dokter Sergei menempel pada Oliver sebagai inangnya. Kau harus melenyapkan Oliver jika ingin membinasakan Dokter Sergei. Jika inangnya tidak mati, akan sulit memusnahkan Iblis itu" bisik Ryujie di telinga Theodor.

"Dia bisa berpindah ke orang lain jika aku melakukannya" jawab Theo menolak. Lucas tidak dapat menangkap apa isi pembicaraan Theo karena pemuda ini seolah sedang bergumam sendiri tidak jelas.

"Paman, jika ada risiko seperti itu untuk apa mereka menyuruhmu melakukannya? Mereka juga berkata Sergei tidak dapat menjadikan sembarang orang sebagai inangnya. Yang aku tahu hanya itu" bisik Ryujie kembali.

Anak tersebut berbalik mendongak pada Lucas, membungkuk memberi penghormatan lalu menghilang begitu saja bersama mainan barunya dan arloji.

"Apa yang dia lakukan padamu huh? kau tidak apa-apa?!" panik Lucas langsung menanyakan keadaan Theodor setelah dapat menguasai tubuhnya kembali.

Seluruh tubuh Theodor berkeringat dingin ini membuat Lucas sangat waspada. Jangan-jangan anak itu berbuat sesuatu pada sahabatnya ini.

Nauctha bergegas mengangkat lengan Theo agar dia dapat berdiri tegak. Semua orang mulai bertanya-tanya ada apa dengan Theo? pasti ada sesuatu dibalik keanehan sikap pemuda ini baru saja.

Ponsel Kenatt berdering dan Pria tersebut segera menyingkir bersama Adel dan Ferghus masuk ke dalam perpustakaan.

"Jadi, apa kau ingin bekerja sama denganku? Oliver?" suara Hisashi terdengar menggema di ruang tamu bagi Theodor. Begitu mendengar tawaran Hisashi, tubuh Theodor langsung mengeras seperti bongkahan batu.

"Apa bocah itu masih ada? di sana?" tanya Oliver dengan suara gemetar, mencari jawaban dari Lucas.

"Dia sudah pulang. Kau bisa bernafas lega sekarang" Lucas menangkap ketakutan di sorot mata tajam Oliver. Entah mengapa dia sangat puas dengan efek yang ditimbulkan dari kedatangan hantu cilik tadi.

"Oliver... kau belum menjawab pertanyaanku" Hisashi meminta perhatian sekarang.

"Kau yakin jika aku bekerja sama denganmu, maka metode pengobatan kita akan lebih efektif?" desak Oliver sebelum memutuskan apa pun. dia harus waspada. Sebagai seorang ahli, jika ada masalah dengan Pasiennya tentu dia yang akan dituntut.