webnovel

Taman Air Merah

Theodor memilih pesta ulang tahun tak biasa. Theo dan kekasihnya Nauctha sebenarnya memilih Tovkla Water Park sebuah wahana taman air out door berada di Ibu Kota tetangga sebut saja Detulca. Namun, karena suatu hal yang tak terduga mobil yang mereka tumpangi mengalami masalah. Akhirnya mereka liburan di Winter Water Park sebuah wahana taman bermain out door yang di dominasi warna putih dan biru di kota kelahiran mereka, bernama Alustra. Teror dimulai ketika mereka akan mencoba wahananya. Seorang hantu Wanita menyamar menjadi salah satu pengawas wahana taman bermain tersebut. Ada motivasi apakah sang hantu menampakkan diri pada mereka?

Yi_EunSha · Seram
Peringkat tidak cukup
56 Chs

Mencoba percaya kepada Agni

"Panggil aku Agni. mengapa kalian bisa sampai di sini? seingatku Sergei ingin menangkapku dan Diandra. Dengan kekuatan terakhir yang aku miliki, akhirnya aku bisa membawa roh Diandra pulang ke dunia asalnya" Agni menceritakan ingatan terakhirnya.

"Sergei ingin memanfaatkan dia, dan dirinya" tegas Hisashi menunjuk Theodor dan Eve.

"Ah ya, bedebah itu tidak akan menyekap seseorang tanpa niat terselubung" Agni menganggukkan kepala pelan.

"Jadi, bagaimana cara kita keluar dari jebakan dimensi ciptaan Iblis itu?" Agni menyadari pasti mereka sedang mencari jalan keluar sepertinya.

"Tidak ada pintu ke dunia kami" Ucapan Hisashi seakan meruntuhkan semangat hidup Eve, Lucas dan Theo.

Apa ini? katanya dunia cermin bunga adalah satu-satunya pintu ke dunia kami. Apa pertapa ini sedang membohongi kami? pikir Theodor putus asa.

"Apa ada cara lain untuk pergi ke duniamu? aku harus memastikan Diandra hidup" Agni tampak cemas.

"Ada. Kami harus mencari cermin bunga. Dengan memasuki dunia cermin bunga, kami bisa menyeberang ke dunia kami"

Jawab Hisashi sambil menyembuhkan luka melepuh hewan roh sekaligus, menyalurkan tenaga dalam agar si hewan roh itu dapat menggerakkan kakinya kembali.

Bersamaan dengan Amarru yang juga berkonsentrasi mengalirkan tenaga dalamnya ke kaki Lucas.

"Cermin bunga" gumam Agni berpikir sejenak bahkan alisnya kini mengerut curam.

"Jadi itu sebabnya dengan mudah dia menyekapku di sini. Iblis licik!" Agni mengagetkan semua orang di ruangan itu karena pekikannya.

"Cermin bunga ada di ruangan ini. Aku bisa merasakannya. Kita harus menemukan Cermin bunga secepatnya kalau kita ingin tetap hidup" Hisashi mengucapkan hal ini setelah selesai menyembuhkan hewan roh.

Agni memerhatikan Theodor dan Eve sedang sibuk mencari sesuatu di setiap sudut ruangan. Kini Lucas Setelah kakinya normal kembali, ikut membantu juga mencari.

"Kau tidak memberi tahu mereka tentang wujud dari cermin bunga? pada mereka?" Agni mengulas senyuman heran pada para manusia yang sibuk kesana kemari.

"Aku hanya bisa tahu di mana cermin bunga berada tetapi, tidak memiliki gambaran detail soal wujudnya. Melihat reaksimu tadi, jelas kau pernah ada di dalam cermin bunga bukan? jadi bisakah kau tunjukkan di mana cermin bunga berada?" Hisashi menatap Agni cukup lama menanti reaksi apa yang akan ditunjukkan Agni.

"Tentu saja. Manusia biasa tanpa kekuatan batin tidak akan mampu melihat. Jadi percuma mereka mencari" Agni mengangguk-anggukkan kepala lalu menyapukan pandangan ke seluruh ruangan.

"Tidak ada" tambah Agni tenang.

"Apa kau sedang mempermainkan kami? tidak mungkin, Hisashi mengada-ada soal cermin itu ada di sini" Eve mencurigai Agni sedang melancarkan tipu daya.

"Apa Hisashi maha benar?" senyuman sinis Agni meluncur jelas.

"Lalu apa yang kurasakan di dalam sini? ada penjelasan?" Hisashi tertegun sejenak.

Mungkinkah dia melakukan kesalahan?

"Awalnya cermin bunga memang ada di tempat ini. Itulah sebabnya kau merasakan sisa energi cermin itu ada di dalam sini. tetapi sekarang cermin itu tidak di sini" Agni memberi penjelasan. Lalu menjentikkan jari, dan muncul kobaran api, yang menyala di ujung jemarinya.

Agni mengibaskan api buatannya sehingga api tersebut, melayang di hadapannya sekarang.

"Kau membuat pertunjukkan sulap?" Lucas protes dengan suara melengking.

"Benda ini bisa mendeteksi di mana cermin bunga berada. Ayo ikuti" jawab Agni sesantai mungkin.

Tidak ada alasan untuk tidak mencoba percaya kepada Agni. Karena roh Diandra sendiri, tampaknya sangat mempercayai Agni. Semua orang mengikuti ke mana Agni melangkah. Semakin lama, langkah Agni semakin dekat dengan lab unit B.

Kaki Agni berhenti tepat di depan lab unit B tempat di mana Sergei, disegel oleh hewan roh. Ketika Agni dan kawanan Theo memasuki lab yang telah lama ditinggalkan itu, hawa dingin mencekam menyerbu Theo dan kawan-kawan.

Tetapi, hanya Theo dan Eve yang merasa hawa dingin ini jauh lebih menyakitkan. Seluruh tulang mereka berdua terasa ngilu yang luar biasa sejak pertama kali memasuki ruangan bersama Agni. Sedikit...gerakan saja sudah menimbulkan rasa nyeri tak terkira.

Theo berpikir sebaiknya dia keluar tetapi untuk berjalan sampai ke ambang pintu, dia pikir tidak akan sanggup. Karena pasti sebelum sempat keluar, dia akan pingsan duluan.

Rasa resah Theo dan Eve ini mampu ditangkap Hisashi dan Agni. Hisashi menatap lekat wajah Theo dan Eve yang tiba-tiba lebih pucat.

"Perlindungan Marcus telah lenyap. Sejak kapan?" desis Hisashi dapat di dengar Agni.

"Diandra pernah mengenal seorang Dokter. Namanya Marcus. Apa kita sedang membicarakan orang yang sama?" Agni penasaran.

"Memang dia" Hisashi menjawab tanpa ragu.

"Kami pernah disiksa dalam ruangan yang sama. Entah mendapat keberuntungan dari mana, Marcus dapat menyembunyikan diri dari Sergei meski dia tetap tidak bisa keluar dari tempat ini" Agni mengenang masa kelamnya.

"Apa maksudmu dia tidak bisa keluar dari sini?" Lucas mulai bersuara.

"Aku dan Theo sempat merasakan keberadaan Marcus...di ruang tamu Theo. Juga ditempat ini, ketika kami baru saja datang untuk mengintai Sergei. tetapi sayangnya ketika kami sedang bertarung denganmu, roh Sergei musnah seperti Diandra" ucapan Lucas membuat mata Theo dan Agni terbelalak lebar.

"Roh Diandra musnah?! tetapi mengapa?! susah payah aku membebaskannya dan dia segera musnah dengan mudahnya di dunianya sendiri?!" rasa marah, dan terkejut Agni, tak mungkin bisa di sembunyikan.

"Dad musnah?! Lucas!! kau... bercandakan?" bahkan Theodor jauh lebih syok dari Agni.

"Rohnya berkedip, sebelum lenyap. Aku rasa rohnya memang telah musnah" Lucas tercekat menyesali mulutnya yang tidak bisa menjaga rahasia.

"Kau tahu Dad akan segera musnah tetapi tidak mengatakan apa pun padaku tadi? ku pikir kita sahabat" geram Theodor sambil mengepalkan tangan kuat-kuat. dia merasakan sakit luar biasa di seluruh tulangnya sekaligus amarah yang meluap-luap.

"Dia berharap kau berpikir dia baik-baik saja disuatu tempat. Karena itu aku dilarang untuk mengatakan tentang hal ini padamu" Lucas tak berdaya.

"Kau terlalu ceroboh" kekeh Agni kesal.

"Marcus tidak mungkin musnah dengan mudah. Dia sedang berusaha memulihkan kepingan ruhnya yang tercerai berai di suatu tempat" tegas Agni lagi.

"Kalau begitu kau juga merasakan hal yang sama dengan nasip Diandra? ku rasa kau memberi harapan palsu pada dirimu dan Theodor" kata Lucas merasa Agni tidak mampu menerima kenyataan.

"Aku mencari tahu kebenarannya baru saja. Dan kenyataannya Diandra benar-benar musnah tetapi Marcus, karena dia dirubah menjadi Iblis, saat ada penolakan dari diri Marcus, secara otomatis ruhnya melemah dan menghilang" Agni menceritakan apa yang dia ketahui dari penerawangannya.

"Ruhnya melemah lalu hancur berkeping-keping. Itulah sebabnya Marcus menghilang" tandas Agni.

"Keseimbangan dua alam sedang tidak stabil..." desis Hisashi sambil menghirup udara sebanyak mungkin.

"Tentu saja. Sergei penyebabnya. Cermin bunga ada di sana" Agni menimpali sambil menunjuk tempat tidur yang terbuat dari besi. Bagi para manusia jelas itu bukan tempat oprasi yang layak, karena jauh lebih mirip dengan tempat penyiksaan.

"Apa? Bagaimana bisa bentuk cermin bunga seperti itu" Eve ragu. Siapa pun juga pasti akan meragukan kewarasan Agni kali ini.