"Tempat apa ini? Nata ... Nata di mana?"
Aku diberi sinyal untuk membuka mata dan pemandangan asing lainnya yang kulihat, tetapi beda dari sebelumnya. Nata tidak ada di sampingku. Tidak, tidak ada siapa pun di sini. Dalam artian, aku sendirian di suatu tempat yang aneh. Kubilang aneh karena sekitar didominasi keabu-abuan.
Aku akan bertanya pada dewi itu tentang permintaanku. Namun, melihat layar besar di depan secara tiba-tiba mengurung niatku.
"Yahooo ... ini pertemuan istimewa. Aku mengundang beberapa di antara kalian. Tenang aja, setelah menerima misi ini, kamu bisa bertemu dengan temanmu."
"Misi?"
Apakah itu artinya ini sama dengan bayaran atas permintaan yang ditawarkan pada kami? Uh, kubilang ini mirip strategi marketing bukan.
Dia bilang ini istimewa karena sepertinya ini adalah pertemuan pribadi.
"Benar. Kalian bisa bersenang-senang semaunya, tapi khusus beberapa orang yang kupilih akan diberi misi. Biar kutanyakan. Arga, maukah kamu menyelamatkan dunia ini?"
"Eh? Menyelamatkan?"
Apa yang dewi ini katakan? Bukankah ini dunia mimpi di mana semua orang bisa melakukan sesukanya meskipun sebelum diizinkan kembali, kami akan terus di sini.
Menyelamatkan dunia ini? Apa yang perlu diselamatkan? Bukankah dunia ini di bawah kendalinya? Jangan-jangan dewi ini sebenarnya bohong? Maksudku bukan dewi asli.
"Aku paham kebingunganmu. Apakah kau tahu kalau kau mati di sini, di dunia nyata kau juga mati?"
Hah? Apakah itu sungguh? Tunggu! Aku benar-benar bingung sekarang. Dari apa yang kubaca tentang Lucid Dream, ketika dilukai sakitnya akan sama dengan dunia nyata. Tapi bukan berarti kalau menderita luka yang parah atau seperti mengarah ke kematian dampaknya akan sama di dunia nyata. Tak mungkin mati juga. Minimal hanya jantungan. Eh, ini bukan Lucid Dream.
Apakah itu perbedaannya? Aku baru tahu. Kalau begitu ... kami takkan aman.
"Biar kujelaskan lebih detail. Surga Mimpi ini bukan berarti benar-benar dunia mimpi yang kamu ketahui. Ini adalah bagian bagian terdalam dari alam bawah sadar. Berbeda dari dunia mimpi sesungguhnya, tidak perlu takut akan kematian. Tapi tempat ini berbeda. Jika kamu mati di sini, di dunia nyata kamu juga akan mati. Inilah perbedaan paling dasar dari keduanya
Ya, kalian bisa bebas bersenang-senang di sini. Tapi akhir-akhir ini banyak pengacau. Aku bisa menghukum, tapi terlalu merepotkan terus melakukan pekerjaan itu. Jadi, aku butuh beberapa orang menanganinya. Singkatnya kalian yang menerima misi ini akan diberi gelar pahlawan. Jadi, Arga. Kuulangi. Maukah kau ikut menyelamatkan dunia ini?"
Aku terdiam. Jangan mendesakku untuk segera menjawab! Aku baru tahu fakta kami bisa mati di sini dan ada beberapa orang yang mengacau. Itu singkatnya ada yang berusaha membunuh orang-orang di sini bukan? Hanya memikirkan saja membuatku merinding.
Pahlawan? Itu gelar yang keren. Tapi itu tidak pantas untuk orang sepertiku. Selain tidak pantas, bukan keahlianku memenuhi ekspetasi orang lain. Mereka akan merasa kecewa setelah tahu. Aku bicara ini berdasarkan fakta.
"Maaf, aku tak pan–"
"Ah, aku lupa ini. Kuberi salah satu skill berlevel SSS. Kau bisa bertarung membantu orang lain dan mengurangi kecelakaan di dunia ini. Oh, kau juga bisa melindungi diri sendiri dan temanmu itu."
Apakah itu semacam godaan agar aku tak bisa menolak? Tunggu! Jika aku memiliki skill level kuat, aku bisa melindungi diri sendiri. Setidaknya kemungkinan bertahan hidup lebih tinggi. Perihal membantu orang lain ... sebenarnya aku tak yakin. Bisakah aku membantu orang lain dan apakah itu benar-benar jenis bantuan? Kalau mereka merasa jijik, itu bisa dihitung jadi dosa bukan?
Namun ....
Benar! Hal paling penting adalah kemungkinannya lebih tinggi untuk melindungi Nata. Di sini kami bisa tersakiti bahkan mati. Aku tidak ingin Nata kenapa-napa! Aku tak mau melihatnya terluka! Senyumnya adalah sumber kebahagianku. Macam-macam dengannya adalah satu-satunya hal yang tak pernah kuizinkan.
"Aku terima. Tapi jangan terlalu berharap tinggi denganku!"
"Ya ampun, jangan terlalu kaku! Aku masih mengizinkan tujuan utama dari dunia ini, bersenang-senang. Kalau begitu, kuberi kau ini."
Ada gumpalan asap yang menyilaukan di depan. Gumpalan asap itu perlahan membentuk suatu wujud dan ... eh, laki-laki bersayap? Atau ... malaikat?
Ini berlangsung cepat. Aku belum mengeluarkan sepatah kata pun. Tiba-tiba pria aneh yang entah datang dari mana pecah menjadi cahaya, meresap ke dalam ponsel yang masih kupegang sejak tadi.
"Senang berkenalan denganmu, Tuan. Namaku Michael, malaikat penjunjung keadilan. Mulai saat ini, aku akan membantu Tuan untuk membuat keadilan di dunia ini."
Wah, aku sedikit terkejut dan mundur beberapa langkah karena ponsel ini tiba-tiba bergerak sendiri. Mirip dengan yang dewi lakukan tadi, ada wajah baru di ponselku sekarang. Terus apa katanya tadi? Malaikat penjunjung keadilan? Bukannya dewi ini bilang skill–
Eh, tepat aku bingung apakah dewi ini konsisten atau tidak, layar berubah. Mirip status yang pernah ditunjukkannya padaku seperti ini.
Nama: Michael
Ras: Malaikat
Kemampuan: Mengubah orang-orang yang semena-mena menjadi ketiadaan.
Kelemahan: Pemilik akan diubah jadi ketiadaan jika tidak bisa berlaku adil.
Woi, tunggu! Apakah ini benar-benar skill? Pertama-tama, ini seperti aku memiliki bawahan karena dia punya wujud, nama, bahkan ras. Tapi bukan itu yang harus disorot!
Kemampuannya masih samar. Mengubah orang-orang semena-mena menjadi ketiadaan? Maksudnya jika ada orang yang berlaku semaunya di depanku, aku bisa menghilangkannya? Apakah ada batasan? Kalau tidak, itu mengerikan.
Mengapa juga ada kelemahan? Jika aku tak berlaku adil, aku pun bisa dihilangkan maksudmu? Uh, ini adalah pisau bermata dua. Tidak hanya pada orang lain bahkan untukku sendiri bisa berefek. Ini tidak bisa disebut skill yang dijanjikan! Selain itu, semua informasi ini masih tak lengkap.
Aku siap melayangkan protes, tetapi dewi ini malah tertawa. Mengapa jadi mendadak menyebalkan?
"Hey, aku bisa menebak dari ekspresimu. Tidak perlu marah! Kau bisa mengetahui sendiri bagaimana cara kerja kemampuan aslimu. Berlatihlah! Tapi hanya ada satu hal yang perlu kau ingat.
Berlaku adillah! Selain pahlawan, kau akan mewakili wujud keadilan. Jika kau melanggar, kau akan jadi ketiadaan. Ya, karena kau sudah menerimanya, jadi kau tak bisa menolak. Oh, selamat tinggal kalau begitu."
"Tunggu!"
Terlambat!
Layarnya sudah dimatikan dan sebuah cahaya menyilaukan sampai-sampai aku menggunakan tangan untuk menghalau sinar yang menusuk ke netraku. Merasa cahayanya sudah hilang, aku membuka mata dan sekarang pemandangan asing yang lainnya lagi.
"Kak Arga!"
Itu suara yang aku kenali, tapi ... uh, Nata ... memelukku? Jantungku ... ini tak bagus! Aku berusaha menyingkirkan pelukan Nata sehalus mungkin.
Syukurlah dia tak apa-apa dan bertemu dengannya lagi benar-benar suatu kelegaan.
"Kak Arga tau tidak? Nata tadi dibawa ke tempat yang aneh. Katanya Nata bisa jadi pahlawan buat nyelamatin dunia ini, tapi Nata nolak."
Sepertinya Nata juga ditawari hal sama. Aku tak menyangka Nata menolak. Bukankah peran ini lebih cocok untuknya? Tapi ... peran ini juga berbahaya. Kurasa dia memang bagusnya tak melakukan itu. Sepertinya dewi itu tak memaksanya, beda denganku. Ah, apa itu paksaan? Lebih tepat menyebutnya menambah godaan hingga aku tak bisa menolak.
"Aku juga."
"Terus Kak Arga terima?"
"Iya."
"Woaahhh, keren. Terus selain itu, apa lagi?"
"Aku dikasih skill Keadilan."
" ... "
Nata mendadak terdiam. Apakah dia bingung skill apa yang kumaksud? Aku siap menjelaskannya walaupun tak begitu paham. Tapi menilai dari raut Nata, dia sepertinya bukan tak paham. Mirip dengan ... berpikir? Teringat sesuatu? Aku tak bisa menebaknya.
Namun, Nata kembali ceria lagi. Err ... itu sedikit aneh.
"Nata enggak sabar liatnya."
"Oh ya, tapi kenapa kamu enggak terima juga, Nata? Kupikir lebih cocok kalau ka–"
"Malas, ah. Nata mau nemenin Kak Arga."
Itu kalimat yang menyenangkan untuk didengar. Tapi ini menimbulkan keraguan juga. Apakah dua pahlawan tak bisa bersama-sama?
Tapi aku tak akan mengkritik pilihan Nata. Ya, untukku pribadi aku ingin melindungi Nata meskipun agak aneh dia tak menerima misi ini.
Nata yang kutahu adalah orang baik yang gemar membantu siapapun. Karena itu, agak aneh Nata menolaknya. Tapi tak apa. Nata tak perlu jatuh ke dalam bahaya.
"Berhati-hatilah dengan kemalasan. Tidak melakukan apapun setara dengan kecurangan."
*
TBC