webnovel

SULTAN FAMILY My Brother is My Bodyguard

Rachel Gabriella Winata , cucu perempuan satu satunya yang dimiliki Bram Winata dan Retno Winata. Gadis remaja SMA yang dikawal oleh 3 orang anak laki laki seusianya yang memang merupakan saudaranya sendiri. Mereka adalah cucu cucu keturunan SULTAN. Rachel dijodohkan oleh Retno , atau oma Rere alias neneknya sendiri kepada seorang anak dari orang paling terkaya nomor dua setelah keluarganya . Akankah Rachel menuruti permintaan sang Nenek ? Atau Rachel akan menolaknya ? Simak terus kisahnya hanya di SULTAN FAMILY . Selamat membaca ! Semoga kalian suka :)

FheeKamikaze_ · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
111 Chs

TAMU SPESIAL DIHARI MINGGU

Satu jam telah berlalu, Rafa tengah sibuk berbelanja disupermarket. Ia membeli banyak camilan, ada snack ringan, sosis mentah, nugget, beberapa minuman kotak, minuman botol pun Rafa beli.

Tak hanya Rafa, Laura juga Rey yang ikut berbelanja sama sama memasukkan beberapa makanan dan minuman yang mereka suka ke dalam keranjang milik Rafa.

Waktu menunjukkan pukul 10.10 WIB. Usai berbelanja, Rafa mampir terlebih dahulu ke Delicious Resto untuk mengambil beberapa pesanan. Rafa meminta pada sang pemilik resto alias Cellyn untuk memesan beberapa steak daging sapi mentah, juga beberapa ekor ayam potong siap pasak.

"Widih! Banyak banget belanjaan elo." ucap Rachel saat melihat Rafa masuk ke dalam rumah dengan menenteng 5 kantong belanjaan. Belum sempat Rafa bicara, terdengar suara klakson mobil dari luar rumah. "Elo bawa orang ? Siapa ?" tanya Rachel seraya menengok ke arah pintu depan dari ruang makan.

"Belum mandi Chel?" tanya Laura yang baru tiba bersama Rey.

"Bentaran lagi deh." jawabnya sambil memasukan lollypop kedalam mulutnya.

"Yakin elo ?" tanya Laura lagi dengan senyuman penuh curiga.

"Yakinlah." jawab Rachel cepat. "Wae ?"

"Ya, dan gue juga yakin. Dalam hitungan ketiga, elo bakal kabur." ujar Laura yakin. Lalu mulai berhitung. "Satu."

"Gajel elo." cibir Rachel acuh.

"dua..." lanjut Laura.

"Wey bro! Apa kabar elo ?" sapa Rafi pada seseorang.

"Hallo brother! I'm fine."

Rachel pun menengok ke arah ruang tamu ketika mendengar Rafi tengah menyapa seseorang. Sesaat dirinya terlonjak kaget, melihat siapa yang datang kerumahnya.

"Mak oy! Kenapa ada dia ?" ucap Rachel panik dan langsung berlari menaiki tangga menuju kamarnya.

"Tiga." sambung Laura lagi. "Gue bilang juga apa." gumamnya sambil tertawa kecil.

"Ada siapa Fi ?" tanya Andrea yang baru turun dari lantai dua. "Loh, Daniel ?"

"Pagi om." sapa Daniel.

"Pagi juga dong. Kamu bareng siapa nih ?" tanya Andrea lagi yang melihat seorang remaja laki-laki dibelakang Daniel.

"Daniel bareng teman, om." jawabnya.

"Hallo, om!" sapa teman Daniel sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Namun saat Daniel melihat wajahnya, seketika dia membulatkan matanya. Bukan karena ketampanannya, melainkan karena sesuatu. Andrea pun menjabat tangan remaja itu tanpa berkata kata sampai lebih dari sepuluh detik.

"Om!" panggil Rafi heran melihat Andrea terdiam. "Om, om Andrea." panggilnya lagi tetapi masih diam. "Om!" panggilnya sekali lagi seraya menepuk pundak Andrea.

"Iya, kenapa?" ucapnya tersadar.

"Kok sampai segitunya ngelihatin muka dia ? Gantengan juga Rafi, om." gerutunya. "Nih, kenalin om. Dia Jason, teman sekelas Rafi juga." terangnya.

"Oh, jadi kalian udah saling kenal." ujar Daniel.

"Berarti kalian temenan dong." tambah Andrea.

"Gak temenan juga sih, om." timpal Rafi. "Dia anak baru, waktu itu dia pindah sekolah barengan sama Leon." jelasnya.

"Mmhh... Kalau gitu silahkan duduk." titah Andrea mempersilahkan. "Mau disini ? Atau dimana ?" tanyanya.

"Kita mau ngadain pesta, om." sahut Rafa tiba-tiba muncul.

"Pesta ?" Andrea pun mengerutkan keningnya. "Ah, barbeque." lanjutnya paham. "Oke kalau gitu, om bakal jadi tamu undangannya. Oh iya, Rachel mana ? Om gak lihat dia pergi joging atau olahraga lainnya tadi pagi."

"Dia bangun telat tadi, katanya habis begadang." timpal Rafi. "Akhir-akhir ini, dia sibuk banget om."

"Ya sudah, kalian lanjut dulu ngobrolnya. Om mau lihat Rachel ke atas."

***

Rachel yang kaget dengan kehadiran Jason dirumahnya, ia buru-buru mengubah penampilannya yang sedikit kusut karena belum mandi. Bukan karena apa-apa, tetapi ia hanya ingin menjaga image nya didepan orang yang bukan keluarganya.

Beberapa menit telah berlalu. Rachel sudah mengganti pakaiannya. Saat ini ia mengenakan celana pendek diatas lutut, dengan kaos putih polos yang dibalut oleh sweater rajut berwarna brown. Tak lupa Rachel juga mencatok curly rambutnya dibagian ujungnya saja, lalu menambahkan bando diatas kepalanya sebagai penghias,

"Done!" gumamnya seraya melihat bayangan dirinya dicermin.

Tok Tok Tok !!!

"Masuk aja, kagak dikunci." ucap Rachel setengah berteriak saat mendengar suara ketukan pintu.

"Sayang, kamu lagi ngapain ? Yang lain udah pada dibawah, katanya mau berpesta. Ada Daniel juga tuh, sama teman kamu." ujar Andrea seraya masuk kamar Rachel.

Rachel pun hanya mengernyitkan alisnya. "Ah, pantes bang Rafa belanja banyak. Pasti karena Daniel." rutuknya.

"Udah selesai kan ? Yuk, turun!" ajak Andrea.

"Udah kok pih." Mereka berdua pun berjalan bersama menuju bawah.

"Kamu gak ajakin Leon ? Coba telpon, siapa tahu dia mau ikutan."

"Gak usahlah pih. Leon lagi sibuk, lagian dia mana mau acara kek ginian. Apalagi kalau bareng Daniel, ditambah ada Jason. Yang ada pestanya berubah jadi perang dunia." terang Rachel.

"Loh, kenapa ?"

"Papih juga pasti ngerti lah."

***

Andrea terus berpikir, kenapa Jason mirip sekali dengan orang yang ia kenali. Sepertinya dirinya pernah bertemu dengan Jason, tetapi entah dimana.

"Wah, ada tamu spesial nih." ucap Cellyn saat melihat Daniel diruang tamu.

"Hai tan, apa kabar ?" tanya Daniel menyapa.

"Baik, kamu sendiri bagaimana ? Ayah kamu sehat ?" tanya balik Cellyn.

"Ayah sehat tante. Cuma lagi sibuk aja."

"Loh, kamu ?" ujarnya ketika melirik seseorang disebelah Daniel. "Kamu kan yang waktu itu..."

"Iya tante. Saya Jason." potong Jason cepat.

"Mih, mamih kenal sama si es kutub ?" tanya Rachel tiba-tiba muncul membuat yang punya panggilan itu menoleh seketika.

"Es kutub ?"

"Uuppss!" ucap Rachel seraya sedikit menutup mulutnya dengan tangannya. "Maksud Rachel, Jason." lanjutnya dengan terpaksa tersenyum.

"Oh itu, dia pernah nolongin mamih waktu diresto. Kalau gak ada dia, tas mamih udah dijambret sama orang." jelas Cellyn.

"Jadi, nyokap lo ?" tunjuk Jason pada Rachel memastikan.

"Iya, dia nyokap gue. Makasih udah nolongin." ucap Rachel berterima kasih.

***

Mempunyai halaman belakang rumah yang luas memang diinginkan banyak semua orang. Kebayang dong, bagaimana megah dan mewahnya rumah sultan ? Apalagi dihuni banyak anak remaja, pasti ada salah satu tempat favorit mereka.

Seperti Rachel dan yang lainnya, halaman belakang rumahnya menjadi tempat favorit saat berkumpul. Bukan hanya luas saja, tetapi udaranya sangat sejuk. Karena banyak tanaman dan bunga, juga ada kolam renang yang ukurannya lumayan besar. Ada pintu gerbang juga untuk masuk ke sebuah kebun dimana ada macam-macam buah dan sayuran yang ditanam sendiri oleh keluarga Rachel.

Pesta pun sudah dimulai, Rio sedang asyik membuat steak kesukaan Rachel dan yang lain. Adapun Laura yang ikut membantu Rafa memanggang ayam. Berbeda dengan Rachel yang hanya duduk diam mengawasi semua orang sambil memakan camilan atau hanya bermain game.

"Kok elo asyik sendiri, Chel ?" ujar Daniel seraya duduk dekat Rachel.

"Gue kan Queen Rachel." timpalnya sombong.

"Iya, iya tuan puteri. Anda boleh melakukan apa saja sesuka hati anda." kata Daniel iseng. "Nih, ambil." Daniel pun menyodorkan sebuah botol kecil pada Rachel.

"Apaan ?" tanya Rachel.

"Itu vitamin buat elo."

"Dalam rangka apa elo ngasih ini ?"

"Tadi Rafa telpon gue, katanya elo lagi gak enak badan." ungkap Daniel. "Dan karena kebetulan gue lagi gak ada kerjaan, gue kesini aja sekalian bayar hutang."

"Hutang ? Elo punya hutang ? Berapa ? Jangan-jangan, elo kesini mau pinjam duit lagi ?" Rachel pun melontarkan pertanyaan bertubi-tubi sehingga membuat Daniel tertawa mendengarnya.

"Gue punya hutang janji, RACHEL." tekan Daniel sambil menahan ketawanya. "It's not money."

"Iihhh! Gue kira itu." rutuk Rachel sedikit cemberut. "Jadi elo kesini karena ditelfon Rafa ?" tanya Rachel memastikan yang langsung dijawab anggukan kecil oleh Daniel. "Pantes dia belanja banyak banget." gumamnya.

"Oh iya, katanya elo ikutan ajang pencarian bakat Puteri Indonesia ?" tanya balik Daniel.

"Heem."

"That's good!"

"Sebenarnya gue agak malas, because it reduces my study time."

"You are smart, Rachel. Ini akan menambah prestasi elo."

"Prestasi gue udah terlalu banyak, Niel." ucap Rachel sombong. "Noh lihat, pajangan piala plus piagam dilemari depan ? Udah kagak muat Daniel."

"Tapi oma bakalan senang kalau elo ikutan." timpal Daniel. "Gue tahu kok, elo tuh punya bakat luar biasa Chel."

"Ya kalau itu 100% gue akui." lagi-lagi Rachel menyombongkan diri membuat Daniel geleng kepala.

"Emm... Belagu lo, gue puji dikit langsung sombong."

★★★★★