webnovel

Salah paham

Aku segera beranjak pergi meninggalkan kantor saat tau Anissa sedang berada di luar, wanita itu benar benar tak bisa mematuhi Suaminya.

Apakah menikahinya adalah suatu kebodohan yang ku buat sendiri? Bisa bisanya aku meminta segera di nikah kan dengan wanita pemarah dan egois seperti dia.

Seharusnya dia mendengarkan aku, bukankah sekarang aku adalah Suaminya.

Aku segera beranjak menuju lift dan turun ke bawah, setelah nya aku berjalan ke arah parkiran dan membawa mobilku dengan kecepatan normal.

Aku merogoh saku di Jas ku dan mengambil handphone yang ada disana, aku segera mengecek lokasi Anissa dengan melihat GPS, "ahh akhirnya ketemu".

"Sedang apa dia restoran? Apa jangan jangan dia bertemu seseorang atau teman teman nya yang biasa mengajaknya ke club malam".

"Aku tidak bisa membiarkan Istriku bergaul dengan teman teman nya yang sekarang, aku bukan nya mau mengatur hidupnya, tapi jika sampai harus bergaul dengan hal yang tidak baik mana mungkin aku mengizinkan nya.

Lagipula sekarang aku adalah Suaminya dan dia adalah tanggung jawabku sekarang, jadi aku harus menjaganya dan melakukan yang terbaik untuk hidupnya, aku tau belum ada cinta yang tubuh di hatiku atau hati Anissa, tapi aku yakin aku mampu membimbingnya meskipun tanpa rasa cinta sekalipun.

***

Davian segera mencari keberadaan Anissa menggunakan GPS dan akhirnya lokasi Istrinya itu diketahui, ia segera mengendarai mobilnya dengan cepat.

Setelah sampai di lokasi Anissa, Davian hendak memarkirkan mobilnya namun matanya memicing ke sebelah kanan saat melihat istrinya bersama seorang pria hendak masuk ke mobil.

"Nissa" ucap Davian menyipitkan kedua matanya. "Sama siapa dia?"

Pria itu segera keluar dari mobil dan berjalan menghampiri istrinya.

Tap tap tap

Tanpa basa basi Davian segera menarik lengan istrinya itu menjauhkan dari pria yang memegang nya itu.

Arghhh

Wanita itu tampak kaget, sesaat setelahnya ia melihat Davian yang sudah memegang tangan nya erat erat.

"Davian"

Keduanya saling beradu pandangan, sementara Damar tampak terdiam tanpa ekspresi.

"Lo siapa?" Tanya Damar

Davian mengalihkan pandangan sesaat, setelahnya ia kembali melihat wajah istrinya yang tanpa dosa itu kemudian melihat wajah Damar.

"Yang harusnya nanya itu saya!! Bukan kamu!!" Ucap Davian penuh penekanan.

Seketika itu Damar dan Anissa saling beradu pandangan.

"Sorry ya Damar jadi salah paham gini, ini Davian" ucap Anissa sembari melihat wajah Davian.

"Dia suami aku" ucap Anissa malas.

Wajah nya bener bener bikin gedek, sabar dave dia istri Lo. Dia kayaknya ga ridho banget ngenalin gw sama tu cowo, jangan jangan ahh bodo ahh.

"SUAMI?" Tanya Damar.

"Iya dia suami aku" ucap wanita itu lagi.

"Ahh Sorry yah, gw ga tau kalo Lo tadi suaminya. Gw fikir tadi Anissa belum punya suami" ucap Damar.

"Hmm" dehem Davian.

"Pulang!!" Ucap Davian datar.

Anissa benar benar merasa tak enak pada Damar, dia pasti merasa bersalah. Tapi ya mau gimana lagi lagian kita juga baru pertama kali ketemu jadi masa gw harus

ngejelasin sedetail itu sama dia kalo gw udah punya suami.

"Damar aku pulang sama suami aku yah"

"Oh iya iya" ucap pria itu

Davian sudah mulai kesal, ia kembali memasang wajah kesal, satu detik kemudian Davian langsung menarik tangan Istrinya itu.

Arrggh

Lagi lagi Davian menarik paksa tangan istrinya itu, ia tidak tahu jika kaki istrinya itu sedang terkilir.

Damar hendak membantu Anissa namun tangan kasar Davian menepis jauh tangan Damar dari sebelum ia sempat menyentuh tangan istrinya itu.

"Jangan pernah berani Anda menyentuh tangan Istri saya" ucap Davian sambil mengacungkan telunjuknya ke arah Damar.

Damar yang mengerti posisinya langsung menjauhkan tangan nya.

"Saya gak akan nyentuh istri anda kalau anda gak kasar sama dia" ucap Damar

"Kaki istri anda terkilir, jadi saya hanya berusaha membantunya, itu aja" ucap Damar lagi menjelaskan inti permasalahan yang terjadi.

Davian hanya menatap dingin ke arah Damar kemudian tanpa basa basi ia langsung mengangkat tubuh istrinya itu.

Baik Damar maupun Anissa sama kagetnya, ia tak menyangka jika Davian akan langsung melakukan itu tanpa meminta persetujuan dari Anissa.

"Davian ihh ngapain sih" ucap Anissa

"Kaki nya sakit kan" ucap Davian dingin

"Iya sakit tapi ga usah gini juga kali, malu ada Damar disini"

"Bodo amat, gas pulang" ucap Davian, kemudian tanpa berpamitan Davian langsung pergi menjauh dari Damar yang masih mematung di sebelah mobilnya.

"DAMAR MAAF YAH, AKU PULANG DULUAN, MAKASIH" teriak Anissa.

Davian sesegera mungkin menjauhkan telinga nya dari mulut Anissa yang melengking di telinga nya.

"Berisik" ucap Davian protes.

"Dih, ga cape marah marah Mulu" ucap Anissa

Anissa lantas mengalungkan tangan nya ke pundak Davian, membuat jantung pria itu berdetak dengan kencang, nafasnya kian memburu ketika dadanya harus bergesekan dengan tubuh Anissa.

"Kamu bisa diem ga sih" ucap Davian lagi.

"Apasih, noh udah Deket ga usah bawel" ucap Anissa kesal.

Davian sesegera mungkin mempercepat jalan nya dan memasukan istrinya itu ke dalam mobil.

Clek

Davian menutup pintu mobil, setelah berlari kecil ke arah setir.

Pria itu terus saja merasa kegerahan meskipun istrinya itu sudah tak di dekatnya lagi, beberapa kali mengendurkan dasi yang terpasang di lehernya.

"Kenapa sih? Gerah?"

"Udah tau gerah nanya lagi" ucap Davian dingin

"Dih psikopat, gini nih kalo psikopat di tanya, biasa aja muka nya gausah bikin takut" ucap Anissa kian menjauh memojokan dirinya ke arah pintu.

Davian lantas menengok ke arah istrinya itu. "Yang begini kamu bilang psikopat?" ucap Davian memperlihatkan setiap sudut di wajahnya.

"Muka aku ganteng, jauh sama cowok yang tadi. Psikopat? Masih sikopatan dia sama aku mah" ucap Davian lagi kemudian kemudian kembali ke tempat semula.

"Apaan sih Dave so ganteng banget, ga usah kepedean, muji diri sendiri" ucap Anissa.

Tanpa menjawab ucapan istrinya itu Davian langsung menjalankan mobilnya.

Sepanjang perjalanan tak ada percakapan apapun sampai akhirnya sampai di rumah.

Davian langsung menatap wajah istrinya itu.

"Aku belum selesai yah sama kami Nis, abis ini tunggu di kamar jangan kemana mana dan ga usah cerita ke bunda, ngerti" ucap Davian dingin.

Anissa hanya mengangguk sesekali membolak balik matanya kesal.

"Mau aku bantu?" Tanya Davian.

Anissa yang masih duduk langsung menatap tajam ke arah suaminya itu.

"Ya kalo punya hati bantuin dong, kan istrinya lagi sakit kakinya" ucap Anissa

Tanpa basa basi Davian langsung keluar dari mobil, berlari kecil ke arah pintu mobil Anissa dan membuka nya.

"Bismillah" ucap Davian kemudian ia mengangkat tubuh istrinya itu.

Entah pesona macam apa yang sudah Davian berikan pada Anissa, hanya dengan menyebut kata Bismilah mampu membuat jantung Anissa berpacu lebih cepat.

Ia merasakan desiran aneh ada di tubuhnya, sulit untuk dijelaskan namun desiran nya mampu membuat gelombang panas menyeruak ke seluruh tubuhnya.

Anissa lantas sedikit menjauhkan tubuhnya dari Davian.

Sementara Davian masih berjalan ke arah pintu masuk.

"Assalamualaikum" ucap keduanya bersamaan.

"Waalaikumsalam" ucap Lidya yang tengah berada di ruang tamu.

"Davian, Nissa" ucap Lidya mengerutkan kedua alisnya.

"Nissa kenapa Dave? Ko di gendong segala" tanya Lidya sembari menghampiri keduanya.

"Kaki Nissa terkilir Bunda .. sakit" ucap Anissa meringis kesakitan.

"Iya Bunda .. Nissa ke kilir kakinya, Davian bawa Nissa ke kamar dulu yah, mau obatin, Bunda gausah khawatir yah" ucap Davian

"Yaudah, kalo ada apa apa panggil Bunda aja yah" ucap Lidya

Davian hanya menganggukan ia langsung berjalan menuju kamar dan membaringkan tubuh istrinya disana.