webnovel

Sedang bahagia.

Setelah obrolan yang menyesatkan tadi, Garra melirik jam. Sudah sore.

Garra menyuruh Mia untuk mandi. Dan setelah itu berganti Garra yang mandi.

Mia tidak lagi penasaran dengan Si Junior. Juga sudah berhenti membahasnya. Seperti nya saat ini Mia fokus pada Hp baru nya yang sempat ia lupakan karena banyak nya hal yang menggangu pikiran Mia.

Setelah makan malam mereka, Mia mulai menonton Drakor Drakor di sana. Tentu saja dengan bantuan Garra untuk menemukan nya.

Tak ingin menggangu kesenangan baru istrinya ,Garra memilih meninggalkan Mia. Garra keluar kamar setelah berpamitan dan Mia mengiyakan.

Garra ingin menemui Sekretaris Ang untuk membahas kabar dari mertuanya. Dan ada hal lain yang ingin di bahas nya juga.

Garra mengetuk Kamar sekretaris Ang.

"Tuan muda." sapa Sekretaris Ang saat membuka pintu, dan mempersilahkan Garra untuk masuk.

"Kenapa Tuan Muda repot repot kemari? Jika ada perlu, saya bisa datang ke kamar Tuan muda. Tidak perlu merepotkan diri seperti ini." ucap sekretaris Ang, mengikuti Garra yang melangkah masuk.

Garra hanya tersenyum saja , lalu duduk di sofa milik kamar Ang.

"Ada apa Tuan muda?" Ang bertanya, merasa Aneh dengan sikap Tuan muda nya yang tak biasa menemui nya sampai ke kamar. Biasanya jika ada keperluan apapun, Garra akan menelepon nya untuk menyuruh nya menemui Garra di kamar nya.

"Tidak ada apa apa Ang, aku hanya tidak mau menggangu Mia. Seperti nya dia sedang menikmati Hp baru nya dengan menonton Drakor terbaru. Makanya aku memilih untuk keluar saja." jawab Garra.

"Oh.. begitu. Saya pikir ada keperluan mendesak, hingga tuan muda datang ke kamar saya." sahut Ang.

"Ang. Apa kau tau, hari ini aku sedang bahagia sekali. Aku bahagia sekali. Apa kau tau kenapa?"

Sekretaris Ang menatap Garra.

"Apa karena Nyonya muda berani melawan Nona Citra. Saya juga sempat kaget dan rasa tak percaya." sahut Ang.

"Kau melihat nya tadi? Apa yang Mia lakukan pada Citra setelah aku pergi ke kamar Ang. Ayo cerita kan. Aku tidak bisa melihat kelanjutan nya tadi."

"Nyonya muda memaki habis Nona Citra. Lalu mengancam nya. Nona Citra begitu ketakutan dan ku rasa dia akan jera sejera jeranya untuk mendekati Tuan muda."

"Baguslah. Tapi dari mana Istri ku bisa mendapatkan keberanian dan kepintaran drastis seperti itu ya?" tanya Garra, terlihat berpikir.

"Yuri. Seperti nya dia lah yang mendorong Nyonya muda. Saya yakin, Yuri adalah orang yang bisa membuat perubahan pada Nyonya muda. Karena tadi saya sempat mendengar Nyonya muda mengucapkan terimakasih pada saudara nya itu."

Garra mengangguk setuju. Jika di pikir, omongan Ang ada benarnya. Kehadiran Yuri memang banyak membawa perubahan pada Mia.

"Kalau begitu, perlakukan dia dengan baik."

"Baik Tuan Muda."

"Tapi sebenarnya yang membuat aku bahagia bukan itu Ang, kau mau tau?" kembali Garra ingin berbagi cerita kebahagiaan nya pada Ang.

"Apa itu Tuan Muda? Saya sungguh ingin tau." Sahut Ang.

"Mia.. Istriku. Akhirnya menyatakan perasaannya. Dia bilang jika dia mencintai ku. Ang, aku sungguh bahagia. Cinta ku tidak lagi bertepuk sebelah tangan."

"Benar kah Tuan?" Ang pun tersenyum, ikut merasakan kebahagiaan Tuan Mudanya.

"Benar Ang. Aku saja merasa seperti mimpi. Setelah penantian panjang ku. Akhirnya membuahkan hasil yang menyenangkan."

"Kalau begitu, cepat lah untuk merantai Nyonya muda Tuan. Anda harus bisa membuat Nyonya muda tidak sempat berpikir lagi untuk pergi dari Tuan muda. Setelah semua berjalan lancar, Tuan Muda tinggal melanjutkan rencana semula. Yaitu menikahi lagi Nyonya Muda dengan pernikahan yang sempurna."

"Kau benar Ang. Aku memang harus segera melakukan nya. Membuat kami tidak berjarak lagi." jawab Garra bersemangat.

"Benar Tuan muda. Semoga berhasil. Semangat..!!" Ang mengepalkan tangan nya ke depan dadanya.

Garra tersenyum bangga , lalu bangun dari duduk nya dan berpamitan pada Ang untuk kembali ke kamarnya. Garra sampai lupa jika kedatangan nya pada Ang, untuk membahas mertuanya.

Yang dipikirkan Garra saat ini adalah Mia.

Kembali ingin berjuang untuk mendapatkan seluruh dari Mia. Bukan hanya cinta Mia. Bukan sekedar ungkapan cinta Mia. Tapi hati Mia, jiwa raga Mia.

Garra segera bergegas ke kamarnya. Namun apa lah daya, lagi lagi Garra harus kembali menelan kekecewaan nya setelah berada di kamar nya. Melihat Mia sudah terkapar, mendengkur di sofa dengan Hp yang masih menyala tergeletak di dada nya.

Garra meraih Hp itu. Mematikan nya dan menyimpan nya di atas meja. Lalu mengangkat tubuh Mia . Memindahnya ke ranjang.

Menarik selimut dan menciumi pucuk Kepala Mia.

"Mimpi yang indah Istriku. Terimakasih atas semua nya. I love you Mia..!!"

Garra ikut tenggelam pada bantal dan selimut yang sama dengan Mia.

Hingga pagi menjelang, bahkan sudah bisa di bilang kesiangan. Mia terbangun dahulu. Segera mandi dan membuka pintu ketika mbak Endang mengetuk pintu mengantar sarapan. Mia mengatakan jika hari ini tidak ingin di temani oleh siapapun. Mia ingin sendirian dulu.

Sebenarnya, bukan seperti itu. Mia sedang ingin menghabiskan waktu nya untuk menyelesaikan Drakor yang ia tonton semalam. Belum selesai karena ketiduran.

Mia menghampiri Garra dan membangunkan dengan lembut. Garra menggeliat, melirik jam dinding lalu segera terlonjak karena sadar jika sudah kesiangan.

Terburu memasuki kamar mandi dan dengan kilat menyelesaikan mandinya.

Garra tergesa berganti. Sempat melirik Mia yang sudah ada di ranjang. Terdengar suara Mia tertawa kecil di balik selimut.

Merasa penasaran dengan apa yang di lakukan oleh istri nya. Garra mendekat. Mencoba mengintip dengan menarik selimut Mia.

"Mia.. Apa yang kau lakukan?"

"Bang Garra. Menggangu saja. Mia sedang menyelesaikan menonton Drakor semalam. Bagus sekali. Romantis sekali...Mia sampai terbawa perasaan. Apa bang Garra sudah mau berangkat? " Mia terpaksa membuka selimut nya untuk menatap Garra.

"Iya sayang. Mia jangan lupa sarapan dulu. Baru nanti lanjutkan menonton nya."

Grep..!!!

Di luar nalar Garra. Mia memeluknya dari belakang. Memeluk erat dengan kepala yang di sandarkan di punggung Garra.

"Bang Garra. Boleh meminta sesuatu tidak." ucap Mia dengan nada yang begitu manja membuat Jantung Garra sontak berdegup kencang dengan perlakuan tak biasa Mia.

Garra meraba kedua tangan Mia yang ada di perutnya. Membuka pelukan Mia dan memutar tubuhnya untuk menghadap Mia.

"Kenapa kebiasaan mu seperti ini Mia...?"

"Menggoda ku di pagi hari." sambung Garra.

Mia menggeleng. "Tidak bermaksud menggoda. Tapi Mia ingin.._ " menghentikan ucapan nya. Melirik dulu wajah suaminya.

"Katakan.. Mau apa?" tanya Garra.

"Untuk hari ini saja.. Bisa tidak bang Garra tidak pergi bekerja."

"Kenapa Mia? Mia mau jalan jalan?"

Mia menggeleng.

"Lalu..?"

"Mau ditemani bang Garra. Mau mengajak bang Garra berusaha lagi. Kerja sama yang benar lagi."

"???" Garra.

"Membuat cicit untuk kakek."

"Kan sudah kenal baik dengan Junior. Janji deh ,tidak akan teriak lagi. Janji akan menahan nya."

Sungguh, saat ini juga Garra ingin rasanya menjerit. Jeritan kebahagiaan. Saking bahagianya, Garra hanya kuat untuk mengangguk saja.

Mia bahagia Melihat anggukan Garra, langsung memeluk Garra kembali.

"Lepas dulu Mia. Aku harus menghubungi Ang dulu."

"A... tidak mau. Kan Mia sedang bahagia."

makin mengeratkan pelukan nya.

__________________

Bersambung...........!!!!!Setelah obrolan yang menyesatkan tadi, Garra melirik jam. Sudah sore. Garra menyuruh Mia untuk mandi. Dan setelah itu berganti Garra yang mandi. Mia tidak lagi penasaran dengan Si Junior. Juga sudah berhenti membahasnya. Seperti nya saat ini Mia fokus pada Hp baru nya yang sempat ia lupakan karena banyak nya hal yang menggangu pikiran Mia. Setelah makan malam mereka, Mia mulai menonton Drakor Drakor di sana. Tentu saja dengan bantuan Garra untuk menemukan nya. Tak ingin menggangu kesenangan baru istrinya ,Garra memilih meninggalkan Mia. Garra keluar kamar setelah berpamitan dan Mia mengiyakan. Garra ingin menemui Sekretaris Ang untuk membahas kabar dari mertuanya. Dan ada hal lain yang ingin di bahas nya juga. Garra mengetuk Kamar sekretaris Ang. "Tuan muda." sapa Sekretaris Ang saat membuka pintu, dan mempersilahkan Garra untuk masuk. "Kenapa Tuan Muda repot repot kemari? Jika ada perlu, saya bisa datang ke kamar Tuan muda. Tidak perlu merepotkan diri seperti ini." ucap sekretaris Ang, mengikuti Garra yang melangkah masuk. Garra hanya tersenyum saja , lalu duduk di sofa milik kamar Ang. "Ada apa Tuan muda?" Ang bertanya, merasa Aneh dengan sikap Tuan muda nya yang tak biasa menemui nya sampai ke kamar. Biasanya jika ada keperluan apapun, Garra akan menelepon nya untuk menyuruh nya menemui Garra di kamar nya. "Tidak ada apa apa Ang, aku hanya tidak mau menggangu Mia. Seperti nya dia sedang menikmati Hp baru nya dengan menonton Drakor terbaru. Makanya aku memilih untuk keluar saja." jawab Garra. "Oh.. begitu. Saya pikir ada keperluan mendesak, hingga tuan muda datang ke kamar saya." sahut Ang. "Ang. Apa kau tau, hari ini aku sedang bahagia sekali. Aku bahagia sekali. Apa kau tau kenapa?" Sekretaris Ang menatap Garra. "Apa karena Nyonya muda berani melawan Nona Citra. Saya juga sempat kaget dan rasa tak percaya." sahut Ang. "Kau melihat nya tadi? Apa yang Mia lakukan pada Citra setelah aku pergi ke kamar Ang. Ayo cerita kan. Aku tidak bisa melihat kelanjutan nya tadi." "Nyonya muda memaki habis Nona Citra. Lalu mengancam nya. Nona Citra begitu ketakutan dan ku rasa dia akan jera sejera jeranya untuk mendekati Tuan muda." "Baguslah. Tapi dari mana Istri ku bisa mendapatkan keberanian dan kepintaran drastis seperti itu ya?" tanya Garra, terlihat berpikir. "Yuri. Seperti nya dia lah yang mendorong Nyonya muda. Saya yakin, Yuri adalah orang yang bisa membuat perubahan pada Nyonya muda. Karena tadi saya sempat mendengar Nyonya muda mengucapkan terimakasih pada saudara nya itu." Garra mengangguk setuju. Jika di pikir, omongan Ang ada benarnya. Kehadiran Yuri memang banyak membawa perubahan pada Mia. "Kalau begitu, perlakukan dia dengan baik." "Baik Tuan Muda." "Tapi sebenarnya yang membuat aku bahagia bukan itu Ang, kau mau tau?" kembali Garra ingin berbagi cerita kebahagiaan nya pada Ang. "Apa itu Tuan Muda? Saya sungguh ingin tau." Sahut Ang. "Mia.. Istriku. Akhirnya menyatakan perasaannya. Dia bilang jika dia mencintai ku. Ang, aku sungguh bahagia. Cinta ku tidak lagi bertepuk sebelah tangan." "Benar kah Tuan?" Ang pun tersenyum, ikut merasakan kebahagiaan Tuan Mudanya. "Benar Ang. Aku saja merasa seperti mimpi. Setelah penantian panjang ku. Akhirnya membuahkan hasil yang menyenangkan." "Kalau begitu, cepat lah untuk merantai Nyonya muda Tuan. Anda harus bisa membuat Nyonya muda tidak sempat berpikir lagi untuk pergi dari Tuan muda. Setelah semua berjalan lancar, Tuan Muda tinggal melanjutkan rencana semula. Yaitu menikahi lagi Nyonya Muda dengan pernikahan yang sempurna." "Kau benar Ang. Aku memang harus segera melakukan nya. Membuat kami tidak berjarak lagi." jawab Garra bersemangat. "Benar Tuan muda. Semoga berhasil. Semangat..!!" Ang mengepalkan tangan nya ke depan dadanya. Garra tersenyum bangga , lalu bangun dari duduk nya dan berpamitan pada Ang untuk kembali ke kamarnya. Garra sampai lupa jika kedatangan nya pada Ang, untuk membahas mertuanya. Yang dipikirkan Garra saat ini adalah Mia. Kembali ingin berjuang untuk mendapatkan seluruh dari Mia. Bukan hanya cinta Mia. Bukan sekedar ungkapan cinta Mia. Tapi hati Mia, jiwa raga Mia. Garra segera bergegas ke kamarnya. Namun apa lah daya, lagi lagi Garra harus kembali menelan kekecewaan nya setelah berada di kamar nya. Melihat Mia sudah terkapar, mendengkur di sofa dengan Hp yang masih menyala tergeletak di dada nya. Garra meraih Hp itu. Mematikan nya dan menyimpan nya di atas meja. Lalu mengangkat tubuh Mia . Memindahnya ke ranjang. Menarik selimut dan menciumi pucuk Kepala Mia. "Mimpi yang indah Istriku. Terimakasih atas semua nya. I love you Mia..!!" Garra ikut tenggelam pada bantal dan selimut yang sama dengan Mia. Hingga pagi menjelang, bahkan sudah bisa di bilang kesiangan. Mia terbangun dahulu. Segera mandi dan membuka pintu ketika mbak Endang mengetuk pintu mengantar sarapan. Mia mengatakan jika hari ini tidak ingin di temani oleh siapapun. Mia ingin sendirian dulu. Sebenarnya, bukan seperti itu. Mia sedang ingin menghabiskan waktu nya untuk menyelesaikan Drakor yang ia tonton semalam. Belum selesai karena ketiduran. Mia menghampiri Garra dan membangunkan dengan lembut. Garra menggeliat, melirik jam dinding lalu segera terlonjak karena sadar jika sudah kesiangan. Terburu memasuki kamar mandi dan dengan kilat menyelesaikan mandinya. Garra tergesa berganti. Sempat melirik Mia yang sudah ada di ranjang. Terdengar suara Mia tertawa kecil di balik selimut. Merasa penasaran dengan apa yang di lakukan oleh istri nya. Garra mendekat. Mencoba mengintip dengan menarik selimut Mia. "Mia.. Apa yang kau lakukan?" "Bang Garra. Menggangu saja. Mia sedang menyelesaikan menonton Drakor semalam. Bagus sekali. Romantis sekali...Mia sampai terbawa perasaan. Apa bang Garra sudah mau berangkat? " Mia terpaksa membuka selimut nya untuk menatap Garra. "Iya sayang. Mia jangan lupa sarapan dulu. Baru nanti lanjutkan menonton nya." Grep..!!! Di luar nalar Garra. Mia memeluknya dari belakang. Memeluk erat dengan kepala yang di sandarkan di punggung Garra. "Bang Garra. Boleh meminta sesuatu tidak." ucap Mia dengan nada yang begitu manja membuat Jantung Garra sontak berdegup kencang dengan perlakuan tak biasa Mia. Garra meraba kedua tangan Mia yang ada di perutnya. Membuka pelukan Mia dan memutar tubuhnya untuk menghadap Mia. "Kenapa kebiasaan mu seperti ini Mia...?" "Menggoda ku di pagi hari." sambung Garra. Mia menggeleng. "Tidak bermaksud menggoda. Tapi Mia ingin.._ " menghentikan ucapan nya. Melirik dulu wajah suaminya. "Katakan.. Mau apa?" tanya Garra. "Untuk hari ini saja.. Bisa tidak bang Garra tidak pergi bekerja." "Kenapa Mia? Mia mau jalan jalan?" Mia menggeleng. "Lalu..?" "Mau ditemani bang Garra. Mau mengajak bang Garra berusaha lagi. Kerja sama yang benar lagi." "???" Garra. "Membuat cicit untuk kakek." "Kan sudah kenal baik dengan Junior. Janji deh ,tidak akan teriak lagi. Janji akan menahan nya." Sungguh, saat ini juga Garra ingin rasanya menjerit. Jeritan kebahagiaan. Saking bahagianya, Garra hanya kuat untuk mengangguk saja. Mia bahagia Melihat anggukan Garra, langsung memeluk Garra kembali. "Lepas dulu Mia. Aku harus menghubungi Ang dulu." "A... tidak mau. Kan Mia sedang bahagia." makin mengeratkan pelukan nya. _________________