webnovel

Mencari Ketenangan

Sebuah rumah yang terlihat asri, terdapat dua pohon mangga di depannya dan sebuah ayunan masa kecil yang menyimpan banyak kenangan Kinan. Wanita itu turun dari taxi yang dia naiki, berjalan masuk ke halaman rumah yang kini ada di depannya. Sudah lama dia tak pergi ke sana, Kinan berdiri di depan pintu merasakan hembusan angin yang selama ini dia rindukan, ditambah aroma cokelat panas yang selalu menjadi ciri khas dari rumah itu.

Wanita itu mengatur napasnya, dan kemudian mengetuk pintu yang ada di hadapannya.

Tok, tok, tok!

Suara langkah kaki seseorang dari balik pintu sana, membuat Kinan menunggu, dan akhirnya seorang wanita tua berusia kisaran 70 tahun itu keluar dari dalam rumah. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Kinan langsung mendapat pelukan hangat dari wanita tua itu.

"Kamu kenapa tidak pernah datang kemari, Nenek kangen ...." Tanpa melepas pelukannya, wanita tua itu mengelus puncak kepala Kinan.

Kini, Kinan sendiri yang melepaskan pelukannya.

"Kinan bukan anak kecil lagi, Nek," jawabnya sambil melepas tangan neneknya yang masih berada di kepalanya.

Wanita tua itu tersenyum dan kembali berkata, "Kamu sudah makan? Nenek sudah siapkan makanan kesukaan kamu di dalam, ayo makan bersama, kakekmu juga sudah ada di dalam."

Kedua bola mata wanita tua itu, mengarah kepada kedua mata Kinan yang terlihat sembab seperti orang habis menangis. Bukannya terkejut, neneknya malah tersenyum melihat hal itu. Itu sudah menjadi hal biasa bagi sang nenek, melihat cucu kesayangannya datang ke rumahnya dengan keadaan seperti itu.

"Ada masalah apalagi, kenapa cucu Nenek yang sudah tidak kecil lagi ini menangis," sindir sang nenek.

"Biasa, Nek, nanti Kinan ceritakan di dalam, baunya enak, Kinan pengen minum cokelat panas buatan Nenek, sudah lama Kinan tak meminumnya," pintanya.

Tak bisa dipungkiri, gadis ini justru lebih terbuka kepada neneknya ketimbang papanya sendiri. Kinan beranggapan, papanya bertemu banyak orang di luar sana, salah satunya adik dan mama tirinya yang bisa kapan saja menghasut papanya.

Berbeda dengan neneknya, yang justru akan lebih percaya seratus persen kepadanya, tanpa mau dihasut oleh orang lain.

Di sisi lain.

Rasyid tengah kebingungan, memikirkan cara agar Kinan mau memaafkan kesalahannya barusan, tapi usahanya sia-sia tak ada satu pun cara yang terlintas di benaknya. Kepalanya serasa ingin pecah, memikirkan hal ini, sebuah pelukan yang dia dapati, sempat membuatnya terkejut, dan menoleh seketika. Rupanya, itu wanita yang tadi tidur bersamanya, Rasyid tak benar-benar mencintai wanita itu, dia hanya ingin menjadikan Kayla—adik tiri Kinan, sebagai salah satu dari wanita simpanannya yang bisa dia jadikan teman tidurnya di ranjang.

Tapi, siapa sangka Kayla justru menyiapkan rencana buruk untuknya, tanpa sepengetahuannya Kayla menyimpan rasa kepada Rasyid, sejak lelaki ini masih menyandang status kekasih kakak tirinya.

"Ngapain kamu masih di sini, cepat pergi jangan ganggu aku!" bentaknya penuh emosi.

"Kamu kenapa sih, sikapmu sangat berbeda tidak seperti saat berada di atas ranjang, kamu begitu manis," cetusnya.

"Dengar ya, kita hanya punya hubungan di atas ranjang saja, dan aku sudah kirim uang ke kamu sesuai perjanjian awal kita. Jadi, masalah sikapku berubah atau tidak itu bukan lagi urusanmu!" tegasnya.

"Itu akan menjadi urusanku." Dengan cepat Kayla menyahut.

Rasyid sempat terdiam, tak berkutik, mencerna ucapan yang keluar dari mulut wanita yang kini ada di hadapannya. Satu alisnya terangkat, menandakan bahwa dirinya bertanya-tanya dengan ucapan yang barusan dia dengar.

"Bagaimana jika aku hamil anakmu. Sementara, kita ... melakukan hubungan bukan hanya sekali, bahkan berkali-kali." Kinan kembali merangkulkan kedua tangannya ke leher Rasyid.

Dengan cepat, tangannya dihempaskan begitu kasarnya.

"Apa maksudmu! Aku sudah katakan berkali-kali kepadamu, jangan sampai kamu mengandung anak dariku! Aku sudah bayar mahal untuk ini jadi, jika kamu hamil aku pun tidak punya tanggung jawab lagi padamu!" tegasnya.

Bukannya takut melihat emosi laki-laki yang ada di hadapannya semakin meledak, Kayla justru memasang wajah tanpa dosa dan duduk di hadapan lelaki itu sambil menyilangkan kedua kakinya dengan santai.

"Tak perlu khawatir, cukup nikahi aku saja dan semua urusan beres. Lagipula, aku sudah lama menyimpan rasa padamu, kita juga sudah menjalin hubungan terlarang ini, apalagi yang kamu ragukan? Kak Kinan? Dia sudah benci dengan kita, percuma saja mengejar maaf darinya," jelas Kayla.

"Tutup mulutmu!!"

Bentakan itu membuat Kayla yang semula duduk dengan santai, berdiri seketika. Wanita itu terus berjalan mundur mendapati Rasyid yang terus saja berjalan ke arahnya dengan wajah penuh amarah dan dendam. Tubuh Kayla terbentur ke tembok yang ada di belakangnya, sudah tidak bisa menghindar lagi, laki-laki itu mengangkat dagunya sambil mengeluarkan kata-kata kasar dan ancaman begitu menyakitkan hati.

"Kamu itu wanita murahan, sana-sini mau tak pantas bersanding denganku, yang sudah jelas-jelas punya nama baik sebagai seorang pengusaha sukses. Lagian, kamu itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kakak kamu yang cantik, mandiri, kamu itu hanyalah wanita bodoh yang mau saja dimanfaatkan banyak lelaki," cetusnya.

"Dan ... satu lagi, sesulit apapun mendapat maaf dari Kinan, aku tidak akan pernah menyerah, karena aku mencintainya, jadi aku harap kamu sadar posisi. Masalah kehamilan itu, bisa kamu gugurkan, jangan bikin pusing," imbuhnya berisik ke telinga Kayla.

Kayla tak bisa diam begitu saja, kebenciannya kepada Kinan semakin menjadi mendengar perkataan yang keluar dari mulut Rasyid barusan, dia merasa dirinya lebih daripada kakak tirinya, rupanya perasaan iri sudah menguasai hati Kayla.

'Aku tidak akan tinggal diam. Aku pastikan, darah dagingmu ada di dalam janinku, lihat saja nanti' batin Kayla sebelum Rasyid pergi meninggalkannya sendirian di dalam kamar hotel itu.

Rasyid pergi begitu saja, sementara Kayla terduduk dengan kedua tangan mengepal di atas meja mengingat ucapan menyakitkan yang dia dengar barusan. Suara deringan telepon mengalihkan perhatiannya, Kayla lihat nama mamanya tertulis di layar ponsel miliknya.

"Iya Ma, Kayla pulang bentar lagi!"

"Bukan itu, sayang ...."

"Maksudnya?"

"Mama telepon kamu karena Mama mau tanya sesuatu," jawab mamanya.

"Tanya apa?"

"Kamu lagi sama kakak kamu, nggak? Papa kamu nyariin kakak kamu jangan sampai kita kena imbasnya nanti," jawab mamanya.

"Lah dia belum pulang? Biarin aja kenapa sih, udah gede juga nanti juga pulang sendiri." Dengan nada kesal Kayla menjawab ucapan mamanya.

"Bukan itu masalahnya, pokoknya kamu cari kakak kamu sekarang bawa dia pulang atau uang jajan kamu Mama kurangi sebulan ke depan," tegasnya.

Kayla hanya bisa membual tanpa membantah perintah dari mamanya. Dia bukan siapa-siapa saat ini lebih lagi posisinya sedang terancam, shit!

Bersambung ....