webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · perkotaan
Peringkat tidak cukup
282 Chs

Part.10 Telepon misteri

Bryan masuk keruang rapat diikuti aku dan Danu, wajah tegang aku lihat pada mereka yang hadir di tempat meeting setelah minggu lalu Danu menyelesaikan auditnya. "Selamat pagi semua," Bryan membuka rapat hari ini sementara aku seperti biasa duduk disamping Meja meeting dekat Bryan.

"Kemarin Arnita sudah mengirimkan via email tetang laporan keuangan dan seharusnya saudara-saudara sudah membacanya, saya pernah mengatakan saya tidak akan pernah mentolerir siapapun yang bermain belakang dan bermain curang terhadap perusahaan ini, oleh karenanya saya akan merombak susunan managerial pada perusahaan ini. Tidak hanya bagian keuangan tapi secara keseluruhan dan saya sudah membicarakan dengan para pemegang saham serta komisaris perusahaan dan pada dasarnya mereka sudah menyetujuinya, dan bukan berarti satu kesalahan tidak melibatkan satu dengan yang lain ternyata semua berhubungan dan bukan berarti saya menyalahkan Pak Hendro namun sepertinya Pak Hendro telah menunjuk orang yang salah untuk di percaya, sampai hari ini saya masih merumahkan Pak Hendro untuk sementara dan penyelidikan di bagian keuangan masih terus dijalankan, saya tidak mau mengambil keputusan yang gegabah sampai penyelidikan selesai dan itu mungkin akan berlangsung selama sebulan sampai dengan saya mengeluarkan SK penempatan yang baru. Namun demikian bagian keuangan akan tetap mendapatkan perhatian penting karena menyangkut kepenting dan keberlanjutan perusahaan dan juga para pegawai," Bryan menghentikan pembicaraannya ketika Papah Hermawan Masuk kedalam ruangan meeting.

"Lanjutkan Bryan, Papah hanya akan mendengarkan meeting ini," Hermawan lalu duduk di kursi sebelahku setelah Dodit asisten pribadi Papah menarik kursi untuknya dan aku mempersilahkan Papah untuk duduk.

" Saya Tidak bisa menyalahkan Pak Hendro sepenuhnya atas kelalaian ini, tapi sikap saya yang terlalu percaya sepertinya harus dirubah saya akan menempatkan beberapa orang disektor masing-masing dan melaporkan kegiatan perusahaan secara berkala langsung pada saya," mereka semua terdiam, Bryan yang bisanya begitu percaya pada staf dan pegawainya sepertinya mulai diliputi keraguan. Bryan memang yang sangat mudah percaya pada orang namun sekali saja dia dikecewakan dia tidak akan pernah membuka pintu kesempatan lagi.

"Lalu untuk saat ini kemana Mas kami harus melaporkan masalah keuangan, jika untuk sementara waktu bagian keuangan di bekukan sampai pemeriksaan selesai?" tanya Diki selaku Maneger Pengembangan Proyek, Bryan memandang pada Hermawan selaku komisaris utama.

" Nanti akan kami kabari secepatnya, siapa yang akan bisa menjadi pejabat sementara pemegang keuangan," semua menganggukan kepala sepertinya mereka paham.

"Kalau begitu saya cukupkan rapat hari ini, untuk proyek yang sudah berjalan bisa tetap dilanjutkan untuk keperluan apapun bisa lapor pada Arnita untuk sementara waktu," Bryan mempersilahkan papahnya untuk meninggalkan ruang rapat diikuti Bryan dan aku keluar dari ruang meeting.

"Jadi Hendro sendiri tidak tau ada permainan curang dari Yosep dan anak buahnya?" Papah bertanya ketika kami sudah sampai diruangan kerja Bryan.

"Ya, tapi itu merupakan kesalahan dan kecerobohan Om Hendro, harusnya dia meneliti dulu semua laporan, Sementara orang yang dipercaya malah menyalahkan posisinya, setelah disingkronkan disemua divisi dari hasil audit kecurangan tidak hanya terjadi 3 bulan kebelakang terapi dari 9 bulan kebelakang," Hermawan mengerutkan keningnya dia seperti sedang memikirkan sesuatu ketika Bryan menjelaskan masalahnya.

"Berarti mulai sekarang bagian keuangan kamu saja yang kontrol Nit, kamu seleksi beberapa orang untuk bisa mengurusi masalah keuangan, Bagaimana?" Papah memandangku. sementara aku hanya melihat Bryan aku jujur saja tidak begitu paham dengan akutansi dan keuangan aku lebih paham tentang management.

"Ya sudah Papah mau keruangan dulu, nanti Mama kamu sampai Papah gak ada ngamuk lagi," Papah berdiri dan meninggalkan kami yang masih sibuk dengan berkas-berkas dimeja kami masing-masing.

"Sayang kita pulang yu, aku cape banget," Bryan memegang lehernya karena pegal.

"Ya sudah aku bilang Pardi dulu," aku berdiri kemudian mengambil ponsel dan mengirim pesan tak lama kami keluar ruangan dan aku menghampiri Indri.

"Aku pulang duluan Dri, Bryan sepertinya kurang enak badan , nanti kalau ada yang penting kamu kabari saja ya seperti biasa, dan ini tolong kasihkan ke Pak Adi berkas yang sudah ditanda tangani untuk proyek yang dicikarang," Aku menyerahkan map Biru pada Indri, sementara Bryan sudah berjalan terlebih dahulu dengan berlari kecil aku menghampirinya. Lalu kami masuk kedalam Lift seperti biasa Bryan akan memegang jari tanganku jika akan keluar kantor pemandangan yang sudah biasa dilihat orang ketika kami sudah menikah, tak jarang dia memeluk pundakku namun di tau aku sedikit risih jika dia melakukan itu padaku didepan umum apalagi jika dikantor. Sepanjang perjalanan Bryan hanya menyenderkan kepalanya di pundakku dan memejamkan mata, karena hal seperti ini baru pertama terjadi dibawah pimpinannya dia sepertinya menyesali keteledorannya karena terlalu percaya pada orang lain, dan dia khawatir jika terus menurun kinerjanya makan para pemegang saham akan berulah, walaupun pemegang saham terbesar adalah Papah dan kedua terbesar adalah Bryan beserta kakak laki-lakinya yang lebih memetingkan rumah sakit dari pada perusahaan secara global. aku mengusap kepalanya sementara tangan kananku menggenggam erat tanganya seolah-olah ingin memberikan kekuatan lebih pada dirinya, aku jadi ingat pesan dari ibu panti mencintai siapapun dengan tulus akan mendapatkan kebahagia seutuhnya, walaupun dalam pekerjaan kami sudah lebih dari 2 tahun namun urusan soal hati kami masih seumur jagung, harus saling mengenal satu dengan yang lain saling belajar memahami saling meninggalkan ego masing-masing.

Aku menepuk Pipi Bryan ketika kami sampai di basemant apartement, sebenarnya Mama sudah membelikan rumah buat kami tapi menurutku terlalu besar dan kuno selain itu sedikit membuat bulu kudukku berdiri jika berlama-lama disana, oleh karenanya Bryan tidak memaksakanku untuk pindah kerumah itu, begitu juga dengan Mama dia tidak memaksakan apalagi rumah tua itu sudah lama tidak ditepati.

"Apa tidak dibongkar saja lalu dibangun rumah baru agar lebih nyaman Nit?" waktu itu Mama menanyakan pendapatku.

"Boleh Mam, nanti aku pikirkan dulu konsepnya ya Mam," aku menjawab pertanyaan mama Ais yang dijawab dengan anggukan dan senyuman. Jadi sampai saat ini aku masih betah diapartemen namun untuk cuci mencuci mama selalu menyuruh Pardi mengambil cucian kotor kami 2 hari sekali, aku hanya menurut saja toh aku juga tidak punya cukup waktu untuk mencuci sendiri.

"Sudah sampai ya sayang," Bryan membuka matanya ketika aku kembali menepuk Pipinya.

"Iya," Aku tersenyum kearahnya.

"Maaf, pegal ya pundak kamu?"Bryan menguap-usap pundakku. Lumayan sebenarnya hanya saja aku tidak tegak melihatnya seperti kelelahan.

***

Bryan tertidur dikasur setelah ia selesai sholat isya, kebetulan sudah dua hari aku halangan jadi tidak ikut sholat bersamanya. tiba-tiba ponselku berbunyi, aku melihat tulisan Private number biasanya kalau telepon seperti ini tidak akan pernah aku angkat, setelah dua kali berdering ponsel ku tidak berbunyi lagi akan tetapi tak lama telepon Bryan pun berdering. Aku mengmute kan nada deringnya khawatir Bryan terbangun aku mengangkatnya namun tidak ada suara ketika aku memberi salam dan tak lama sambungan terputus. Aku memandangi ponsel Bryan tak lama suara dering kembali berbunyi dan ketika kulihat ternyata sama tertulis Private number aku kembali terdiam memandangi telepon Bryan yang masih berdering, kulihat jam didinding masih pukul 8 malam setelah beberapa kali berdering akhirnya deringan itu berhenti sendiri dan kali ini kembali ponselku yang berdering. aku masih memandanginya ketika deringan yang kedua kali aku memcoba mengangkatnya tanpa mengeluarkan suara, tak lama telepon kembali terputus tanpa ada suara namun aku mendengar tarikan nafas orang disana. aku memandangi telepon ada yang aneh dalam perasaanku jika orang tersebut mau menipu tidak mungkin dia menelpon ku dan melepon Bryan secara bergantian dan sepertinya orang tersebut tau siapa kami. setelah menunggu 1 jam tidak ada lagi yang menelepon aku putuskan untuk tidur karena akupun sangat lelah, namun kali ini aku getarkan agar jika ada telepon penting paling tidak aku bisa tahu.

***

"Pagi sayang," Bryan mengecup bibirku sebentar ketika selesai sholat subuh, aku terbangun menatap wajahnya tersenyum manis aku menatapnya bibir yang tipis membuatku tergoda untuk menciumnya, wajahnya begitu cantik kulit mulus dengan mata yang tidak besar sementara alisnya tertutup oleh rambutnya . aku mengecup kedua pipi kemudian kedua mata dan terakhir bibirnya andai kami memiliki anak nanti aku berharap diberikan anak perempuan mirip Bryan.

"kenapa sayang?" Bryan menatapku kali ini dia menaruh tangannya didadaku dan menatapku.

"Kamu kenapa sih, ditanya malah senyum-senyum," Bryan masih menatapku.

"Kau cantik," aku kembali mencium Bibir tipisnya .

"Hahahaha, aku gak cantik aku manly," aku tertawa mendengar sangkalannya.

"Ih malah ketawa, buktinya kalau berhubungan kamu sampai mendesah-desah," sambil kemudian mengkilikitiku sambil menciumin wajahku, tentu saja aku tertawa dan bergerak-gerak karena tidak tahan dengan kelitikan tangannya dipinggangku.

"Ampun sayang geli ih." aku memukuli lengannya. Sementara Bryan belum juga melepaskanku.

"Bilang dulu aku manly gitu baru aku lepas," Bryan masih menciumin ku.

"Iya kamu manly Samsul," jawabku kesal.

"Ih siapa samsul, selingkuhan kamu ya?"Tanya Bryan sambil menyipitkan matanya sehingga tinggal segaris.

"ya kamu Bryan Samsul,"Jawabku sekenanya. Bryan tertawa terbahak-bahak.

"Udah ah," berdiri hendak turun dari kasur.

"Mau kemana kamu Maimunah," sambil menarik tanganku.

"Mandi, mau ikut?" tanyaku meledek

"Gak ah, percuma gak bisa nana nini," Bryan masih diatas tempat tidur sambil memandangku.

"Dasar samsul," aku melempar bantal kerahnya lalu berlari kedalam kamar mandi.

***

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

rachma_akbaricreators' thoughts