webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · perkotaan
Peringkat tidak cukup
282 Chs

Part 5. Malam pertama

Tak lama pintu lift terbuka aku menunjukan kamar pengantin kami karena tadi aku dirias dikamar itu.

Aku menempelkan kunci kamar didekat gagang pintu tak lama kamar kami pun terbuka namun kondisi Kamar lebih rapi dari ketika aku tinggal tadu, koper perias sudah tidak ada, pakaian sudah terlipat rapi. Ada sekotak coklat dan sekeranjang buah disana, Bryan menaruhku diatas kasur.

"Sayang fotoin aku dong diatas kasur, sebelum aku ganti baju," pintaku sambil menyerahkan ponselku padanya.

"Sini, inilah foto terakhir Arnita masih gadis sebentar lagi dia sudah tidak gadis, " Bryan tertawa semetara aku melemparnya dengan bantal. Bryan melempar bantal kembali kearahku lalu loncat keatas kasur dan memelukku.

"Sayang," aku mencolek Bryan.

"Ya," Bryan memandangiku.

"Aku mo pipis" kataku meledeknya lalu berlari kekamar mandi. Dia bangkit dan menyusulku namun aku sudah mengunci kamar mandi terlebih dahulu.

"Arnita, buka pintunya. Ngapain dikunci nanti juga aku bakal liat kok," Bryan mengetuk pintu kamar mandi. Aku hanya tertawa didalam kamar mandi.

"Buka donk yang, aku kebelet pipis nih," Bryan kembali menggedor pintu.

"Pipis di botol minuman aja," aku kembali mengodanya. Sambil membuka satu persatu pakaian pengantinku.

"Ihh kamu tega banget, buka donk sayang," Bryan terus merayuku, aku baru ingat aku lupa mengambil baju gantiku yang ada di tas travel yang aku bawa dari rumah. Aku melihat bathdrobe tergantung di dekat bathtub.

"Sayang aku buka pintunya, tapi nanti bantu lepas mahkota dikepalaku ya," pintaku dari balik pintu.

"Iya cepetan aku pengen pipis," begitu pintu aku buka pintu benar saja dia langsung masuk dan membuka celananya aku membalikan mukaku

"Lega akhirnya," Bryan bukannya memakai celana nya kembali malah membukanya.

"Kamu kenapa" dia melihat aku yang masih memalingkan wajahku.

"Sekarang gak mau liat, besok pasti nyariin," Godanya sambil mendekat kearahku.

"Ih tau ah?" jujur saja jantungku berdetak kencang.

"Katanya minta dibukain markota dikepalanya, sini dong," Bryan membuka baju atasan nya.

"Panas juga nih baju," Ia melempar kearah keranjang baju tempat aku menaruh baju pengantin tadi.

"Sini aku bukain," Bryan menarikku kedepan kaca aku melihat Bryan menggunakan kaos oblong putih dan celana boxer hitam aku bernafas lega ternyata dia tidak bugil.

"Kamu gak pake apa-apa ya?" dia berkata sambil mencabuti jepitan dan jarum pentul dikepalaku.

"Ngintip boleh gak?" dia menarik bagian atas bathrobeku.

"Ihh apaan sih ," aku memukul tangannya.

"Dosa loh kalau nolak suami," Bryan masih saja meledekku. Aku hanya diam.

"Buka donk kerudungnya, aku ingin lihat kamu kalau gak pakai jilbab," aku melepas kerudungku untuk pertama kali dihadapannya.

"Rambut kamu panjang juga," Bryan melepaskan kunciran rambutku.

" Bagus, rambut kamu tebal," dia mencium ujung kepalaku dari belakang lalu memelukku tanpa aku sadari Bryan memasukan tangannya kedalam bathrobeku

"Gede juga ternyata," tanpa kusadari Bryan meraba Dadaku aku kaget karena dari tadi yang aku lihat dia hanya menciumi rambutku.

"Ih masih siang juga," aku memukul tangannya yang masih mengelur-elus buah dadaku yang menimbulkan perasaan aneh pada diriku. perasaan seperti tersengat listrik.

"Geli tau," aku berusaha menarik tangannya.

"Siang atau malam kan sama aja sayang," bisiknya ditelingaku Aku tambah geli

dibuatnya.

"Kita belum sholat ashar sayang ?" aku mengingatkan dia yang belum juga melepaskan tangannya dari dadaku, bisa tidak tahan aku kalau begini.

"Cuti boleh gak?" tanyanya padaku.

"Enak aja, kamu cuti nafas mau gak?" tanyaku masih berusaha menahan geli karena Bryan masih memelukku sambil mengelus-elus payudaraku menggunakan sebelah tangannya yang dimasukan kebathrobeku.

"Tapi abis sholat mau yah?" Bryan merayuku.

"Sekarang sudah hampir setengah 5 sayang setelah itu gak lama magrib kita makan dulu trus isya baru deh kamu bebas mau ngapain," aku seperti seorang ibu yang sedang merayu anaknya agar berhenti bermain dan merengek.

"Janji ya?" aku menganggukan kepalaku, Bryan melepaskan pelukannya padaku dan membalikan tubuhku menghadap dirinya lalu mengecup bibirku sebentar.

"Kamu keluar dulu ya, aku mau mandi terus sholat," aku mendorongnya dan dia menurut .

"Kamu mau makan apa sayang" tanyaku pada Bryan sehabis sholat magrib, aku suka melihatnya kalau rambutnya basah karena air wudhu.

"Aku ingin makan kamu," dia kembali merengek, aku pura tidak mendengar.

Aku menyalami tangan Bryan setelah selesai sholat Isya, dia mengusap kepalaku, aku berdiri melepaskan mukena dan melipatnya. Tiba-Tiba Bryan mengendongku lalu meletakan tubuhku diatas kasur.

.

"Gak ada alesan lagi kamu sekarang," Bryan mulai menciumi wajahku.

"Tapi pelan-pelan yah?" aku menghentikan kegiatan Bryan dia hanya mengangguk lalu kembali menciumi aku lagi dan mencium bibirku sambil tangannya masuk kedalam baju tidurku dan aku sudah tidak tau lagi karena yang aku tahu kami menikmati malam pertama dengan kebahagiaan.

***

"Pagi sayang," Bryan mencium pipiku

"Ayo mandi, keramas sana, " Bryan menyuruhku untuk mandi.

"Gendong," aku mengulurkan tanganku.

"Ih manjanya, jalan kekamar mandi sendirilah," Bryan duduk dikursi sofa, aku masih beranjak dari tempat tidur rasa sakit didaerah intimku asih terasa olehku.

"Ayo sayang sudah jam 5 keburu habis subuhnya sayang," Bryan duduk disamping tempat tidur.

"Makanya gendong, masih sakit tau," aku merengek sementara Bryan malah tertawa melihatku.

"Ya sudah sini aku gendong," Bryan menghampir dan menggendongku.

"Sakit, tapi nagih ya apalagi punya kamu sempit mana pake mendesah lagi," Aku memukul bahu Bryan ia tertawa melihat wajahku yang terasa memanas.

"Nanti malam lagi ya?" Bryan tertawa mesum lalu menurunkanku.

"Ih dasar mesum," aku menutup pintu kamar mandi.

"Tapi suka kan?" Bryan meledekku sambil tertawa.

*

"Sarapan nya mau diantarkesini atau mau turun ke bawah? " Bryan bertanya ketika kami baru saja selesai sholat subuh.

"Diantar saja sayang," aku menjawab sambil melipat mukena yang aku pakai. kemudian meletakan diatas travelku.

"Eh sayang Sarapannya memang diantarkan? kemarin aku baca di brosurnya demikian," aku menyisir rambutku dan menggulung mengikatkan dengan ikat rambut hingga pundukku terlihar, Bryan menghampiriku dan memelukku dari belakang sepertinya pundukku menjadi perhatian untuknya dia menciuminya. Sebenarnya itu adalah salah satu bagian sensitipku kali ini Bryan tidak hanya menciumi pundukku tapi mulai mensesapinya juga.

"Sayang sudah dong, geli nih," aku berusaha melepas pelukkannya bukan karena tidak suka tapi memang geli.

"Tapi aku suka," sambil berbisik, Bryan malah berpindah mencium telingaku dan tangannya mulai meremas bagian Dadaku.

"ini salah satu bagian favorit," kali ini dia membuka satu kancing depan baju piamaku dan memasukan tangannya.

"kamu sengaja gak di bra ya sayang?," aku diam, kebiasaanku kalau habis mandi memang tidak pernah memakai bra, dan saat ini aku hanya menikmati sensasi yang Bryan lakukan padaku Dan aku tidak mungkin menolaknya karena. tugas seorang istri adalah melayani suaminya termasuk untuk urusan kasur.

"Lagi ya,biar sakitnya hilang," Bryan merayuku. aku menoleh kearahnya.

"Emang iya?" seperti anak kecil yang tidak tahu apa-apa aku menatap wajahnya.

"kan kalau sering jadi biasa," aku memutar badanku kearahnya, Bryan memeluk dan menempelkan badannya kebadanku.

"Kamu kata siapa?" tanyaku, bukannya menjawab pertanyaanku dia malah mengcium bibirku dan melumatnya. jujur saja ini sensasi yang aku suka ciuman hangat dan panas dari bibirnya seperti menjadi candu buatku.

"Pindah kasur yu," ajak Bryan sambil menggendongku. Berarti aku harus keramas lagi padahal rambutku baru saja kering.

***