webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · perkotaan
Peringkat tidak cukup
282 Chs

Part 26. Nol Banyak yang membuat senang

"Aku mana pernah angkat atau bales pesan dari nomer yang gak aku kenal," Bryan kembali lagi ke sofa dan kami kembali membicarakan rencana untuk mencari biang kerok pencurian data di perusahaannya, dari pada mengurusi dua mahluk alien yang tidak jelas asal usulnya.

***

aku baru saja selesai mandi ketika kulihat Bryan sedang membuka kemejanya. ia melihat kearahku lalu tersenyum.

"Sudah selesai mandinya," Aku mengangguk lalu mengambil kaos oblong dan kemeja yang ia pakai tadi.

Bryan menghampiriku lalu menciun ujung kepala, kening, hidung dan mengecup bibirku cukup lama lalu beralih keperutku yang belum terlalu kelihatan

"Hai baby, sehat-sehat disana ya jangan minta yang aneh-aneh kasihan Mommy mu. Kalau kau minta uang berapapun Papi kasih, asal jangan minta makanan yang aneh-aneh apalagi membuat Mommy mu muntah-mutah ya," sekali lagi ia mencium perutku yang tertutup baju kaos terusan selutut, Selama hamil aku memang suka berdandan seperti

ini jika sedang dirumah.

"Kamu menyindirku ya," aku mendorong Bryan yang berdiri dihadapan ku.

"Kok nyindir ,gak lah," Dia membelai rambutku, tubuhnya yang berbentuk membuatku betah bersentuhan dengan kulit tubuhnya secara langsung dan aku juga sangat menyukai harum tubuhnya walaupun belum mandi.

"Itu tadi bilang soal uang," aku mengerucutkan mulutku.

"Aku tuh nganggap kamu kalau minta uang itu lagi ngidam, soalnyakan kamu mana pernah minta uang uang sebelum hamil. Dikirim berapa aja diem cuma bilang terimakasih, emhh boleh tau gak uangnya untuk apa?" Bryan mulai kepo dengan kebiasaanku meminta uang padanya.

"emmmh gak buat apa-apa seneng aja liat angka ditabunganku banyak," Kataku serius. Karena memang aku tidak pernah ingin apapun walau Bryan memberiku uang yang banyak.

" Aku senang aja kalau lihat angka nol nya banyak berbaris gitu," Kataku malu sambil bersembunyi dipelukannya. Bryan terkekeh mendengar perkataanku.

"Besok Papi kirim lagi yang banyak ya Mommy, biar Babynya anteng," Bryan lalu melepaskan pelukannya.

"Aku mandi dulu ya sayang takut keburu azan magrib," Bryan meninggalkanku dan masuk kedalam kamar mandi sementara aku menyiapkan baju untuk Bryan sholat dan

untuk baju tidurnya

***

"Aku boleh tanya sesuatu Bryan?" saat itu kami sedang menonton film komedi yang sedang diputar disalah satu stasiun televisi. "Apa yang akan kamu tanyakan, aku akan berusaha menjawabnya sebisa mungkin," pandangannya masih ketelevisi, aku tau sebetulnya ia enggan menjawab apa yang ingin aku tanyakan dan dia juga tau apa yang ingin aku tanyakan, aku berusaha dari kemarin bertanya tanpa dia harus terpaksa menjelaskan.

"Emhhh saat umur berapa kamu merasakan bahwa hidup ini menyenangkan?" Tanyaku pada Bryan memandang wajahku. lalu ia menjawab pertanyaanku.

"Saat menikah dengan kamu berarti waktu umur aku 30 tahun" Bryan tersenyum manis sambil mengelus-elus perutku yang belum kelihatan bentuknya.

"Sebelum nikah emang gak pernah menyenangkan?" Aku penasaran.

"Menyenangkan sih cuma dari semua itu sejak bisa mengenalmu, bisa jatuh cinta padamu adalah hal yang sangat luar biasa menyenangkan untukku, " Bryan menatapku. lalu merubah duduknya menjadi menghadap padaku

"Sebenernya kamu mau tanya apa sih jubaedah....," Bryan menggodaku lalu ia mengelus pipiku lembut. aku tersenyum sambil menundukan kepala.

"Tapi kamu janji gak marah ya," Bryan menganggukan kepala dia memeluk pinggangku.

"Gak, aku gak marah, cepetan deh lama ya tar keburu aku dibaju lagi nih," Bryan selalu menggodaku jika aku mulai ragu dengan apa yang aku akan lakukan.

"Sebelum nikah ama aku kamu pernah pacaran berapa kali ?" aku memasang wajah serius, Agar Bryan tidak menganggap pertanyaanku sebagai guyonan semata.

"Aku pertama jatuh cinta ketika SMP waktu itu aku masih tinggal di London, gadis itu sangat cantik dan lucu dia berambut pirang dan ikal namanya Stela, mungkin orang hanya menganggap itu cinta monyet namun sebenarnya aku sangat menyayanginya melebihi apapun pada waktu itu, Namun keluarganya tidak menyetujui hubungan kami, mereka khawatir cinta anak kecil akan menjadi cinta anak dewasa. Stela itu masih keturunan keluarga kerajaan jika dia menikah dengan kaum biasa maka hak warisnya akan hilang, selain itu agama kami berbeda hingga akhirnya orang tua Stela membawanya pindah dan tidak tinggal di London, aku benar-benar marah ditambah lagi kakekku tidak bisa berbuat apa-apa, karena sekaya apapun kakekku dia tidak bisa membeli martabat seorang keluarga ningrat. Setelah lulus SMP aku yang kecewa memilih untuk kembali ke Indonesia dan memutuskan untuk tidak pernah jatuh cinta lagi, Karena sangat menyakitkan dan aku juga lebih suka menyendiri dan diam. Aku berusaha agar tidak ada satu perempuanpun yang mau dekat denganku, menurut orang-orang yang kenal denganku aku menjadi pendiam dan dingin hanya teman-teman dekat yang bisa melihatku tersenyum, sampai mama sempat membawa ke spikolog karena dia khawatir aku terkena penyakit anti sosialisasi atau yang biasa disebut sosiopat," Bryan menarik nafasnya panjang. kemudian melanjutkan ceritanya.

"Kamu tau sebelum aku menjadi pimpinan dikantor pusat hampir selama empat bulan aku belajar memimpin perusahaan.

Kemana dan apa yang Papah lakukan semua aku pelajari hingga suatu hari aku melihat seorang perempuan bertubuh mungil, berjilbab, berlari terburu-buru menuju pintu lift, namun beberapa lift sudah terisi penuh dan perempuan itu masih harus menunggu lift lainnya turun kebawah hingga papah yang melihatnya kemudian menyuruh perempuan itu untuk ikut kedalam lift eksekutif dan sepertinya Papah nyaman berbicara dengannya, setiap pertanyaan ia jawab dengan lugas sampai akhirnya aku menyetujui menggantikan papah asal perempuan itu yang jadi sekretarisku," Bryan melihat kearahku, aku masih ingat kejadian itu dan ketika dia memilihku sebagai istri, dia memberi tahuku bahwa dia yang meminta aku untuk menjadi sekretarisnya sebagai syarat untuk menggantikan Papah menjabat sebagai direktur perusahaan.

"Jadi sejak pertama melihat kamu aku sudah jatuh cinta, namun untuk meyakinkan hatiku, aku harus menunggu dua tahun, agar lebih yakin karena memang benar-benar jatuh cinta bukan hanya karena sekedar obsesi," Bryan duduk dari tidurnya dan melepaskan pelukannya lalu memegang bahuku.

"Aku mencintaimu dulu, kini dan Nanti Arnita ," kali ini ia memelukku dengan erat seolah-olah takut kehilanganku, aku menepuk punggungnya dengan pelan.

"Aku juga mencintaimu Bryan," akhirnya kami malah tertidur dengan saling memeluk sementara tangan Bryan satunya menaruh tangannya diatas perutku, sebelum kami benar-benar tertidur Bryan kembali mengusap perutku.

"jadi anak yang berguna dan pintar ya nak nanti ," ucapnya sambil tersenyum.

***

"Hari ini aku ada meeting dengan vendor dari jepang diluar kantor jadi setelah aku mengantar kamu kekantor, aku akan berangkat dengan Adi dan Taufan dari kantor," aku menganggukan kepala sambil memasangkan dasi pada kerah bajunya.

"iya tapi kamu jangan lupa maka siang ya," Aku mencium pipi kiri dan kanan.

"Baiklah, hari ini ada yang ingin kamu beli?" Bryan memakai jas yang sudah aku siapkan dan tak lupa aku membantu memakaikannya.

"aku tidak mau membeli apapun nanti uangku berkurang angkanya," jawabku sambil merapikan jilbab yang sedang aku pakai.

"Astaga, kamu gak akan bangkrut jika hanya membeli beberapa barang yang kamu inginkan, jangan pelit pada diri sendiri," pintanya padaku.

"kartu kredit yang aku berikan dipakailah jangan cuma jadi hiasan didalam dompet perintahnya.

"Aku tidak mau berhutang," aku memberi alasan yang cukup masuk akal menurut versiku.

"Baiklah aku akan mengirimkan uang padamu, tapi ingat jangan di cek berapa aku memberikan pada mu,"

Aku langsung memeluk Bryan senang

"kamu memang yang terbaik," aku menatap wajahnya lalu mengecupnya.

"you are the best man in the world" aku kembali memeluknya, Bryan hanya tertawa lalu memeluk pinggangku untuk berjalan keluar kamar menikmati sarapan pagi yang tadi aku buat.

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

jangan jadi silent reader ya guy love you

rachma_akbaricreators' thoughts