webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · perkotaan
Peringkat tidak cukup
282 Chs

part 25. Perempuan berbaju Biru

Pintu lift terbuka setelah tulisan UP GR 1 berbegas keluar lift yang aku pake memang hanya kgusus lift untuk para esekutif. Di UPGR tidak hanya ada lobi masuk tapi disisi kanan dan kiri ada beberapa cafe dan restorant, sekedar untuk nongkrong-nongkrong para pegawai ataupun tamu yang hendak bertemu dengan para relasinya. Kalau kantin sendiri ada di lantai 6 jika waktu makan siang suasana disana sangat ramai dengan para karyawan untuk makan siang Karena memang mereka dapat jatah makan siang untuk setiap harinya.

Beberapa karyawan yang mengenaliku langsung menunduk memberi hormat atau sekedar menyapa.

"Tumben bu sendiri, tidak ditemani bapak," tanya salah satu sekurity yang berdiri di dekat mesin tap kartu karyawan.

"Saya cuma ingin cari udara dan secangkir kopi," jelasku sambil keluar dari gerpang yang hanya terbuka jika kita menempelkan Id card.

"oooh begitu kenapa gak minta tolong OB saja bu?" tanyanya lagi.

"Kan tadi saya bilang ingin cari angin kalau nyuruh OB , anginnya gak dapet donk," Aku berjalan meninggalkan Sekurity yang tersenyum malu karena jawabanku.

"Siang bu," Seorang wanita mendekatiku, Dia menggunakan seragam bergambar Ice corn didadanya sambil menyerahkan sebuah flyer.

"Wah ice cream," gumanku kesenangan.

"Kami baru buka bu, Jika ibu berkenan silahkan mampir ke tempat kami," pintanya sopan, aku melihat perempuan berwajah penjaga conter ice cream itu sangat ramah. lalu aku berjalan kedekat konter yang ia tunjukan.

Saya mau ice vanila topingnya pakai strowbery, coklat milo, dan jelly leci," Puntaku sambil melihat-lihat ice cram yang yang lain, setelah membayar aku duduk dikursi yang disediakan oleh mereka. sambil menunggu aku melihat sekitar lobbi berapa orang lalu lalang namun ada yang menarik perempuan berbaju biru berdandan seperti hal nya seorang artis dan dengan pakaian lumayan terbuka yang baru masuk kedalam gedung lalu berjalan kearah meja resepsionis, Setelah sedikit berdebat entah apa yang didebatkan dia meninggalkan meja Resepsionis dan masuk kedalam coffee shop.

"Ini bu pesanannya terimakasih sudah menunggu," Katanya lagi ramah. Setelah menerima pesananku aku kemudian masuk kedalam Coffee shop lalu memesan kopi untuk Bryan, Adi dan Dimas Sebuah pesan masuk keponselku.

Randy: " kak aku mau hot Americano satu ya,"

'Dasar gak sopan main perintah-perintah aja' dumel aku dalam hati.

"Mba pesanan saya tambah dengan hot Americano ya," aku mengelurkan kartu atm ku lalu membayarnya setelah petugas kasir mentotal semua minuman yang kupesan. Sambil duduk dikursi tugu aku melihat kearah wanita yang baru saja marah-marah dia meminum kopi yang dipesannya. aku melihat dia sedang menunggu pangilan telephonnya tersambung. Disini terlihat tidak terlalu ramai, karena sudah lewat dari jam istirahat.

Aku bisa mendengarkan penbicaraannya dengan orang yang ditelepon olehnya.

"Gue tadi udah minta ketemu sama Bryan tapi gak diizinin masuk, karena gue gak bisa masuk"

"..."

" Gue bilang gue pacarnya, eh dia malah ngetawain dasar tuh resepsionis sialan ,"

"....."

"Udah gue telepon Bryannya gak diangkat telepon,"

"....."

"Apalagi kirim pesen dibaca juga nggak,"

"..."

"Dia suka ke club gak sih coba lu cari tau, kalau sering ke club gampang gue apalagi memuinnya, cewe model gue gampang ngegebetny yang penting gue bisa ketemu dia, percum gue pulang jauh-jauh masa Bryan aja gak bisa gue dapetin,"

Ketika ia mulai menyebut nama Bryan aki lebih memasang antene kupingku dan merekam semua percakapannya.

"Atas nama mba Arnita," Barista memanggilku karena pesanan ku sudah jadi. aku lalu berdiri dan mengambil pesananku kemudian meninggalkan coffee shop,

"Ibu...," seorang OB menyapaku ketika aku akan keluar dari coffe shop, aku tersenyum kearahnya.

"kenapa tidak minta tolong saya bu?" Dia berkata dengan tangan yang ia gengam, seolah khawatir melihat aku membeli kopi kebawah sendiri.

"Gak papa mba saya hanya sekalian ingin cari angin, saya duluan ya," aku berjalan meninggalkannya.

"Hai tunggu," Seseorang berteriak setelah aku cukup jauh meninggalkan coffee shop.

"Hai perempuan berjilbab kau tuli ya?" ia kembali berteriak. aku masih terus berjalan. Dia hampir menarik bajuku namun terhenti ketika dengan sigap sekurity yang berjaga disana menghalanginya.

"Lepaskan aku mau berbicara dengan perempuan ini," Dia berkata dengan nada yang tinggi.

"Maaf nona harusnya ada bersikap sopan tidak menarik orang dengan sesuka anda," Sekuriti itu berkata dengan nada tegas namun tangannya masih menghalangi tangannya untuk menyentukku.

"Aku memanggilnya, tapi dia saja yang tidak dengar dasar tuli," Dia mengomel dengan muka memerah.

"Maaf bu apakah ibu mengenalnya," tanya sekurity itu dengan sopan.

"Tidak," Jawabku pasti, karena memang aku tidak mengenalnya.

"Tapi tadi aku memanggil mu," Dia kembali berteriak dengan kesal, beberapa orang mulai mengelilingi kami.

"Kapan anda memanggil saya,saya hanya mendengar orang berteriak hai dan hai kamu yang berkerudung, sementara disini banyak orang dan banyak juga yang berkerudung, tolong bereskan keributan ini aku khawatir bapak sudah menunggu. Aaah ice ku mulai melumer," kataku kesal dengan nada yang dibuat-buat lalu aku kembali berjalan dan menuju lift khusus eksekutif untuk menuju ruangan Bryan, jujur saja tadi aku seperti melihat medusa yang sedang mendesis.

***

"kau membeli kopi dimana, kok lama?" aku memberikan masing-masing pesanan kopi yang tadi aku belikan.

"Tadi aku bertemu medusa dibawah," aku kembali duduk di meja Bryan sambil menikmati ice cream yang sudah agak mencari.

"Ahhhh ice nya sudah agar mencair gara-gara ketemu medusa kampret," Aku mendumel. mereka memandangiku heran.

"Medusa siapa sih kak, dari tadi ko mengoceh soal medusa," Randy menatap heran. Aku lalu menberikan ponsel yang berisi rekanan tadi.

"Waw itu kan Meli, bukannya dia di Prancis ikut pacar bulenya?" Adi mengenali perempuan didalam ponselku yang tadi aku foto diam-diam.

"kamu bertemu dimana?" Bryan melihatku heran.

"Dibawah, coba kamu cek rekaman yang aku buat tadi dan setelah itu kamu cek CCTV yang didepan mesin untuk me tap acces masuk," kataku lalu kembali menikmati Ice Cream yang tadi aku beli.

Mereka mendengarkan semua rekaman dan Adi dan Bryan malah terbahak-bahak.

"Kamu pas panggil dia medusa," Bryan dan Adi kembali tertawa.

sementara dia langsung mengecek tabletnya untuk melihat pada CCTV dilobby.

"Kaka sempet dihadang, wah sekurity kita memang jempolan cepat tanggap nyonya besarnya dalam bahaya," Randy memperlihatkan rekaman CCTV pada Bryan. Bryan tanpak tidak suka.

"Kamu gak apa-apa sayang," aku hanya menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Bryan.

"Aku mau cari info lewat si lambe turah ah," Adi mengambil ponselnya yang ia simpan diatas meja tamu.

"Lambe turah, si serly?" tanya Bryan lagi.

"Iya lah kalau mau update teman-teman SMA tanyanya ya sama Serly yang midle name nya lambe turah," Adi kemudian menekan salah satu kontak yang ada di ponselnya tak lama tersambung

"Hai biggos ngapain lu?"

"...."

"Kangen gue denger gosip dari lu,"

"....."

"Sialan lu, gue bayar tar sama kulit jengkol."

"..."

"gue mau tau gosip paling baru dan ter Hot minggu ini," Adi me speakerkan ponselnya disana terdengar suara Seorang perempuan agak cempreng .

"Lu bayar dulu tar gue kasih info,"

"Gue bayar lu! kirim aja no rek nya, udah cepetan cerita,"

"Bener nih gak bohong, gue k0an kudu beli kuota buat cari info terkini,"

"Iya bawel kapan gue bohong sih sama loe, cepetan cerita, kalau basi gak gue bayar ya,"

"Iih loe mah payah, gue ngomong nih jangan dipotong dengerin,"

"Loe tau kan ratu sejagat temen kita Melli, Dia itu udah balik ke Indonesia, normal sih orang pulang kampung tapi dia pulang dari sana karna dideportasi, ijin tinggalnya kadaluarsa, dia gak perpanjang karena laki yang bawa dia udah gak mau tanggung jawab, impian dia biar jadi model go internasional cuma ngimpi doang, Dia dibuang ama lakinya karena ketauan selingkuh ama laki orang jadilah dia gelandangan yang akhirnya dikirim gratis balik kenegaranya ini. Itu info paling Hot kalau info terkini itu tentang Rike yang ngaku katanya udah dilamar Bryan, lha bukannya Bryan udah merried ya ? itu gosip ter hot dan terbaru dari gue," Serly menyelesaikan ceritanya. Aku seperti sedang memdengarkan berita infotiment.

"Dih tuh buntelan ketut, ngayal masih tinggi aja. Bryan udah merried bininya soleha. Kalau si Melli tadi kekantor gue, maksa masuk pengen ketemu Bryan, kayanya si Melly ama si Rike saingan dah," Adi benar-benar seperti ibu-ibu yang senang mendengar gossip.

" Maksud loe?" tanya Serly bingung.

"Iya sama-sama ngejar Bryan tapi cuma bisa ngimpi doank, apes amat si Bryan sekalinya didemenin cewek Kurang sesetrip semua," Bryan melempar bantal sofa pada Adi sementara Serly tertawa lumayan keras

"Thank you infonya Serly bentar lagi gue gantiin duit kuotanya," Adi lalu menutup telepon.

"Dosa apaan gue dikejar-kejar ama mahluk alien," Bryan menggidikan tubuhnya seolah melihat sesuatu yang menjijikan.

"Tapi berhubung gue pinter, jadilah gue dapet perempuan cantik, baik, sholehah dan pintar, orang baik akan dapet yang baik juga akhirnya," Bryan berjalan kekursi kerjanya dan memelukku yang duduk dikursi kerjanya dari samping.

"Udah ditranfer belum sepuluh jutanya," aku malah menanyakan uang ya aku minta.

"Udah sayang, aku lebihin malah," Bryan mengedipkan matanya sebelah.

"Emang kamu gak baca pesan dari Melli kalau dia pengen ketemu kamu?" Tanyaku pada Bryan.

"Aku mana pernah angkat atau bales pesan dari nomer yang gak aku kenal," Bryan kembali lagi ke sofa dan kembali membicarakan rencana mereka untuk mencari biang pencurian data di perusahaannya dari pada mengurusi dua mahluk Alien yang tidak jelas asal usulnya.

.

jangan lupa kirim like ya reader yang baik

rachma_akbaricreators' thoughts