webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · perkotaan
Peringkat tidak cukup
282 Chs

Part 24. Preman Pensiun

"Andini menikah dengan Ricky Wisley putra kedua keluarga Wisley, dia seorang pegawai negeri," kami saling berpandangan ketika Adi menjelaskan siapa suami Andini.

"Seorang pegawai negeri biasa tidak akan mampu membayar pengacara sekelas Bernard bukan?" kataku lagi.

"Betul juga, kecuali dia memiliki bisnis lain yang tidak kita ketahui," Adi tersenyum senang lalu ia mengambil polselnya dan menelepon seseorang.

"Ran tolong cek suami Andini dia dinas di pertambangan namanya Ricky Wisley, cari selengkap mungkin," Adi menutup panggilan teleponnya.

Tidak butuh lama Randy sudah mengirimkan file yang diminta Adi.

"Untuk pekerjaan sehari-hari tidak ada yang istimewa, dia bekerja 8 to 17 sseperti biasa tapi ada yang istimewa supir pribadinya baru saja membeli sebuah kondomenium mewah, wah bagaimana bisa ?" Adi membaca keterangan yang diberikan Randy.

"Selidiki orang yang dekat dengan mereka dan tolong minta Randy kirimkan foto wajah terbaru keluarga Wisley dan semua orang dekatny mulai dari supir, pembantu sampai dengan tukang kebunnya, " Perintah Bryan , adi kembali menelepon Randy dan mengintruksikan semua perintah Bryan pada Randy.

"Sepertinya kita perlu orang untuk terjun langsung kelapangan, dengan demikian kita bisa tau apa saja gerak gerik yang mereka kerjakan, seperti hal nya Ricky apa yang dia lakukan setelah dia pulang kerja," Adi mengungkapkan pendapatny.

"Kedengarnya kita seperti sedang mencari berita gosip selebritis," Dimas memandang Adi dan Bryan.

"Sebenarnya aku juga tidak suka Mengurusi orang lain hanya saja mengapa mereka mengusik kita, itu yang ingin aku tau. Bukankah mereka juga tau kebangkrutan mereka tidak ada sangkut pautnya dengan kita tapi mengapa mereka harus

membangungkan singa yang sedang tertidur," Bryan hanya menggosok-gosok daguna sambil berfikir.

"Dan yang patut dicurigai kemarin perusahaan penyaluran kebutuhan hotel terbesar tidak ingin memperpanjang kontrak dengan kita dan mereka mengdiri tanpa alasan yang jelas," aku berkata sambil seperti orang berguman. Bryan memandangku

"Kok kamu baru bilang sekarang?" tanya Bryan heran.

"Aku masih mengusahakan mereka untuk mau memperpanjang dan masih menunggu kabar dari Indri," sudah menjadi kebiasaan jika pekerjaan belum menjadi keputusan final kami tidak akan melaporkan dan sudah menjadi komitmen aku dan Bryan bahwa kita tidak akan membicarakan pekerjaan dirumah jika tidak sangat penting.

"Aneh juga ya setelah hampir 6 tahun," mereka memang telah bekerjasama dengan hotel yang dibawah naungan perusahaan Bryan sejak jaman dari jaman Papahnya Bryan berdiri dan tidak pernah ada masalah.

"Berarti kita memang harus menurunkan orang yang pengalaman untuk mengawasi mereka, namun jangan orang yang sudah berada dilingkungan kita, dia benar-benar orang baru," Bryan selah berkata pada dirinya.

"fresh from the oven,"celetuk aku, yang langsung ditatap oleh mereka bertiga.

"Kaya roti masih anget dan wangi,' kataku lagi sambil nyengir.

"Iya sih," jawab Adi santai.

"Damar!" Adi dan Bryan menyebutkan nama orang secara bersamaan.

"Siapa Damar?" tanyaku penasaran.

"jangan-jangan mantan kalian berdua ya segitu kompaknya." Aku berkata asal.

"Sembarangan gue masih doyan lubang kali," Adi menjawab celotehanku.

"lah semua orang juga punya lubang,lubang idung,lubang telinga,luba pan...,"

"Stop-stop -stop," Bryan mendekap mulutku sambil nyengir kearah Adi dan Dimas.

"Kamu yang, kalau ngasalnya dateng ampunnn ya," Bryan melepaskan Dekapan tangannya dimulutku.

"Lagian ngomongnya gak jelas," Aku berusaha membela diri.

"Sudah ah ayo balik ke laptop," perintah Bryan sambil duduk kembali ketempat duduk asal.

"Gak ah aku bukan temen tukul," aku membalas omongan Bryan. Ia akhirnya tidak tau harus bicara apa padaku, Bryan hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang aku rasa tidak gatal.

"Bini lu pas hamil kenapa jadi bawel ya," Adi bertanya sambil melihat kearahku. Aku hanya memeletkan lidahku kearah Adi, Adi yang masih melihat kearahku hanya nyengir karena tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

"Damar itu siapa?" Kali ini Dimas yang bertanya, Karena Adi dan Bryan belum menjelaskan apa-apa soal Damar.

"kepo kan, sama kaya aku," Celetukku lagi.

"Tukang roti," jawab Adi

"Beneran tukang roti," Jawab Adi yang melihatku kesal menjawab dengan mimik serius.

"Jadi Damar itu dulu temen SMA anaknya emang brandal tukang malak, cuma sama Kita-kita gak berani karena dia pernah kita tolong waktu mau dikroyok anak SMA lain," Bryan menjelaskan.

"hubungannya sama kita apa?" tanyaku semakin penasaran.

"Kepo to the max ni ye," Adi menngodaku, aku kembali memeletkan mulutku.

"Kaya uler derik, dari tqdi melet-melet," cetuk adi yang dibalas geplakan map kekepalanya oleh Bryan.

"Bini gue tuh, dibilang uler derik," Adi hanya memegang kepalanya sementara aku puas bisa mentertawakan playboy kadaluarsa itu.

"Jadi Damar itu begitu lulus SMA katanya dia jadi Preman gitu pernah juga jadi pengawal anak penjabat tapi sempet ditahan polisi. Dia ditahan karena waktu ngawal orang tersebut terjadi perkelahian di club dan salah satu lawannya mati karena dilempar tubuhnya ke meja bartender oleh Damar, tapi setelah dua tahun dia di hotel prodeo dia dibebaskan karena terbukti tidak bersalah dan dia hanya membela diri," akhirnya Bryan mengjelaskan kepadaku dan Dimas siapa Damar itu.

"Oooh jadi setelah keluar dari penjara Damar itu jadi tukang Roti," Aku berkata dengan yakin.

"Pinter juga bini loe Bro,"aku hanya nyengir celetukan adi.

"Kalau kagak pinter gak bakalan gue kawinin," Jawaban Bryan membuatku memelototkan mata kearahnya

"Eh bukan gitu yang maksud kalau gak pinter, baik dan cantik masa iya aku mau sama kamu," Bryan meralat ucapannya.

"Jangan dikasih jatah tar malam Nit biar tau rasa,"Adi memanas-manasiku.

"Jangan gitu dong Di, jatah gue udah berkurang soalnya,"Bryan malah meninpali omongan Adi."

"Ih kalian ngomong apan sih aku gak paham , aku kan masih polos,' Jawabku seenaknya.

"Polos tapi bisa, bikin anak," Adi menjawab kesal.

"Makanya cari bini biar bisa main uler tangga setiap hari," Dimas menyela percakapanku dengan Adi.

"kok uler tangga sih," tanyaku bingung.

"Iya turun naik, bini lu ya so polos padahal paham,"

"Udah ah bini gue jangan dikontaminasi ama yang gituan biarin aja gue yang ajarin nanti pratek langsung ya yang tar malem biar paham," Bryan menatapku mesum.

"Gak denger, udah ih apaan sih jadi ngelantur, trus gimana rencananya," Aku mengalihkan pembicaraan yang mulai tidak jelas.

"Jadi gue rencananya mau sewa damar nih , buat mantau pergerakan Wisley family,"

"Nah itu yang gua maksud bro," Adi mngacungkan jempol kearah Bryan.

"Oh preman pensiun itu mau kalian jadikan intel gitu?" Tanyaku memastikan.

"Tapi dia yakin bisa dipercaya dan malah tidak meambah masalah baru?" wajah Dimas terlihat ragu, Dimas memang pengacara perusahaan yang loyal selain itu kakeknya dulu menjadi lawyer diperusahan Bryan boleh dibilang dia bekerja disini karena turun temurun.

"Aku bisa jamin dia bisa loyal, kalau gak sebagi pemegang saham pubrik Rotinya terbesar, aku tarik nanti Sahamku,"Adi menyenderkan tubuhnya disofa seolah-olah dia adalah pemilik pubrik roti terbesar di negara ini.

"Ok, kapan kita bisa bertemu dengan Damar," Dimas mulai tertarik dengan strategi yang direncanakan Adi.

" Gaya kalian tuhhh, kaya detektif beneran," aku berdiri dari kursi kerja Bryan lalu berjalan keluar pintu.

"kamu mau kemana yang?" tanya Bryan melihat aku hendak keluar dari ruangannya.

"Beli kopi dibawah,"

"ya sudah sekalian deh buat kita juga ngantuk nih yang,"pinta Bryan padaku.

"10 juta jangan lupa nanti ditransfer ya," aku mengedipkan sebelah mataku pada Bryan.

"Busyet mahal amat," teriak Adi begitu mendengar kata 10 juta dari mulutku.

"Mahal lah, yang mahal itu nyuruh nyonya hamil beli kopi, jarang-jarang kali,"Adi makin sewot mendengar perkataanku.

sementara Dimas hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala

"Istri sultan mah bebas," jawabku sambil menutup ruangan Bryan.

***

"Mau ke mana Mba," Taufan berdiri dari kursinya begitu melihat aku keluar ruangan.

"Mau kebawah, pengen beli kopi di cafe Bawah," aku bersiap menuju lift.

"Biar saya saja mba yang belikan," Taufan berjalan kearahku.

"Gak usah, nanti 10 jutaku hilang," Celetukku sambil meninggalkan Taufan yang bingung dengan perkataanku tadi.

Pintu lift terbuka setelah tulisan UP GR 1 berbegas keluar lift yang aku pake memang hanya kgusus lift untuk para esekutif. Di UPGR tidak hanya ada lobi masuk tapi disis kanan dan kiri ada beberapa cafe dan restorant, sekedar untuk nongkrong-nongkrong para pegawai ataupun tamu yang hendak bertemu dengan para relasinya. Kalau kantin sendiri ada di lantai 6 jika waktu makan siang suasana disana sangat ramai dengan para karyawan untuk makan siang Karena memang mereka dapat jatah makan siang untuk setiap harinya.

jang lupa dilike ya kalau sudah baca atau dicoment thx u reader

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

rachma_akbaricreators' thoughts