webnovel

stuck with yours love

Hi perkenalkan, aku Arnita perempuan yang terlahir dari keluarga sederhana tapi penuh kebahagian. Sampai pada suatu hari, ayah ibu ku meninggal dalam kecelakaan, dan adik tiri ibuku yang mengatakan akan mengurusku, tiba-tiba menjual semua aset keluargaku termasuk rumah yang aku tinggalkan. Dengan berbekal uang yang tidak seberapa aku dititipkan pada rumah yatim piatu, yang tidak jauh dari tempat tinggalku. aku beruntung karena Tuhan masih sayang padaku, pemilik yayasan yatim piatu itu tidak memiliki anak hingga aku di urus nya sampai dewasa. Keberuntungan aku tidak hanya sampai disitu, aku sekarang sudah menikah dengan anak bos yang kebetulan donatur tetap yayasan yatim piatu tempat aku dibesarkan. Bukan tanpa sengaja aku menikah dengannya tapi atas dasar cinta yang akhirnya tumbuh dihati kami. Bryan pria berwajah cantik karena wajahnya lebih mirip ibunya dari pada ayahnya.

rachma_akbari · perkotaan
Peringkat tidak cukup
282 Chs

Part 19. Weekend yang menyenangkan.

aku terbangun dari tempat tidur karena kulihat sudah pukul 5 pagi, kulihat Bryan masih tertidur pulas dengan surai rambutnya yang halus menutup sebagian mukanya, aku menyibak surainya agar bisa melihat keningnya yang halus lalu aku menciumnya perlahan agar dia terbangun, dia tidak suka dibangunkan dengan digoyang-goyangkan badannya, dia lebih suka aku ciumi wajahnya dan dia akan segera bangun dengan senyum dibibirnya.

"Sholat yu sayang sudah subuh," Pintaku sambil mengelus-elus wajahnya yang bersih. Bryan rajin mencuci wajahnya sebelum tidur dan diberikan pelembab pada wajahnya, dia bilang jika tidak seperti inli kulitnya akan kering seperti galabgan sawah yang retak dan dia sangat tidak suka, aku hanya tertawa mendengarkan penjelasan sejak menikah aku semangkib tahu kalau pada dasar dia pria yang hangat dan agak sedikit absurd namub kebiasaan dirinya membersihkan wajah di malam hari membuatku yang tadinya tidak terlalu memperhatikan kebersihan kulit wajah akhirnya terbawa oleh kebiasaanya, Bryan juga tidak suka membiarkan kumis dan janggutnya tumbuh karena menurutnya hanya akan menyaring debu dan membuat kulit wajahnya berjerawat walaupun sebenarnya aku tidak pernah melihat sekalipun jerawat di wajahnya. dan Bryan pun merawat wajahnya wajar saja seperti pria lainnya, hanya saja mungkin dia rutin melakukannya.

setelah selesai melakukan sholat berjamah Bryan mengambil tabletnya. ia membaca berita hotline disebuah media online terkemuka.

"Ada berita yang menarik hari ini sayang?" tanyaku padanya yang kulihat sedang serius membaca salah satu berita.

"Tidak ada sayang, aku mau berolah raga dulu sebentar ya, kamu jangan lupa minum susunya," Bryan meletakan tabletnya, lalu berjalan keruang olah raga yang berada disamping rumah dekat kolam renang. aku berjalan ke Dapur lalu melihat mbo Darmi sedang membuat pancake, wangi vanila membuatku penasaran dan ingin segera mencicipi.

"Pagi non, susunya sudah simbok buatkan di meja makan, jangan lupa diminum, biar ibu dan bayinya sehat," celotehnya dengan senyum dibibirnya.

"Iya mbo terima kasih ya, tapi saya ingin pancakenya juga sepertinya enak dimakan dengan susu," pintaku sambil mengambil piring besar dan memberikan pada mbo Darmi.

"Siap non pasti bibi siapkan untuk non dan den Bryan," jawabnya sambil tersenyum dan menarug pancake yang sudah matang kepiring yang aku berikan. aku teringat rencanaku untuk menanyakan tentang Bryan kecil padanya.

"Emnnhh mbo, Bryan duĺu seperti apa sih, maksud saya sifat dan kelakuannya," mbo Darmi memandangku lalu tersenyum.

"Maksud saya, mungkin saja ada sifat Bryan yang belum saya ketahui, jadi kalau anaknya lahir dan besar nanti paling tidak saya bisa lihat apakah dia menuruni sifat saya atau Bryan," kataku sambil tersenyum.

"Den Bryan itu dulu gak bisa diem semua orang dia jahili termasuk mbo ini, setiap hari tidak hanya mbo semua orang dia jahili termasuk kakek dan neneknya selain itu juga dia itu selalu membuat orang tertawa, ada saja yang dilakukan, dan dia itu cerewet dan berisik namun pas mbo ketemu lagi sama den Bryan dia jauh lebih tenang malah cenderung pendiam dan jarang tersenyum, mbo sempat bingung cuma mbo gak berani tanya mba, kenapa dia jadi pendiam dan cenderung dingin namun sejak menikah mbo sudah mulai sering lihat Den Bryan tersenyum malah suka menjahili non kan?" mbo Darmi tersenyum padaku lalu membawa pancake yang sudah selesai dia buat kemeja makan dan menaruh disana dia juga menyiapkan piring yang tidak terlalu besar dia tang diletakan dekat pancake.

"Aneh ya mbo kok orang bisa berubah 100% gitu, emmhh selain mbo yang paling lama yang kenal sama Bryan siapa mbo, yaa... selain orang tua dan kakek, neneknya?"Tanyaku karena semangkin penasaran. Mbo Darmi terdiam sebentar dia seperti mengiangt-ingat sesuatu.

"Coba Non tanyakan sama pa Wira, tau kan pa Wira yang ngurusin kebun teh di bogor , nah dia itu pengawal setia Kakeknya Den Bryan, biasanya pak Wira kerjakarta sebulan sekali untuk laporan , nah Non nanti tanyakan sama beliau kalau beliau ke Jakarta," Jelas Mbo Darmi lagi

"Silahkan non sarapan dulu, saya mau cuci piring dulu ya," mbo Darmi meninggalkanku yang duduk dikursi meja makan sambil masih berfikir tentang apa yang dikatankannya tadi.

"Kok ngelamun Yank masih pagi lho," lamunanku terhenti ketika Bryan sudah berada disebelahku dan mencium pipiku dengan reflek aku mendorong tubuhnya karena terkejut.

"Mandi sana bau tau?" aku menutup hidung dengan jari telunjuk dan jempolku lalu mengibas-ibas tanganku diwajahku.

"Bau juga kalau malem tetep aja dusel-dusel," ledeknya, spontan aku mencubitnya namun tidak kena karena Bryan sudah mengindar.

"Ya sudah aku mandi dulu ya cantik," Bryan mengacak-acak rambutku lalu berlalu meninggalkanku yang masih menikmati susu dimeja makan.

Aku masih berfikir soal perubahan sikap Bryan kecil, orang ceria berubah pasti karena ada sesuatu, tapi kalalu aku menannyakan langsung ada Bryan apa nanti malah mungkin membuka luka lama yng aku sendiri tidak tau seberapa besar lukanya, namun ide cemerlang Mbo Darmi untuk bertanya kepada Pa Wira orang kepercayaan kakek sepertinya patut dipertimbangkan.

***

"Hai sayang," Bryan menyapaku yang sedang asyik membaca buku ditaman kecilku, hari ini cuaca cukup cerah sehingga aku bisa menikmati suana sore sambil ditemani secangkir teh yang aku buat di dapur tadi serta setoples cokies kacang kegemaranku.

"Hai embrio kamu lagi apa," Bryan mengusap-usap perutku .

"Ngoming-ngomong kamu jadi waktu dicetak kapan ya kok udah jadi aja, Papi soalnya lupa sangking seringnya,":ia kembali mengelus-elus perutku aku yang melihat kelakuan Bryan hanya melirik saja sambil pura-pura membaca buku padahal aku sudah ingin tertawa.

"Kamu tau gak, tadi nya Papi mau olah kamu di Amerika Biar nanti cetakannya kaya bule gitu, tapi Mamih kamu gak suka bule doyannya Pale eh Opa maksudya yang suka Drakor gitu, nanti kalau kamu cowok kamu musti manly yach kaya Papi, kalau cewek kamu musti cantik kaya mami tapi jangan nular galaknya ya. Eh embrio, dulu yach waktu Momi belum jadi Istri Papi, momy itu kaku banget kaya kanebo kering, trus kalau ngangguk nya kaya ninja hatori tapi sekarang pas udah jadi istri Papi Momi kamu hobinya dusel-dusel Papi,"Bryan masih mengajak ngobrol anak yang aku kandung yang dia panggil embrio dan aku masih mendiamkannya padahal sumpah mati aku ingin menjitak kepalaya ketika dia bilang aku kaku seperti kanebo kering.

"Eh Embrio , uh kok gak enak ya panggil kamu embrio, kalau aku panggil cebong kamu kan anak aku bukan anak kodok, eh aku panggil utun aja ya kaya mbo Darmi suka bialang si utun sudah berapa bulan," Bryan masih mengelus-elus perutku, namun kali ini tangannya sudah bergerak kearah dadaku aku masih diam .

"Eh utun Papi boleh pinjem ini dulu ya nanti kalau kamu sudah lahir baru boleh ambil ebelah yang sebelah lagi buat Ppi ya biar adil," Bryan mulai meremmas-remas dadaku , aku langsung menjawer kupingnya sambil memelototintya

"Ampun Mom sakit," teriak Bryan .

"Kamu tuh ya suka ya, kalau kamu ngambil kesempatan dalam kesempitan," aku berkata sambil membetulkan dudukku di kursi.

"Tuh kan Tun Momi galak," belum jera juga dia menggodaku .

"De nanti kalau udah besar jangan kaya Papi kamu ya mesum mulu gak boleh liat momi nganggur,'' Celetuk kesal sambil mengelus-elus kandunganku lalu berdiri dan berjalan kedalam rumah.

"Hai Momi mau kemana?" tanya Bryan sambil mengikuti ku dari belakang.

"Tidur," jawabku singkat

"Ikuuutttt" ia menggendongku, aku reflek berteriak dan memeluknya.

"Nengokin si utun yu Mom," dengan tatapan yang aku hapal jika ada maunya .

"ihhh apaan sih gak ih aku mo tidur," brontakku yang ingin turun dari gendongan.

"Ihhh gok boleh gitu berdosa bener kamu anaknyanya minta ditengokin dipesatren juga," katanya terus menggendongku sambill menatapku mesum.

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan membaca dengan serius

happy reading guys love u

rachma_akbaricreators' thoughts