Happy reading
•
•
•
Malam itu begitu terasa hening, di dalam ruangan kamar inap milik Jimin suasana begitu tegang. Jimin masih tertidur mungkin efek dari kelelahan dan juga obat tidur dari Dokter, ia masih betah dengan lelapnya. Namun berbeda dengan tiga orang yang saat ini juga ada di sana. Duduk di sofa kamar itu. Woo-bin tampak mengepalkan tangannya dengan rahang yang mengeras, Min-yeong tengah menangis dalam diam dengan pikiran yang berkecamuk. Sekali-sekali ia menoleh pada Jimin dengan tatapan sendunya. Sedangkan Wonwoo menunduk dalam merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi. Keheningan itu sudah terjadi 15 menit yang lalu, setelah Wonwoo mengatakan sesuatu yang membuat ayahnya murka namun masih ia tahan karena ia sadar jika mereka saat ini berada di rumah sakit. Sementara Min-yeong yang mendengar cerita putra sulungnya menangis tersedu merasa kecewa akan sikap putranya.
"Sudah berapa lama?" Suara Woo-bin tiba-tiba memecah keheningan.
"Ne?" Wonwoo yang tadinya menunduk kini mendongak dengan kerutan di keningnya.
"Adikmu, sudah berapa lama ia menyembunyikan Jimin dari keluarganya?" Ucap Woo-bin sambil menatap ke arah Wonwoo menuntut penjelasan.
"Ah.. I-itu..."
"Katakan nak, Eomma mohon jangan menutup-nutupi kesalahan adikmu." Ucap Min-yeong dengan tatapan sendunya.
"Hah.. Ne.. arra, aku akan memberi tahu kalian. Sebenarnya.... Jungkook membawa dan menyembunyikan Jimin untuk dirinya sendiri saat usia kandungan nya masih dua minggu."
"Lalu, suami Jimin?" Tanya Ibunya.
"Jungkook...
"Jangan bilang kalau Jungkook penyebab rusaknya rumah tangga Jimin dengan suaminya?" Tambah Min-yeong dengan hati yang gelisah berharap jika Wonwoo mengatakan tidak. Namun setelah mendengar ucapan dari putra sulungnya Min-yeong pun kembali menangis tersedu-sedu.
"Ne Eomma, J-jungkook juga yang menghancurkan keharmonisan rumah tangga Jimin dengan suaminya." Tubuh Min-yeong seketika lemas dan Woo-bin pun merengkuh tubuh istrinya sambil menenangkannya yang kini menangis.
"Ya Tuhan... Hiks.. B-bagaiman putra ku... Hiks.. Melakukan itu... Hiks..hiks.. Aku mendidiknya... Untuk menjadi anak yang baik dan sekarang... Hiks.. Hiks.. Aku sekarang merasa gagal.. Hiks mendidik anak ku sendiri.. Hiks.. Hiks.." Min-yeong merasa gagal atas pengabdiannya menjadi seorang ibu untuk anaknya sehingga Putra bungsunya menjadi pria brengsek demi mendapatkan apa yang di inginkannya. Ia tak habis pikir bagaimana bisa Jungkook berbuat seperti itu? Yang ia tahu selama ini Jungkook tumbuh dengan baik menjadi pria dewasa yang disiplin meski kadang masih ceroboh, mempunyai sopan santun, dan ramah. Apa karena sebuah perasaan cinta dapat merubah putranya menjadi orang brengsek yang tega merusak kebahagiaan rumah tangga seseorang? Min-yeong tak habis pikir dengan apa yang di lakukan oleh putra bungsunya itu.
"Hubungi Jungkook, suruh dia segera pulang." Ucap Woo-bin dingin. Emosinya sungguh di uji hari ini. Ia sungguh tak mengerti dengan apa yang sudah di lakukan oleh putra nya. Menurutnya bukan hanya Jungkook yang salah di sini, Wonwoo pun juga karena secara tidak langsung dia mendukung perbuatan adiknya dimana selama ini putra sulung nya itu telah menutupi semua perbuatan Jungkook sampai saat ini. Woo-bin memijit keningnya yang terasa pening.
"Eungh.." Sebuah erangan yang begitu lirih memecah keheningan di sela ketegangan di antara ke tiga orang yang ada di dalam ruangan itu. Min-yeong beranjak berdiri kemudian melangkah ke arah ranjang pesakitan milik Jimin.
Mata sipit itu mulai mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata hingga mata sipitnya benar-benar terbuka. Jimin menoleh ke arah samping kanannya di mana telah berdiri Min-yeong ibu dari Jungkook tengah menatapnya sendu. Sebuah usapan di kepalanya terasa nyaman membuatnya tersenyum sambil memejamkan matanya barang sekejap.
"E-eomma.." Suara serak itu menyapa gendang telinga Min-yeong, membuat wanita itu tersenyum kemudian menyentuh pipi Chubby itu.
"Ne sayang, bagaimana keadaanmu hum? Apa kau merasa lebih baik?" Jimin mengangguk kecil.
"Ne Eomma, aku sudah merasa lebih baik." Min-yeong rasanya ingin menangis melihat Jimin seperti ini. Ia merutuki perbuatan anaknya dimana keegoisan putranya telah menyakiti banyak pihak terutama namja mungil yang terbaring lemah di depannya ini.
Min-yeong mengulurkan tangannya ke arah perut buncit itu kemudian mengusapnya dengan lembut, sungguh awalnya Min-yeong sangat bahagia saat putranya mengatakan jika namja mungil itu tengah mengandung cucunya namun, harapannya seketika hancur oleh kenyataan yang baru saja ia ketahui beberapa menit yang lalu. Dimana kenyataan bahwa anak yang sedang di kandung Jimin bukanlah anak dari Jungkook dan yang menyakitkan, putranya telah mengambil paksa istri dari sahabatnya sendiri. Ya, Wonwoo sudah mengatakan semuanya bahwa Jimin adalah istri dari Kim Taehyung, sahabat putranya di masa sekolah. Min-yeong juga mengetahui bahwa putranya terobsesi pada namja mungil itu karena memiliki kemiripan pada Yeoja bernama Park Jinan yang meninggal 8 tahun yang lalu.
"Jimin, maafkan Jungkook. Maaf.. Mapafkan putra Eomma." Min-yeong tak bisa menahannya lagi dan berakhir dengan menangis. Merasa bersalah atas segalanya yang di lakukan oleh putra bungsunya. Woo-bin yang melihat istrinya kini menangis segera beranjak dari duduknya untuk segera merengkuh tubuh istrinya yang bergetar hebat akibat tangis penyesalannya. Sedang Wonwoo sudah keluar beberapa menit yang lalu dari ruangan itu untuk menghubungi Jungkook sesuai perintah ayahnya.
Jimin mengerutkan keningnya, "Maaf? Untuk apa Eomma?" Ia sungguh tak paham atas ucapan wanita paruh baya itu.
"Untuk segala kesalahan yang di perbuat Jungkook padamu nak, Appa dan Eomma sudah mengetahui semuanya. Mungkin maaf saja tidak akan cukup untuk menebus semuanya yang telah kau alami selama ini." Sahut Woo-bin yang menjawab kebingungan yang tengah Jimin rasakan. Wajah Jimin memanas dan sedetik kemudian Jimin pun menangis dengan kedua telapak tangannya menutupi hidung dan bibirnya yang bergetar dan mengeluarkan suara isakan.
"Jimin...juga minta maaf...sudah mem..bohongi Eomma...dan Appa." Ucap Jimin dengan terisak. Min-yeong menggeleng cepat mengambil kedua tangan mungil Jimin dan menggenggamnya erat.
"Tidak sayang, kau tidak salah Putra Eomma yang salah di sini. Karena egonya membuat banyak pihak tersakiti." Ucap Min-yeong menenangkan Jimin.
"Appa akan membantumu untuk kembali pada keluargamu dan juga suamimu."
"T-tapi, Jungkook hyung...." Min-yeong menggelengkan kepalanya dengan senyum tipisnya. Ia tak habis pikir namja mungil itu masih memikirkan Jungkook.
"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan sayang, yang terpenting kau akan kembali pada keluargamu dan kau bisa kembali pada suami mu." Jimin menatap Woo-bin dengan perasaan yang berkecamuk. Seharusnya ia senang bukan? Saat ia akan pulang pada hyung nya di mana keluarga satu-satunya yang ia miliki sejak 5 tahun yang lalu. Ia pun akan kembali pada suami yang sangat ia cintai, seharusnya ia bahagia. Namun, ada perasaan tak rela untuk meninggalkan Jungkook. Tapi kenapa? Bagaimana bisa? Apa ia mulai mencintai pria itu? Entahlah Jimin tidak yakin jika itu Cinta. Namun ia akui saat dulu ia mengambil keputusan untuk kabur bersama Jiyong, pernah ia rasakan perasaan merindu pada Jungkook. Berhari-hari rasa rindu itu tak bisa hilang, hingga akhirnya ia bertemu dengan Jungkook setelah di bawa pergi dari apartemen Jiyong oleh anak buah Jungkook. Jimin tak menampik jika ia senang bertemu lagi dengan pria itu dan melihat perubahan perilaku Jungkook yang mulai melembut padanya.
"Setelah keadaanmu pulih, Appa akan mengantarkan mu pulang pada keluargamu."
"Huh?"
𝙏𝘽𝘾