webnovel

Perjalanan

Ridwan dan Zhafran mengobrol tanpa memikirkan beberapa lama waktu yang terlewat. Mereka seperti sudah berpuluh puluh tahun tak berjumpa, padahal hanya 3 tahun berpisah.

Disaat asik mengobrol bersama tiba tiba Ridwan dikagetkan oleh orang yang tak asing baginya.

"Waduh lagi asyik mengobrol ya Ridwan?"

Ridwan pun melihat wanita yang tinggi dengan hijab, memakai kacamata dan juga memakai baju dengan lengan panjang.Tidak butuh waktu yang lama untuk Ridwan berpikir siapa yang ada didepannya.

"Ya ampun, ada ibu ibu terpintar di kelas nih."

Cetus Ridwan yang membuat orang itu merasa kesal dan membalas perkataan ridwan.

"Ridwan kalau bicaramu masih lancang, kamu gak akan pernah menjadi yang terpintar!"

Kata kata balasan dari orang yang ada didepannya menghantam perkataan Ridwan bagai truk dengan kecepatan tinggi. Ridwan pun menyesal dan meminta maaf kepada orang tersebut.

"Maaf ya Siti, aku terkadang iri karena dirimu yang pintar, terkadang aku merasa kesal tetapi, kau selalu baik kepada ku. Maafin aku ya."

Siti pun menerima permintaan maaf Ridwan dan juga menanyakan siapa laki laki yang berada disamping ridwan dengan penasaran.

"Tenang saja kita sebagai manusia harus saling memaafkan jadi, aku akan memaafkan mu. Dari tadi aku perhatikan kau lagi asyik mengobrol sama temanmu itu, siapa namanya? kenalin dong."

Ridwan pun merasa senang setelah mendengar perkataan Siti, Ridwan langsung mengenalkan siapa teman yang berada disampingnya.

"Siti, ini temanku bernama Zhafran Maulana. Panggil saja Zhafran, ia adalah sahabat saat aku kecil dulu dan tak kusangka aku akan bertemu lagi dengan dia disini." Zhafran pun berdiri dan memberikan pertanyaan kepada Siti dengan ekspresi kebingungan.

"Hei, bagaimana kalian bisa saling mengenal?"

"Namaku Siti Ramadhani. Aku dulu mengenal Ridwan sejak SMP, Ridwan merupakan teman sekelas yang baik namun dia orang yang ceroboh dan kurang teliti, karena kesalahan yang ia buat, aku menjadi peringkat satu di kelas. Ridwan selalu menganggapku rival saat SMP namun, terkadang saat akan terjadi ulangan kami selalu berbagi tentang ilmu yang kita dapat."

Setelah mendengar perkataan Siti, Zhafran langsung membisikan sesuatu kepada Ridwan.

"Ridwan, kamu mempunyai rival? hebat juga kamu ya! wanita lagi."

Mendengar perkataan Zhafran, Ridwan langsung menjawab bisikan Zhafran dengan tegas.

"Jangan berpikiran yang aneh aneh, dia itu terlalu rendah hati. kamu belum pernah berhadapan dengan dia. Sebenarnya dia orang yang sangat gila belajar, aku pernah melihat dia membaca 50 buku dalam 1 jam. Yang lebih gila lagi dia dapat mengingat semuanya!!"

Zhafran langsung terdiam dan kembali duduk.

Ridwan tidak menanyakan mengapa Siti mengikuti tes SMA ini karena ia yakin kehebatan Siti yang sangat hebat dapat membuat Siti masuk ke SMA manapun yang ia suka.

Ridwan sebenarnya senang melihat temannya lolos seleksi pertama, namun itu dapat menjadi pukulan hebat baginya karena ancaman berbahaya juga bertambah satu pada seleksi berikutnya.

Ridwan dan Zhafran tidak mendengar wali pendamping yang sedang memanggil para siswa masuk ke kelompok nya karena sedang sibuk mengobrol satu sama lain.

Waktu telah berlalu, semua anggota telah terpanggil. tibalah pengumuman untuk tempat tes selanjutnya yang di umumkan oleh wali pendamping yang tak lain Kepala Sekolah SMA Cahaya Bulan.

"Semua anggota kelompok G harap berkumpul disini, buatlah satu barisan memanjang kebelakang. Sesaat lagi pengumuman akan disampaikan."

Ridwan, Siti, dan Zhafran langsung berdiri dan lari ke tempat yang ditentukan dan langsung merapikan barisan. saat itu pula ia melihat 7 murid lain yang sudah berbaris di depannya.

Disaat yang bersamaan pula ada orang yang melihat sedikit dan tersenyum kepada dirinya.

"Siapa orang tinggi itu? dia melihat ke arahku sebentar tadi." Ucap Ridwan dalam hati.

Ridwan memandang bingung semua orang, mungkin karena Ridwan pertama kali melihat Orang dari seluruh penjuru dunia berkumpul disini untuk bersaing dan menjadi seorang juara. Namun justru itu yang membuat Ridwan semakin bersemangat. Ridwan memang selalu menyukai tantangan yang berat, walau terkadang ia tak dapat menyelesaikan tantangan tersebut.

Ridwan melihat ke arah depan dan melihat sesosok wanita ramping dengan rambut pendek berwarna biru sambil berjalan ke samping wali pendamping.

"Ini adalah wakil wali pendamping kelompok G yang bernama ibu Melisa Queen XI.Ibu melisa merupakan guru yang berdarah bangsawan yang mempunyai tugas mulia untuk mendidik kalian semua.

Pada saat itu kelompok G menjadi hening, mungkin mereka tidak mempercayainya bahwa keluarga bangsawan menjadi guru di sekolah ini dan bahkan akan mengajar kita secara eksklusif melebihi sekolah sekolah lainnya. Hal ini membuat semua orang menjadi semakin optimis untuk sekolah disini, selain fasilitasnya yang luar biasa gila, guru guru disini sangat berkualitas dan diakui dengan sertifikat layak guru dan bahkan seluruh guru guru lain yang mengajar di sekolah lain menjadi iri akibat keunggulan sekolah SMA Cahaya Bulan ini.

"Perkenalkan nama ibu Melisa Queen XI. Kalian boleh memanggilku dengan ibu atau miss Queen. Ibu berjanji akan membuat 3 bulan ini menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi kita semua, tapi ingat pada seleksi kedua kalian semua adalah lawan. Kalian tidak bisa percaya satu sama lain, oleh karena itu kuharapkan kalian fokus mendengarkan arahan arahan dari kami wali dan wakil pendamping agar tidak terjadi kesalahan."

Yang dikatakan ibu Queen memang benar. Pada saat ini kita tidak tahu mana kawan dan juga mana lawan. Mana yang dapat dipercaya dan mana yang akan di cap sebagai pengkhianat.

Setelah perkenalan dari ibu Queen. Wali pendamping memberitahukan peraturan peraturan untuk seleksi kedua ini beserta konsekuensi yang akan terjadi jika ada yang melanggarnya.

"Harap semuanya mendengarkan dengan baik. Pada seleksi kedua berlangsung kalian akan diberikan beberapa peraturan. Yang pertama, semua handphone atau alat komunikasi lainnya akan disita, namun nanti akan diganti dengan handphone yang disediakan. Yang kedua, kalian bebas memilih kamar asrama yang kami berikan dan juga kalian bebas mendekorasinya. Yang ketiga, Sinyal handphone akan dimatikan saat jam 3 pagi sampai jam 8 malam. Yang keempat, kalian dilarang keluar dari kamar asrama pada jam malam yaitu dari jam 10 malam hingga jam 3 pagi. Yang kelima, kalian bebas mau mengalahkan lawan kalian dengan cara apa yang kalian suka mau dikalahkan secara prestasi, membujuk, mengancam, non prestasi, menghancurkan mental lawan, apapun itu akan diperbolehkan. Peraturan keenam, berkelahi, membunuh apapun itu selagi dalam bentuk kekerasan fisik dilarang. Peraturan ketujuh, keluar dari area seleksi kedua tidak diperbolehkan kecuali dari izin wali atau wakil pendamping murid. Peraturan terakhir, selamat berjuang. Jika terjadi pelanggaran maka yang melanggar akan dikenakan hukuman yaitu akan di diskualifikasi dari seleksi dan akan di pulangkan.

Berat, sangat berat. Peraturan yang diberikan wali pendamping ini sangat berat. Apakah kita semua akan berhasil? tidak mungkin semua, hanya 1 yang terbaik akan lulus dan menikmati manisnya kemenangan.

Setelah menjelaskan peraturan wali pendamping memberitahu dimana lokasi seleksi kedua dilaksanakan.

"Kita akan segera berangkat ke lokasi seleksi kedua, yaitu di pulau dewata bali diharapkan kalian semua bersiap siap karena dalam beberapa menit kalian akan berangkat menaiki pesawat pribadi yang di sediakan oleh pihak SMA Cahaya bulan."

Setelah mendengar dimana lokasi seleksi itu dilaksanakan Semua orang di kelompok G menjadi semangat.

"Gila gak disangka bakalan seleksi di negara kita sendiri."

Ucap Ridwan setelah mendengarkan kata kata dari wali pendamping. Barisan pun di bubarkan. Semua orang di kelompok G mulai bersiap siap. Pada saat bersiap siap Ridwan mendengar percakapan antara dua orang dari kelompok lain yang menceritakan rumor yang ada di SMA Cahaya Bulain ini.

"Eh bro, Lu tau gak rumornya seluruh anggota kelompok G gak ada yang di terima di sekolah ini."

"Ahh aku pernah dengar, semenjak kejadian 10 tahun yang lalu kelompok G gak ada yang diterima."

"Untung aja kita gak masuk kelompok G."

Namun Ridwan menghiraukan percakapan kedua orang tersebut dan langsung pergi menuju bus yang akan membawa mereka ke bandara Dengan semangat api yang kuat. ia menjadi semangat karena Ridwan yakin semua orang yang ada dikelompoknya merupakan orang orang yang menarik.