webnovel

Perusahaan Sleep and See

Aku tak menyangka kalau ini benar-benar kelas bisnis. Aku duduk disamping jendela seperti yang aku inginkan, dengan kursi yang nyaman. Matahari bersinar cukup terang. Ini adalah sore terakhir yang bisa aku nikmati. Semua terasa sempurna. Apapun yang mendekati akhir pastilah sempurna.

Aku jadi teringat hari di mana aku menyodorkan lamaranku ke perusaan Sleep and See. Setelah berbagai prosedur akhirnya mereka menerimaku sebagai sukarelawan. Mereka mengatur semuanya. Mulai dari tiket penerbangan sampai Green Card. Mereka memberikan fasilitas terbaik.

"Kami memiliki sampanye Miss.." kata seorang pramugara berwajah tampan menghampiriku.

"Tidak terimakasih"

Ia pergi ke penumpang lain. Tak selang berapa lama, pilot mulai bicara memberikan pengumuman resmi bahawa pesawat akan lepas landas.

"…enjoy your flight"

Aku melirik layar di depanku. Aku menggeser-geser lalu menemukan sebuah acara yang cukup menarik.

"Sleep and See, can you explain what is it?" kata si presenter.

Aku mencari menu dan mengubahnya ke bahasa Indonesia.

"Seperti yang semua orang sudah ketahui, perusahaan kami menawarkan investasi jangka panjang yang sangat memuaskan. Kalian tinggal mendaftar, maka kami akan menyediakan layanan tidur dengan kualitas terbaik. Mimpi terbaik. Bukan hanya untuk satu dua hari namun bertahun-tahun."

"Bertahun-tahun? Bukannya tidur selama itu disebut mati?" kata presenter sambil bercanda. Suara tawa terdengar diantara banyak penonton.

"Well, sebenarnya target kami adalah para narapida. Para orang-orang yang mengalami depresi, serta penyandang cacat secara mental. Dengan tidur dikapsul-kapsul kami, kalian tak perlu lagi merasakan kesepian. Kesendirian atau hal-hal yang membuat kalian stress berat.

Tidur di kapsul kami, dilengkapi dengan sensor pendeteksi penyakit secara dini. Kita ambil contoh, seorang narapidana pelecehan sexual yang dihukum selama 5 tahun. Ia harus menjalani masa rehabilitasi dan berbagai terapi.

Lima tahun bukan waktu yang singkat. Dengan Kapsul ini, nara pidana tersebut, bisa menghabiskan waktu secara efisien tanpa adanya penuaan. Saat ia terbangun, semua sudah selesai ia jalani."

Kata Seseorang bernama, Mark yang mewakili perusahaan dalam acara tersebut. Suara tepuk tangan kembali menggema di seluruh studio.

"Lima tahun? Tertidur ? dan bangun? Semuanya beres? Apa Anda yakin? Bagaiman dengan perilakunya? Terapi yang harus ia jalani?", timpal si presenter.

"Pertanyaan menarik! Selama berada di dalam kapsul, kami menyetel semua mimpi anda. Untuk setiap orang tentunya memiliki kasus yang berbeda. Terapi kejiawaan akan kami masukkan ke dalam mimpi anda. Katakanlah, kotbah sederhana, hingga kejadian-kejadian yang memaksa anda merefleksikan diri dalam mimipi tersebut.

Tentang kesehatan, jangan khawatir, alat pemicu jantung dan beberapa ahli kami memiliki alat pendeteksi kebutuhan klien. Jika katan saja, klien membutuhkan dorongan emosi yang kuat untuk liburan, mimpi liburan yang indahlah yang akan muncul. Atau ketika mereka merupakan seorang kriminal pengedar narkoba, sistem akan otomatis menampilkan efek-efek buruk dari penggunaan narkoba. Tentu ini akan berdampak secara emosional terhadap klien."

"Apakah ada efek sampingnya?" tanya presenter tersebut.

Mark bingung tak paham . "Iya, efek samping seperti orang tersebut menjadi gila karena terlalu lama tidur, atau tubuh akan mengecil karena lama tak digunakan? Atau mungkin mereka menjadi lumpuh?"

"Oh, tidak sama sekali. Kami jamin tidak ada!"

"Pemirsa, hari ini kami juga akan menampilakan Elena Hian, seorang nara pidana kasus penganiyayan anak dibawah umur. Ia telah menjalani terapi ini selama tiga tahun. Dan inilah Elena Hian"

Sambutan tepuk tangan kembali terdengar. Munculah seorang wanita negro berkulit putih. Ia menyalami semua yang ada termasuk presenter sebelum ia duduk di samping Mark.

"Elena? Kapan anda bangun dari tidur anda?" tanya presenter sambil bergurau.

"Kemarin." Gelak tawa menggema

"Kapan anda tertidur?"

"Tiga tahun lalu"

Presenter tersebut mendekati Elena dan melihat elena dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ia heran dan meminta Seseorang menampilkan foto Elena tiga tahun lalu.

"Luar biasa, tadak ada yang berubah. Berikan tepuk tangan untuk Elena Hian"

"Terimkasih"

"Bisa anda ceritakan, pengalaman anda selama tertidur." Tanya presenter itu. "Sejujur-jujurnya!"

"Saat hakim memutuskan agar saya dihukum selama empat tahun, saya mengalami depresi yang berat. Saya tau saya bersalah karena memukul anak saya. Tapi saya memukul dengan alasan yang tepat. Saya tak ingin anak saya merokok seperti teman-teman sekolahnya. Namun, hal tersebut tak membantu sama sekali untuk mengurangi hukuman saya.

Satu tahun, menjalani rehabilitasi dan hukuman membuat saya semakin tertekan. Lalu saya melihat brosur dan mendapat info mengenai Sleep and See. Saya tertarik. Jujur saya adalah satu-satunya napi yang mengangkat tangan, saat mereka menawarkan program ini secara gratis.

Sebagian orang berfikir saya gila. Tapi, hari ini saya di sini membuktikan saya benar. "

Presenter itu memberikan tepuk tangan atas pernyataan Elena.

"Tak ada penyesalan?' tanya presenter itu.

"Tidak" elena menjawab dengan tegas.

Presenter itu kembali mewawancarai Mark dan seorang dokter dari perusahaan Sleep and See. Mereka menjawab berbagai macam hal. Elena, dengan santai memberikan pernyataan-pernyataan yang mendukung pernyataan orang-orang koorporat itu.

"I think, it's a suicide!" celetuk pria yang duduk di sampingku. Itu adalah bunuh diri.

Aku menoleh dan tersenyum. Ia terlihat seperti Taipan yang kaya. Memiliki bisnis banyak dan berpakaian jas. Ia memakai kacamata. Dari wajahnya mungkin sekitar empat puluh lima tahun bisa lebih.

"Excusme?" tanyaku balik.

"Iya, itu bunuh diri namanya." Jelasnya padaku.

"Lihat, meminta para napi tidur di kotak. Mensetel semua mimpi. Bukankan itu sama dengan bunuh diri? Yang membedakanya hanyalah bunuh diri itu sendiri dan mati. Tidur dikapsul itu sama dengan tak menjalani apapun. Mati suri! Hanya menunggu waktu kematian"

Aku tersenyum mendengar perkataanya.

"Entah akan jadi seperti apa dunia ini. Banyak orang-orang putus asa yang mendaftar bahkan menginsvestasikan uangnya hanya untuk tidur dikotak itu. Mereka berharap, bangun dan masalah sudah selesai."

"Mengapa Anda berfikir demikian?" tanyaku spontan.

"Aku tahu karena aku sendiri mengalami hal tersebut. Anakku mati karena program yang mereka jalankan. Dia umur 26. Dia memutuskan masuk ke kapsul itu, hanya karena merasa aku terlalu mengaturnya dan memaksanya kuliah. Aku melarangnya dan justru dinaikan ke pengadilan. Alasannya, dia menggap aku bertindak diluar batas sebagai ayah!"

Pria itu teurlihat kesal. Ia mengambil penutp mata dan menset kursi. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Dan sekarang, ia meninggal. Alasanya adalah gagal jantung. Padahal baru satu tahun. Ku harap perusahaan gila itu segera gulung tikar!"

Katanya sebelum mengakhiri pembicaraan.

Aku melanjutkan menyaksikan acara tersebut.