webnovel

Silver Dynasty | Dinasti Perak

Pangeran Akasha. Jelmaan Pasyu. Pasukan Hitam. Entitas tak tampak : Mandhakarma yang keji. Tetiba dunia jungkir balik di hadapan Silva yang sedang berjuang mengatasi hidupnya yang kacau balau. Setelah 11.000 ribu tahun dunia dihancurkan tiga wangsa yang berseteru, hanya dua bulan waktu yang tersisa memecahkan mantra kuno milik Wangsa Akasha dan Pasyu! ______ Ribuan tahun silam, dunia dipimpin empat Wangsa Akasha yang sakti dan empat Wangsa Pasyu yang perkasa. Milind, panglima muda yang tampan dan ulung dari Akasha, mengawal kejayaan wangsa bersama tujuh pemimpin lainnya. Kehidupan damai penuh pesona, limpahan kekayaan dan kehidupan penuh martabat. Kecuali, bagi Wangsa Ketiga, budak Nistalit yang terpaksa menghamba. Kehidupan tetiba berdiri di jurang kemusnahan ketika Mandhakarma, kekuatan Gelombang Hitam, menyapu wilayah Akasha dan Pasyu dengan ganas. Satu-satunya penyelamat kejayaan para wangsa adalah unsur perak yang hanya dapat ditambang oleh para Nistalit. Nami, seorang budak perempuan Nistalit, menjadi tumpuan wangsa ketika keahliannya diperlukan untuk menemukan unsur perak. Hanya ada dua pilihan : memperbaiki hubungan dengan Nistalit ataukah membiarkan dunia dikuasai Mandhakarma. Ketika sebagian Akasha dan Pasyu terpaksa menjalin kerjasama dengan Nistalit, mereka memelajari hal-hal indah yang belum pernah dikenal sebelumnya : cinta dan harapan di tengah-tengah derita dan pengorbanan. Mandhakarma dan sekutunya, tak ingin membiarkan ketiga wangsa menguasai dunia; tidak di masa dahulu, tidak juga di masa kini. Perak, sebagai senjata pamungkas, tetiba menyusut dengan cepat justru ketika manusia sangat membutuhkannya. Sekali lagi, ketiga wangsa diuji untuk mempertahankan dunia dengan cara yang pernah mereka lakukan ratusan abad yang silam. ______ Cara membaca : ●Judul : kisah ribuan tahun silam Judul ( tanpa tanda ● di depan) : kisah di masa kini

lux_aeterna2022 · Fantasi
Peringkat tidak cukup
279 Chs

Berita Buruk di Javadiva (2)

Sonna mengejar Cookies.

Kucing cantik itu menuntunnya ke satu titik : ruang seni Nirvana.

"Ngapain kamu ke sini, Cing?" Sonna keheranan, berbicara seolah pada diri sendiri. "Hayo balik! Kita ke kamar aja, yuuuk!"

Cookies menoleh ke arah Sonna, lalu lari menjauh dengan lompatan-lompatan pendek.

"Cookiiiees??"

Hari libur, ruang Nirvana tak selalu dikunjungi siswa. Biasanya, mereka yang benar-benar ingin menekuni musik atau seni lainnya berkunjung ke mari. Pekan ini, jadwal keluarga menjemput dan berkunjung. Sebagian siswa pulang, sebagian menghabiskan waktu di luar Javadiva.

Angin berhembus.

Tetiba Cookies menghilang.

🔅🔆🔅

Sonna mendorong pintu kupu-kupu jati yang menjadi pembatas ruang Nirvana dengan dunia luar. Tadi dilihatnya Cookies lari ke arah sini. Dari mana dia masuk bila pintu ditutup? Jendela tampaknya juga tak ada yang terbuka, walau tak seluruhnya dikunci.

"Dasar kucing liquid," gerutu Sonna. Ia, yang bosan di kamar dan bosan bermain gawai, merasa lebih baik mengejar Cookies daripada hanya berdiam diri.

"Cookies? Kamu ke mana?"

Sonna berjingkat memasuki Nirvana, padahal tak ada yang mendengarnya juga. Ruang musik Calya kosong. Ruang itu bersih dan rapi.

Tung. Ting. Tooong!

Sonna terlonjak.

Cookies melompat ke atas tuts piano, tanpa sengaja lapisan lembut cakarnya menekan-nekan rangkaian tuts hingga bunyi asinkron terdengar.

"Kamu itu ngapain, sih!" bentak Sonna pelan. Lebih ke arah mengatasi rasa takutnya sendiri di tempat sepi.

Tangan Sonna menutup piano. Seharusnya piano ini ditutup, pikir Sonna.

Cookies melompat lagi, menatap Sonna, seolah minta dikejar.

"Heh, sini kamu!" teriak Sonna.

Langkah kaki Sonna sontak mengikuti Cookies yang berlari pelan. Berhenti. Menunggu. Mengamati Sonna.

"Kamu ngapain ke sini-sini? Udah yok, kita balik!" Sonna berjongkok. Mengembangkan tangan, seolah mengajak Cookies masuk dalam dekapan.

Cookies kembali berjalan cepat, setengah berlari, tetap dalam lompatan kecil yang teratur. Di belakangnya, tanpa sadar Sonna mengikuti.

Gubrak.

Suara angin seperti menggoyang-goyang pintu jati di ruang Nirvana. Pintu itu tak akan bisa ditutup dan dibuka secara kebetulan karena ukuran dan bobotnya. Harus ada unsur kesengajaan. Sonna menolehkan kepala ke arah pintu masuk Nirvana. Merasa sedikit gentar.

"Tanggung, ah!" pikir Sonna. "Aku pergi habis ngambil Cookies. Lagian, gak pernah ada kejadian aneh-aneh di Javadiva."

Ruang musik Calya, ruang gambar Dahayu dan ruang tari Janaloka merupakan tiga ruang utama di gedung Nirvana. Sebetulnya, dari pintu masuk Nirvana, bisa langsung mengarah ke salah satu ruang seni tanpa harus menelusuri satu demi satu ruangannya. Masing-masing memiliki pintu sendiri.

Ruang musik Calya memiliki cat tembok hitam yang anggun. Ruang gambar Dahayu didominasi warna putih seperti warna dasar canvas. Ruang tari Janaloka bercat merah yang memberikan gairah.

"Cookiiiieeesss?!"

Si kucing berhenti pada akhirnya di ruang Dahayu.

Dari mana masuknya? Sonna tak ingin bertanya-tanya. Kalau ia masuk lewat pintu depan Dahayu, sebab tak mungkin manusia memiliki tubuh se-liquid kucing! Mata Sonna mengamati sekeliling.

Ruang fine-art di Dahayu dilengkapi berbagai macam jenis cat, berbagai ukuran kanvas, kayu penyangga dan kuas-kuas aneka bentuk. Sebagian masih belum selesai. Karya berukuran besar tersandar di dinding. Sonna mengamati lukisan-lukisan, dan teralihkan dari mencari Cookies.

Kelontang! Gubraaakk!

"Ya, ampun! Kamu mau kita dimarahi sama anak-anak Dahayu, heh??!"

Sonna mengomel melihat kuas yang direndam minyak pelarut jatuh di lantai. Untung ada koran-koran bekas yang bisa digunakan untuk mengeringkan tumpahan.

Krek. Krek. Kreeek.

"Cookiiieees, jangan digaruk-garuk kanvasnya. Jahat banget kamu!" Sonna berteriak kesal.

Sebuah lukisan besar, yang tersandar di dinding menjadi korban cakaran Cookies. Wajah polosnya menyebalkan!

"Oke! Kalau kamu bandel kayak gini, aku tinggal aja!"

Sonna membalikkan badan. Berjalan meninggalkan. Pura-pura, sebetulnya.

Miauuw.

Meooow.

Suara lucu itu membuat langkah kaki Sonna terhenti. Gadis itu membuang napas kesal. Cookies duduk manis di sana, dekat dinding yang seperti memiliki celah. Tak terlihat tanda-tanda ia akan melarikan diri. Sonna melangkah mendekati, berjongkok. Membelai kepala Cookies, mengelus-elus dagunya hingga kucing itu terlihat terkantuk-kantuk.

Sonna tersenyum.

"Nah, gitu, Sweetie. Ayok kita pergi," ajak Sonna, meraih tubuh Cookies.

Mata Cookies membuka lebar.

Menatap tajam.

Cakarnya melayang ke lengan Sonna kuat-kuat hingga gadis itu berteriak keras.

"Aaaaauhhhh!" teriak Sonna, menjerit. Kaget dan kesakitan.

Begitu tajamnya goresan cookies sampai Sonna terkejut, berdiri dari jongkok tanpa keseimbangan. Terhuyung. Mendekati celah.

Cookies menerkam tubuh Sonna hingga gadis itu merapat, menabrak dinding.

🔅🔆🔅

Cookies ini knapa yah?

Write your comment below :D

Love~

lux_aeterna2022creators' thoughts