webnovel

Si Pocil VS Genderuwo

Si Pocil masih memapah tubuh Amanah di pelataran rumah Sukari. Matanya menatap Sukari dengan penuh kemarahan total. Pocil tidak terima anak sahabatnya diperlakukan selayaknya budak nafsu. Sebab Amanah jua telah memiliki suami dan anak kecil.

Tiba-tiba dari arah belakang Si Pocil. Datang sosok macan gaib hitam dan besar. Sesosok macan kumbang gaib berjalan selayaknya macan menuju ke arah Pocil. Sampai di samping Pocil, macan berubah menjadi seorang petapa berwajah rupawan.

"Assalamualaikum temanku Pocil. Apakah tubuh Amanah akan kau gendong seperti itu sampai pagi?" ucap Petapa yang semula berwujud macam kumbang hitam.

"Waalaikumsalam Datuk Panglima Kumbang. Kita buat satu bagian, kalau engkau setuju. Aku yang melawan dukun bejat Sukari itu. Kau yang membawa anak sahabat kita ini pulang. Mungkin Kasturi suaminya sudah sampai rumah aku rasa, bagaimana apa kau setuju dengan pembagian tugas yang aku ajukan?" timpal Si Pocil mengajukan pembagian tugas pada Datuk Panglima Kumbang, sosok petapa perubahan dari macan kumbang gaib.

Lalu Petapa Panglima Kumbang mengubah kembali wujudnya menjadi seekor macan kumbang hitam. Seraya berkata, "Letakkan tubuh Amanah di atas punggungku. Akan aku antar dia pulang sampai rumahnya dengan selamat. Kalau mengenai bayinya Si Bagus kecil. Aku tiada sangsi dengan kehebatan cucu kecil kita satu itu."

Pocil terlihat membaringkan tubuh Amanah di atas punggung macan kumbang. Lalu macan kumbang dari sosok Petapa Datuk Panglima pergi menjauh menuju rumah Kasturi.

"Tolong ya Datuk Panglima," ucap Si Pocil tersenyum ke arah macan kumbang yang hanya menoleh sekejap lalu berjalan kembali.

"Baiklah mari kita selesaikan ini dengan cepat Sukari," Pocil berjalan mendekat ke arah Sukari secara perlahan tetap dalam wujud manusia kucing jua berwarna hitam.

Tiba-tiba ada kabut merambat mengelilingi tubuh Sukari. Kabut perlahan-lahan mengumpul menjadi satu membentuk sebuah wujud sesosok genderuwo ganas, pas berdiri di depan Sukari.

"Kau Si Pocil bukan? Lawanmu bukan Sukari. Akulah lawanmu Panglima genderuwo dari hutan jati," teriak genderuwo berlari ke arah Si Pocil.

Namun Pocil dengan gayanya yang cool, tetap tenang berjalan. Malah terlihat iya tengah menyulut sebatang rokok. Entah iya dapat dari mana rokok tersebut.

Anehnya saat sosok genderuwo menyerang dengan pukulannya, ke arah Pocil yang sedang berjalan santai menuju Sukari. Seakan-akan tubuh Si Pocil begitu transparan, tiada dapat tersentuh. Sebab saat tangan besar sosok genderuwo memukul tubuh Pocil. Genderuwo malah menembus tubuh Pocil. Seakan tubuh Pocil hanya sebatas hologram data pada perangkat lunak komputer.

Pocil hanya terdiam dengan sikap begitu dingin sambil menghisab sebatang rokok. Terus melanjutkan langkahnya menuju arah Sukari yang tengah ketakutan melihat kesaktian Si Pocil.

Genderuwo yang terjungkal mulai penasaran dengan Si Pocil. Genderuwo bangkit kembali, berlari kembali menuju Pocil. Kali ini genderuwo hendak menendang dengan keras. Tapi seperti awal serangan, lagi-lagi kaki genderuwo bersama tubuhnya. Kembali menembus tubuh Pocil, malah nasib sial di alami Sukari yang justru terkena tendangan genderuwo.

"Aaa! Kau apa-apaan genderuwo. Kenapa justru aku yang kau tendang?" teriak Sukari sambil memegangi dadanya dan terduduk, karena terkena tendangan genderuwo.

"Baiklah minggir kau Sukari, akan aku keluarkan sebuah senjata kampak setan. Kali ini aku yakin tubuhnya akan terbabat. Sebab senjata kapak setanku tidak pernah gagal sekali pun," ucap genderuwo mulai mengacungkan tangannya ke atas.

Keluarlah sebuah kapak di genggaman genderuwo dengan cahaya merah bersama munculnya kilat-kilat misterius menyelimuti kapak. Ujung kapak serta pada bagian depan yang tajam telah meluber darah merah agak kental. Mungkin darah dari lawan-lawan sebelumnya.

Belum juga genderuwo mengayunkan kapaknya. Masih iya pegang dan baru saja iya turunkan dari atas saat iya acungkan. Kapak sudah pindah tangan di rebut secara cepat oleh Pocil. Sekali pegang patah kapak setan, hancur berkeping-keping lalu terbakar menjadi abu.

"Oh kapak setan ini yang banyak di bicarakan bangsa Petapa dan para ulama. Katanya kapak setan ini telah merenggut banyak nyawa dari para petapa atau ulama ya?" ucap Si Pocil masih menggenggam sisa abu dari kapak setan.

Genderuwo dan Sukari tampak melongo tercengang, menyaksikan kesaktian dan kehebatan Si Pocil. Bahkan senjata andalan dari genderuwo dapat iya musnahkan dengan gampangnya.

Sesaat suasana pagi yang hampir terang kembali gelap. Mendung menata kembali di atas rumah Kasturi dan Sukari yang bersebelahan. Gelap kembali menutupi sekitar kedua rumah. Bahkan lebih gelap lagi dari semula. Padahal hari seharusnya sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Kilat menyambar-nyambar mengurung kedua rumah. Seakan tempurung burung begitu besar berwujud kabut hitam menyelimuti hanya di kedua rumah. Hujan mulai deras mengguyur hanya di kedua rumah Kasturi dan Sukari.

Bahkan petir banyak menyambar di beberapa pohon sekitar ke dua rumah. Keadaan ini disebabkan oleh datangnya sebuah tongkat berhulu kapak dari langit. Turun secara perlahan, semula berwujud naga hitam bercorak emas.

Lalu sampai tangan Pocil berubah wujud menjadi tongkat. Tongkat petir namanya, senjata pembelah apa pun yang ada di hadapannya. Bahkan batu sekeras apa pun dapat terbelah oleh tongkat petir.

"Kali ini kalian tak akan aku biarkan lolos. Sudah lama aku ingin menghabisimu genderuwo milik Parno Sewu. Kau sudah banyak menghabisi orang yang tak bersalah. Bersiaplah untuk aku habisi kalian berdua," teriak Pocil sambil mengacungkan tongkat petir dengan ujungnya berbentuk sebilah pedang ke arah Sukari dan genderuwo.

Genderuwo dan Sukari nyatanya begitu ketakutan dengan aura besar yang ditimbulkan oleh tongkat petir. Sebab aura dari tongkat petir akan terasa panas membakar saat bertemu dengan aura para setan dan aura negatif para dukun.

Si Pocil kembali melanjutkan jalannya menuju arah Sukari dan genderuwo. Masih dengan santai dan tetap elegan, tenang dan dingin. Sambil menatap Sukari dan genderuwo penuh kemarahan. Menenteng tongkat petir di tangan kanannya sambil terus diayunkan ke kanan dan ke kiri.

Sosok genderuwo dan Sukari, entah kenapa mereka seakan mematung. Entah karena ketakutan atau memang terkena aura dari tongkat petir milik Pocil. Mereka tidak bisa bergerak sedikit pun. Sementara Pocil makin lama makin mendekat.

"Loh, loh, loh, kenapa ini genderuwo. Kenapa kita malah seperti mematung tak bisa bergerak?" ucap Sukari walau mencoba menggerakkan tubuhnya seujung jari pun tetap tidak bisa.

Malah genderuwo lebih parah lagi. Seakan iya terkunci mulutnya tak dapat berkata-kata atau bergerak jua tak mampu.

Si Pocil yang sudah mendekati Sukari dan genderuwo. Berjarak satu meter dari tempat mereka berdiri. Mulai mengayunkan tongkat petir dengan ujung sebilah pedang. Sekali ayun tubuh dari Sukari dan genderuwo akhirnya terbelah menjadi dua bagian. Lalu terbakar seketika perlahan menjadi abu dan hilang sudah.

"Rumah Sukari harus dimusnahkan, sebaiknya aku tenggelamkan saja rumah pembuat malapetaka ini," ucap Si Pocil mengayunkan kembali tongkat yang sebenarnya perpaduan antara tombak dan kapak langit.

Duar,

Sekali ayun tongkat petir dari Si Pocil. Seakan petir menyambar rumah Sukari hingga hancur tak bersisa. Bahkan tanah bekas ayunan dari tongkat petir sampai gosong membuat pola lurus seakan terbelah.

"Sudah selesai, dengan seperti ini. Tak ada lagi yang menempati rumah Sukari untuk meneruskan tradisi perdukunan," ucap Pocil dengan tongkat petir yang iya lepaskan kembali ke langit.

Sementara itu sekitar kedua rumah dari Kasturi dan rumah Sukari yang sudah hancur. Perlahan-lahan kembali terang, kabut perlahan menghilang dan arak-arakan mendung sudah tiada lagi.