"Kalo lo butuh bantuan atau ngerasa nggak nyaman, nggak apa-apa ngasih tahu gue dulu. Kan kita satu tim, gue juga harus nyimpen rahasia lo, dan lo juga sebaliknya."
Oslan mengeluarkan suara yang lebih lembut dibanding sebelumnya.
Bahkan sebuah sorotan yang lebih terpancar hangat, apa mungkin karena benda yang ditempelkan di telingaku menjadi sangat sayup untuk didengar?
"Iya, tenang aja. Gue pasti bilang kok." Aku menyahut, sesekali aku menarik badan benda yang sudah melekat di daun telinga. Kupasang lagi perlahan agar tidak mengganggu ketika diriku hendak berhadapan dengan kamera.
Seorang sutradara mulai siap memegangi aba-aba, jauh dari sebelum aku tiba di atas panggung. Sebenarnya ini bukanlah panggung, hanya matras yang dilapisi dengan kain tebal berwarna cerah. Aku berpijak, sedangkan di belakangku terdapat dinding berlayar yang sama.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com