webnovel

Should Be

❝ Always needed the presence or departure of others to find out the depths of the heart. ❞ — Shita Hapsari. Yera teramat terpukul setelah kepergian mami dan adiknya. Yera tidak ingin mengkhianati janjinya sebagai saudarinya, Yera harus menepati janji adiknya! ©2020 by coureimmac

coureimmac · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
37 Chs

Bab 18 : Kemauan

All have vanished because of one person's mistake.

Ia melirik sebentar ke sebuah stiker tulisan yang tertempel di dinding kamarnya. Ia menghela nafasnya dan bergegas mengambil tas hitam miliknya.

Jam kuliahnya sedang kosong di pagi ini, kelasnya akan dimulai pada jam 1 siang nanti. Jadi dia memutuskan untuk pergi ke tempat kerjanya terlebih dahulu.

"Nggak ada kelas?" Celetuk seorang perempuan sambil menatapnya dan mengambil sebuah gelas didalam rak gelas. Dia hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Es jeruk?" Celetuk perempuan itu lagi dan ia mengangguk. Tak lama, ia menyeruput es jeruk yang disajikan oleh perempuan tersebut.

"Kak, aku mau nanya dong lowongan pekerjaan lagi selain disini. Adakah?" Perempuan itu menatapnya heran, dia masih dalam posisinya dengan tatapan meminta bantuan.

"Kan kamu udah kerja di sini. Kenapa? Kurang uangnya?" Ujar perempuan tersebut masih menatap heran ke arahnya.

"Enggak kak, cuman takutnya aja nanti biaya buat ke depannya kurang. Aku mau nabung aja mulai sekarang," balasnya sambil menatap minta bantuan ke arah perempuan tersebut.

Sebelum dibalas oleh perempuan tersebut. Seseorang memanggilnya, "Sini dulu!" Panggil atasannya mengarahnya dan dia bergegas menuju atasannya tersebut.

"Kenapa mas?" Ujarnya yang sekarang berada dihadapan atasannya tersebut.

"Tolong cepat kamu urus model itu. Soalnya dia mau pergi keluar kota, ibunya masuk rumah sakit." Dia mengangguk setelah itu orang di hadapannya lenyap dari pandangannya. Segera ia mengarahkan wanita cantik yang memakai  gaun indah tersebut untuk melakukan pose.

Saat model tersebut berpose, tak lupa ia memotretnya. Itu merupakan ahli dan pekerjaannya saat ini, seorang fotografer di salah satu studio di kota ini.

Tak butuh waktu lama, hanya sekitar setengah jam ia menyelesaikan pekerjaannya. Ia menghentikan pekerjaannya saat timer miliknya berbunyi. Ia memberikan tanda 'ok' dan segera ia duduk di dekat sebuah bar kecil didalam studio tersebut.

"Kak, es jeruknya satu lagi dong!" Ujarnya sambil menunjuk ke arah beberapa jeruk lemon yang berada didalam rak buah dan tak lama kemudian dia menggeletakkan kepalanya di meja.

Huh rasanya lelah sekali, padahalan dia baru bekerja setengah jam saja. Ini diakibatkan oleh dia yang kurang beristirahat di rumah dan terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal kata lelah untuk membiayai hidupnya.

Semenjak ia tinggal sendiri selama tiga tahun belakangan ini. Ia selalu membiayai hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain. Dulu ia pernah di masa paling terpuruknya. Ia harus berada di sisi yang paling bawah. Hingga ia bangkit dan menemukan hidup barunya.

Memang dia masih berstatus menjadi mahasiswa semester empat yang masih anteng-antengnya di dunia perkuliahan. Tapi jangan lupakan kesibukannya untuk mencari nafkah menghidupkan dirinya dan biaya perkuliahan nantinya.

"Nih!" Ujar perempuan tadi sambil menyerahkan es jeruk dan ia langsung kembali menegakkan badannya sambil tersenyum bahagia. Ia langsung menyeruput es jeruk yang diberikan perempuan tersebut.

"Kamu udah tahu kabar mereka gimana?" Tanya perempuan tersebut sambil menatap ke arahnya yang masih asyik menyeruput es jeruk miliknya.

"Nggak tahu kak, aku nggak ikutin papi aku. Kalau adikku sendiri, dia belum update status terbaru. Semoga kabarnya baik aja ya."

**

"Percuma mama ngajarin kamu, capek mama. Sana minta bantuan adik kamu aja!" Ujar mama Lukas sambil berdiri meninggalkan Lukas yang masih fokus memainkan tuts-tuts pianonya yang berada di hadapannya sekarang.

Mamanya saja sudah menyerah dengan kemampuan Lukas, mamanya langsung pergi meninggalkan Lukas saat Lukas melakukan kesalahan untuk yang 142 kalinya.

Lukas menatap kepergian mamanya yang saat ini berjalan menuju kamar tidurnya dan segera mengunci pintunya rapat-rapat. Entah mengapa, saat mamanya mengatakan hal tadi. Ia merasa menjadi anak yang kurang ajar sekali terhadap orang tuanya.

Ia juga ingin maju, ia ingin menjadi anak yang selalu membanggakan kedua orang tuanya. Ia ingin ayah dan mamanya bangga karena telah memilikinya. Tapi mengapa ia tidak bisa mendapatkan itu?

Ketika ia ingin maju, terkhusus di dunia musik. Ayah dan mamanya selalu saja membuat semangatnya patah saat ia ingin melatih skill musiknya.

"Kamu kok gini aja nggak bisa sih?"

"Astaga, Lukas! Ini tuh salah. Habis Bb itu ke C#. Masa gitu aja nggak bisa sih? Orang jelas-jelas suaranya pecah gitu!"

"Lukas! Senar satu, senar satu!!"

"Aduh Lukas, bukan gitu!!! Kamu tuh gimana sih? Coba kamu dengerin mama main sama penampilanmu tadi!"

"Gimana mau maju, kamu satu lagu aja belum bisa?"

"Aduh Lukas! Mama nyerah deh!"

Itu merupakan beberapa keluhan yang sering dilontarkan oleh papa dan mamanya. Ia sering sedih jika mengingat pernyataan yang dilontarkan oleh kedua orang tuanya.

Tetapi di balik itu semua, ada satu teman Lukas yang selalu membantunya terus maju ke depan dan terus sabar melatih Lukas.

"Kak, ini kukasih tahu caranya. Jadi itu setelah ini kakak ingat aja jempol, nah habis tuh dipencet deh."

Walaupun ia masih sering bertengkar dengan adiknya itu, adiknya lah yang selalu mengajarinya dan membantunya untuk terus maju.

"Gimana kak? Mau istirahat atau lanjut?" Ujar Yedra saat melihat Lukas berhenti seketika dan melemaskan otot-otot jarinya.

"Ah. . . Lanjut besok aja Dra, udah malam juga. Mending lo tidur terus siap-siap buat besok, good night Dra. And Thank you," ujar Lukas sambil tersenyum manis ke arah Yedra.

"You're welcome, bro."

Lukas dan Yedra terpisah saat Yedra memutuskan memasuki kamarnya duluan, setelah itu Lukas. Lukas sudah berada didalam kamarnya sambil berjalan menuju ujung ranjangnya.

Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas ranjangnya. Ia segera mengambilnya dan ia terkejut tatkala mendapatkan notifikasi dari orang tersebut.

"WHAT THE HELL?? Maksudnya dia apa?" Ujar Lukas sambil berteriak kaget saat menatap pesan yang dikirimkan oleh Yera kepadanya tersebut.

Lukas sekarang hanya bisa memikirkan pesan yang diterimanya dari Yera. Lukas menatap yakin lagi ke arah pesan yang tertulis di layar ponselnya.

Join band?

Buat apa Yera menyuruhnya ikut bergabung bersama band miliknya? Bukannya itu akan membuat band milik Yera hancur ketika ia masuk didalamnya?

Yera mengirimkan pesan lagi kepadanya seolah-olah menyuruhnya akan bergabung dengan band-nya. Sebenarnya Lukas ingin menolaknya, tapi ini semua demi,

Ini semua demi kenaikan grade-nya. Dan demi membanggakan kedua orang tuanya.