webnovel

Should Be

❝ Always needed the presence or departure of others to find out the depths of the heart. ❞ — Shita Hapsari. Yera teramat terpukul setelah kepergian mami dan adiknya. Yera tidak ingin mengkhianati janjinya sebagai saudarinya, Yera harus menepati janji adiknya! ©2020 by coureimmac

coureimmac · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
37 Chs

Bab 06 : Selamat Datang

Pria tersebut turun dari lantai dua rumahnya menuju lantai dasar, lebih tepatnya menuju ke ruang makan. Bibi yang bekerja di rumahnya semenjak dia kecil tersenyum kepadanya.

"Mas Markus sudah ditungguin tuan Jo di ruang makan," ujar bibi sambil tersenyum ke arahnya. Ia mengangguk sambil tersenyum balik dan berjalan kembali menuju ke arah ruang makan.

Daddynya tengah duduk di bangku sambil membaca sebuah kabar berita melalui koran sambil menikmati kopi Americano kesukaannya.

"Son, hurry up and have breakfast! You will go to school, right?" Daddynya menatapnya sambil menunjuk sarapan berupa sandwich menggunakan dagunya.

Dia mengangguk sambil mengambil tempat duduk di depan daddynya yang tengah membaca koran tersebut.

Beginilah setiap hari keadaan keluarga kecil milik Alexandre Joshua—Joshua atau yang akrab dipanggil Jo ini selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan untuk anak semata wayangnya. Walaupun tetap ada pelayan di rumah, ia yang akan memasaknya untuk orang yang ada di rumah.

Begitulah yang dia alami selama sebelas tahun belakangan ini, boleh dikatakan dia adalah seorang single parent yang terbaik. Istrinya meninggal karena mengalami pneumonia sebelas tahun lalu, itu membuatnya sangat terpukul hingga sampai sekarang.

"Markus, dad akan pergi ke Bali untuk dua hari ini. Kamu mau di rumah atau ingin pergi ke rumah teman kamu?" Ujar Jo sambil meletakkan koran yang telah dibacanya sambil mengambil sandwich miliknya.

"Aku jaga rumah aja, dad. Dad hati-hati di perjalanan," ujar Markus Alexandre, anak semata wayang Jo yang sudah duduk di bangku akhir sekolah membalasnya dengan tersenyum.

"Dad, aku pergi ya. See you soon!" Ujarnya sambil tersenyum ke arah Jo, Jo menatap kepergian anak lelakinya.

**

"LUKAS! AYOK BANGUN!! KAK, BANGUN KAK!"

Celotehan itu membuat dirinya kesal, ia kembali menutup telinganya menggunakan guling miliknya.

"LUKAS ANAKNYA HENRY! BANGUN! MAMA SITA PC GAMING-MU," celotehan kedua ini mau tidak mau membuat dia harus bangun dari mimpi indahnya dan bangkit dari tidurnya.

"Apaan sih ma? Baru jam empat juga," ujarnya sambil menatap ke arah jam dindingnya sambil mengucek-ucek matanya.

"Matamu itu jam empat, ini tuh sekarang jam enam. Sekolah sana, udah tahu sekolah baru masih suka terlambat!" Ujar wanita tersebut sambil menjitak dahi milik anaknya.

"Aduh sakit ma! Iya-iya, Lukas mandi dulu," ujarnya sambil menggerutu sebal dan bangkit dari duduknya.

Tidak perlu waktu yang lama untuk menyiapkan dirinya ke sekolah, hanya sekitar dua puluh menit saja ia membereskan dirinya untuk turun dan mengikuti sarapan bersama keluarganya.

"Heh kamu, mau berangkat sekolah sama ayah atau berangkat sendiri? Adikmu berangkat sama ayah nih," kini pria dewasa tengah menatapnya sambil memakan sarapan miliknya.

"Aku mau berangkat sama ayah dulu, tapi nanti temani dulu aku sampai masuk ke dalam sekolahnya," ujarnya sambil mengambil tempat duduk di depan mamanya.

"Astaga Lukas, kamu itu kayak anak kecil aja loh! Sama adikmu masuknya kan bisa, kalian nanti tanya dimana Tata Usaha terus nanti kalian dibawa masuk ke kelas kalian," kini mamanya yang membalasnya sambil menggelengkan kepalanya menatap anak lelaki sulungnya.

"Jangan kayak anak kecil gitu kak, makan cepat! Nanti keburu telat," ujar adiknya sambil menatapnya

Dia hanya menghela nafasnya secara kasar sambil memasukkan sesendok sarapannya ke dalam mulutnya.

**

"Kakak, adik, ini di sekolah baru jangan buat masalah apapun ya! Nanti masuk tanyain dimana Tata Usahanya," ujar ayah mereka memperingati kedua anak lelakinya.

"Oke siap bos," ujar anaknya yang sulung sambil menadahkan tangannya kepada ayahnya. Ayahnya mengulurkan tangannya sambil menaruh punggung tangannya di dahi milik anaknya.

"Loh yah?"

"Apaan? Yaudah sana turun, udah jam tujuh kurang lima belas menit, sana turun!" Ujar ayahnya sambil menunjuk ke arah sekolah baru mereka.

"Uang?" Tanyanya sambil menadahkan tangannya kembali dan tersenyum manis ke arah ayahnya.

"Loh? Kan tadi udah dikasih sama mamamu, sana turun!" Ujar ayahnya sambil menyuruh anaknya untuk turun dari mobilnya segera.

"Kak, ayuk! Intinya nanti kakak yang nanyain dimana Tata Usahanya, aku nggak mau!" Ujar adiknya dari jok belakang sambil menggerutu kesal melihat kakaknya yang masih saja tetap berada di mobil.

"Uang dulu baru mau turun," ujarnya sambil mengangkat sebelah alisnya. Mau tidak mau, ayahnya mengambil dompetnya sambil mengeluarkan dua buah uang lima puluh rupiah.

"Ini buatmu, ini buat adik. Sana turun!" Ujar ayahnya sambil menatap tajam ke arah anak sulungnya yang tengah kesenangan mendapat uang saku tambahan.

"Tapi yah, kok kurang?" Ujarnya sekali lagi sambil menatap selembar uang lima puluh tersebut dan memasukkannya ke dalam saku bajunya.

"Heh, Abdi parantos béak artos! Turun aya!" Tidak ingin membuat masalah kepada ayahnya, ia segera turun sambil tersenyum ke arah ayahnya.

"Hati-hati, ayah!" Ujarnya sambil melambaikan tangannya dari luar jendela mobil.

**

"Kak, tanyain sana ke cewek itu dimana Tata Usahanya," ujar adiknya sambil menatap ke arah seorang perempuan yang tengah memarkirkan motor Scoopy miliknya.

"Au ah, kamu aja. Kakak malu," ujarnya sambil menatap ke arah adiknya.

"Ih kakak, tanyain sana. Nanti—"

"Anak baru ya?" Tanya seseorang sambil menepuk bahu milik Lukas sambil tersenyum ke arah Lukas dan adiknya.

"Hah? Iya," ujarnya sambil tersenyum balik menatap pria tersebut, adiknya tertunduk sebentar lalu tersenyum menatapnya.

"Kenalin, gue Juna." Ujarnya sambil menyodorkan tangannya yang dibalas dengan jabatan tangan oleh Lukas.

"Gue Lukas, ini adik gue namanya Yedra," ujarnya sambil menunjuk ke arah adiknya. Adiknya hanya tersenyum dan menyodorkan tangannya dan dibalas jabatan tangan oleh Juna.

"Mau ke Tata Usaha ya? Sini gue temani," ujar Juna sambil tersenyum ke arah mereka kembali. Mereka berdua mengangguk dan mengikuti Juna dari belakang, hingga mereka bertiga sudah berada di depan ruang yang bertuliskan 'Tata Usaha'

"Ini, masuk aja." Ujar Juna sambil menunjuk ruangan tersebut menggunakan jempolnya.

"Gue tinggal dulu ya, selamat datang ya," ujar Juna sambil melangkahkan kakinya meninggalkan mereka berdua.

**

Lukas sekarang tengah mengikuti seorang pria tua yang ia ketahui akan menjadi wali kelasnya di sekolah ini. Ia berjalan di belakangnya sambil menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru tersebut.

Hingga guru tersebut berhenti di depan sebuah kelas yang bertuliskan kelas XII Mipa 2. Guru tersebut masuk sebentar dan Lukas hanya berdiri di depan pintu kelas tersebut hingga sebuah instruksi memanggilnya untuk masuk ke dalam kelas tersebut.

"Lukas, masuk nak!"

Lukas mengangguk dan masuk ke dalam kelas tersebut dan menatap isi kelas tersebut. Beberapa murid tengah menatapnya dan beberapa murid tengah asyik dengan dunianya sendiri.

"Lukas, perkenalkan dirimu nak!" Ujar wali kelasnya sambil tersenyum menatap Lukas yang dibalasi dengan anggukan kepala.

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya Wong Lukas Maleakhi." Ujar Lukas sambil menatap ke arah teman sekelas yang sekarang tengah menatapnya penuh tajam.

"Oke, ada pertanyaan lagi sampai di sini?" Gurunya tersebut menatap anak muridnya sekelas. Beberapa murid, terutama perempuan mengangkat tangannya ingin menanyakan sesuatu kepada Lukas.

"Panggilannya apa?"

"Nama panggil, Lukas." Jawab Lukas sambil tersenyum manis.

"Pindahan dari mana?"

"Pindahan dari Pallas, salam kenal ya semua." Ujar Lukas sambil tersenyum manis menatap teman sekelasnya.

"Kenapa pindah pas akhir kelas dua belas?"

"Karena ngikuti orang tua yang pindah kerja ke sini," jawab Lukas sebisanya saat teman-teman sekelas menanyakan beberapa hal kepadanya.

"Lukas sudah punya cewek?" Tanya seorang teman sekelasnya yang perempuan membuat Lukas seketika kaget. Teman sekelasnya hanya tertawa karena mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh gadis tersebut.

"Eh? Kebetulan belum hehe," jawab Lukas sambil tersenyum kaku menatap gadis tersebut.

"Yaudah jadi cowokku aja kalau gitu," ujar gadis tersebut kembali membuat kelas mereka dipenuhi gelagat tawa.

Lukas hanya tertawa terpaksa sambil menatap beberapa teman sekelasnya yang sedang tertawa terbahak-bahak.

Hingga pandangan Lukas jatuh kepada seorang perempuan yang tengah tertawa, perempuan itu sambil menggelengkan kepalanya menatap teman sekelasnya yang berhasil membuat sekelas tertawa.

"Sudah sudah. . . Jangan gitukan Lukas, Hana! Baik, Lukas duduk di bangku kosong itu ya," ujar guru mereka sambil menunjuk bangku kosong yang berada di ujung kelas.

Lukas menganggukkan kepalanya dan berjalan ke arah bangku barunya. Sebelum ia menuju bangkunya, ia menatap kembali perempuan yang tadi mengalihkan pandangannya.

Perempuan tersebut tengah berbicara dengan teman sebangkunya, Lukas memperhatikan mereka sampai ia berhenti di bangkunya.

"Halo Lukas, gue Wira. Salam kenal ya, anak kelas emang suka bar-bar gitu. Jadi maklumin ya," ujar teman sebangku baru Lukas. Lukas menoleh kepadanya dan menganggukkan kepalanya.

"Halo Wira, salam kenal ya!" Ujar Lukas sambil duduk di bangku barunya.

Lukas berharap, di sekolah barunya ia ingin mendapatkan beberapa kenangan manis walaupun ia terlambat masuk ke sekolah ini.