"Rumah Sheila dilempar pake batu besar, Bu. Dan di batu itu ada surat yang isinya ancaman."
"Ancaman?."
Ilham dan Farhat menganggukan kepalanya. Teka-teki tentang ancaman itu membuat semua orang bingung memikirkan siapa pelakunya.
Terlebih lagi Ilham. Ia yang sangat mengkhawatirkan Sheila. Gadis pujaan hatinya tidak boleh tergores sedikit pun.
"Kasian ya, neng Sheila. Dia pasti ketakutan," kata Ajeng.
"Iya, Bu. Tadi juga dia sempet nangis. Tapi untungnya nggak sampe keterusan."
"Syukurlah. Ibu jadi ikut khawatir sama dia. Kalian harus jagain neng Sheila baik-baik, ya!."
Perhatian Ajeng pada Sheila bukan hanya sekadar orang tua kekasih pada calon menantunya. Melainkan Ajeng yang sudah menganggap Sheila sebagai anaknya sendiri.
Dari pertama mereka bertemu, perangai Sheila mampu mencuri perhatian Ajeng. Bahkan sebelum ia tahu kalau gadis itu adalah calon menantu di dalam keluarga besarnya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com