webnovel

CERITA 17

"jangan dulu dipotong byx, ada yang lebih penting, kan kita berdua belum pernah melihat seperti apa wajahnya sandra, jadi kita juga meminta temannya itu untuk menunjukkan foto sandra, dan ternyata byx.. kamu ingat nggak soal aku pernah cerita ada perempuan mencurigakan yang sudah dua kali aku pergoki mengikuti kamu, nah sandra ini orangnya byx.." kata endrico.

"saat aku lihat dia sedang mengikuti kamu, dia nggak seperti cewek-cewek lain gerakannya agak aneh, itulah sebabnya waktu itu aku sempat curiga" lanjut endrico

"jadi sekarang kamu percaya apa yang aku katakan kan.." kata gilby dia melirik mahluk aneh itu. mahluk itu sedang serius memperhatikan yang dikatakan endrico.

"tapi byx.. aku semakin penasaran apa sih maunya cewek itu sama kamu?" kata endrico

"tentu aja sandra itu aneh kho, kan dia maniak.. terobesesi berat sama byx.." reza berbicara menggunakan gerakan tangannya saking ingin mempertegas perkataannya.

"jadi kapan kita akan mencari sandra dirumahnya byx.. aku benar-benar ingin mengetahui apa maksudnya" tanya endrico mengabaikan penegasan reza.

"kita abaikan saja ya masalah ini, kupikir dengan tidak betemu dengan sandra lagi, atau kita berusaha menjauh dan menghindari dia mungkin itu lebih baik" kata gilby ragu, dia yakin teman-temannya pasti tidak akan setuju.

"byx.. aku setuju dengan endrico, kita temui dia dulu tanyai dia, apa sih maksudnya? Kalau dia memang maniak kita bisa memikirkan lagi bagaimana mengatasi dia..selain itu sebenarnya aku penasaran seperti apa sih orangnya?" sahut reza bersemangat,

"setidaknya kita selesaikan masalah ini, jangan digantung byx.." tamba endrico, endrico dan reza memandangi gilby menunggu keputusannya.

"terserah kalianlah.., tapi jujur ya guys.. aku sebenarnya agak takut ini akan berbahaya," gilby menarik nafas dalam setelah mengatakan kalimat itu.

"hihihihi tenang aja bos aku akan selalu menjaga keselamatan bos"  mahluk itu mencoba menenangkan gilby.

"ok aku selamat, tapi bagaimana dengan teman-temanku? ini juga bisa berbahaya buat mereka kan"

sahut gilby kesal pada mahluk itu. tapi kemudian dia sadar semua temannya sedang memandanginya.

"byx.. kamu ngomong sama siapa?" tanya reza dia mulai terlihat takut.

"oh itu sama mahluk penunggu rumah ini.." kata gilby tak mau berkata jujur pada teman-temannya.

" oh..." kata reza dan endrico bersamaan hanya penekanan suara mereka yang berbeda, sebenarnya hal ini sudah bukan sesuatu yang aneh buat mereka, karena mereka semua tau kalau gilby sekarang bisa melihat hantu.

"ya udah byx, kita pulang dulu ya, ini udah terlalu malam.. dhaa byx.." kata reza dan dia segera mendorong endrico untuk segera pulang, dia jadi takut.

"kenapa za, kamu takut ya? Ini baru jam sepuluh malam, sebentar lagi lah pulangnya masih ada yang harus kita obrolkan.." kata gilby sedikit bercanda.

"apaan sih dorong-dorong za, bukannya kamu yang sejak dulu suka dengan hal-hal yang mistis.. kenapa sekarang takut" endrico melepaskan tangan reza dari pundaknya, tapi dia tetap berjalan mendahului reza untuk pulang, sambil senyum dia menggelengkan kepalanya.

"benar kho.. dia kenapa sih, kok sekarang kamu jadi penakut za.. bukannya kamu paling suka tantangan.." kata gilby lagi sekarang dia tersenyum lebar, mungkin pengaruh baru saja kena jampi-jampi reza jadi penakut. Dan merekapun pulang. Gilby yang masih tersenyum berjalan masuk rumah dan menuju ke kamarnya.

"gil, duduk dulu nak, mama ingin bicara sama kamu.." kata bella ibunya gilby sambil mempersilahkan gilby duduk, dia mematikan tv yang sedang ditontonnya dan dari wajahnya terlihat sangat serius. Sepertinya dia memang sedang menunggu gilby.

"ada apa ma? Tidak ada yang seriuskan ma.." tanya gilby, melihat keseriusan ibunya dalam hati gilby sedikit kwatir.

"gil.. mama tadi dengar pembicaraanmu dengan teman-temanmu, apakah lebih baik kalau kita pindah tempat tinggal lagi?" DEG.. jantung gilby rasanya mau copot, pindah lagi..

"ma kumohon jangan ma.. gilby udah kerasan disini ma, lagi pula sekarang aku bukan anak kecil lagi yang bisa pindah sekolah dengan mudah ma..sekarang aku mahasiswa ma.. please ma.." gilby memandang ibunya dengan wajah sangat memohon, oh jangan ma.. bagaimana dengan bintang ma, kita baru aja berkenalan ma..kata gilby dalam hati dia ketakutan kalau ibunya akan memaksakan untuk pindah.

"tapi mama dengar tadi kamu diikuti orang gil.. mama takut nak.." kata bella dengan lembut tapi ada kwatir dinada suaranya.

"itu bukan masalah besar ma.. itu hanya cewek yang terlalu menyukai aku ma, dan aku pasti akan berusaha mengatasi itu semua ma.." suara gilby memelas.

"gil mama tidak ingin sesuatu yang berbahaya terjadi nak, mama takut gil.."

"percayalah padaku ma.. gilby sekarang udah besar dan bisa mengatasi masalahku sendiri"

"gil..dulu ayahmu meninggal karena kecelakaan yang tidak tau penyebabnya, mama tidak mau harus kehilangan lagi orang-orang yang sangat mama cintai nak.."

"hihihi bos kalau ayahmu waktu itu meninggal bukan dibunuh orang bos, tapi kecelakaan karena ketakutan bos.." mendengar perkataan mahluk itu gilby langsung memeluk ibu tak ingin ibunya melihat kekagetan diwajahnya, dia memandangi mahluk aneh itu dengan kening berkerut

"apa maksudmu? Kita harus bicara sebentar.." kata gilby pada mahluk aneh itu hanya dengan gerakan mulutnya tanpa bersuara.

"sudah ma, jangan sedih.. aku janji tak akan pernah meninggalkan mama sendiri.. percayalah padaku ma.. masalah ini akan kami selesaikan ma.." kata gilby lembut sambil memeluk ibunya dengan erat.

"hihihi tapi bos aku harus menonton sinetron, tadi aku sudah melewatkan yang satu.." kata mahluk itu melirik gilby kesal.

"aku nggak peduli pokoknya kita harus bicara.." kata gilby masih dengan gerakan mulut tanpa suara. Mahluk itu jadi tertawa melihat rasa penasaran gilby. Setelah dia berhasil membujuk dan menenangkan ibunya, gilby mengantar ibunya masuk kekamarnya dan tidur.

Kemudian dikamarnya sendiri setelah dia menyetel musik perlahan untuk menutupi suaranya jangan

sampai ibunya mendengar dia sedang berbicara dengan mahluk aneh itu dia tak ingin ibunya mengira dia sedang berbicara sendiri, hal itu akan menyebabkan masalah. Gilby mengunci pintu kamarnya.

"sekarang ceritakan apa maksud perkataanmu tadi tentang ayahku.." kata gilby dengan suara rendah pada mahluk aneh itu.

"hihihi oh soal kematian ayah bos.." kata mahluk itu dengan santainya. Tapi gilby menatap mahluk itu dengan tatapan yang tajam.

"hihihi.. ok.. tapi bos jangan marah ya.." kata mahluk aneh itu lagi, gilby hendak bicara tetapi dibatalkannya, dia hanya menatap mahluk aneh itu.

"hihihih jadi gini bos.. kan perjanjiannya semua putra tertua harus dijaga, berarti ayah bos juga termasuk yang akan dijagakan.. nah masalahnya itu bos, saat kaum kami atau lebih tepat lagi teman saya bos yang bertugas untuk menjaga ayah bos dia jin yang sangat menakutkan bos.. jadi ceritanya saat perjumpaan mereka ayah bos ketakutan dia lari dan menyebabkan kecelakaan itu bos.."

"JADI KALIAN YANG BUNUH AYAHKU?!!!" geram gilby tapi suaranya tertahan ditenggokannya gilby marah tapi tak berani mengeluarkan suara marahnya.

"hihihih itu bukan bunuh bos, itu kecelakaan.. tapi dari kejadian itu.. aku jadi belajar bos, pendekatan itu jangan buat menakutkan..makanya aku tidak menakutkan kan bos.." mahluk aneh itu tertawa tapi dia menutup mulutnya, sepertinya tak ingin menambah kemarahan gilby. Gilby yang tadinya begitu marah terduduk dengan lemas memandang kesal, benci tapi tak bisa berbuat apa-apa, dalam hati dia sadar mereka

(kaumnya mahluk aneh itu) tidak dapat disalahkan dengan kejadian yang menimpa ayahnya karena seperti itulah wujud mereka sangat menakutkan, yang bersalah itu adalah kakek buyutnya yang membuat perjanjian gila ini. Gilby mengusap-usah wajahnya kepalanya sakit memikirkan keadaan itu.

"hihihi bos.. semua yang ingin bos tau sudah ku ceritakankan.. sekarang aku ingin menonton sinetron bos, masalahnya ibu bos sudah tidur bos..harus ada yang menghidupkan tv bos, aku sih bisa bos tapi semua tetangga pasti akan ketakutan kalau melihat tv dirumah bos hidup dengan sendirinya.." kata mahluk aneh itu

"WOI JIN, jangan coba-coba kau lakukan itu.. kau tau aku lagi marah sama kaliah"