87. Pernikahan yang cacat

"Maafkan aku," kata Rafka. Dia memundurkan tubuhnya lalu berdiri. Ia sendiri juga tidak tahu mengapa dirinya melakukan itu pada Karen. Itu dilakukannya seperti tanpa sadar, ya seperti itu.

"Tidak apa apa," kata Karen.

"Tapi bisakah aku meminta tolong padamu lagi?" tanya Rafka. Ia terlihat seperti sedang mencemaskan sesuatu.

"Apa?"

"Bagaimana kalau besok kamu mengubah sedikit penampilanmu. Bukan berarti aku keberatan. Hanya saja aku tak mau kalau sampai istriku tahu bahwa itu adalah kamu," kata Rafka.

"Dia akan jarang di rumah, mungkin juga dia sudah lupa padamu. Namun untuk berjaga jaga. Aku ingin kamu mengubah rambutmu dan riasanmu."

Mungkin terdengar agak berlebihan. Namun Karen mengangguk setuju untuk melakukan apa yang diminta oleh Rafka. Dan mungkin saja demi anak yang sedang tidur terlelap di sampingnya saat ini.

"Rafka, mungkin ini terdengar tidak masuk akal. Tapi bisakah aku minta tolong padamu?"

Rafka menaikkan kedua alisnya. "Apa? Katakan saja?"