webnovel

Chapter 5

Seul Gi dengan sepeda motornya mengantar pesanan ayam goreng ke beberapa rumah. Ia senang bisa membantu ibunya apalagi saat ia mendapatkan uang tip.

Banyak pembeli terutama laki-laki muda yang akan takjub saat Seul Gi membuka kaca helmnya. Karena Ia tipe korea yang cantik alami. Tanpa make up pun Seul Gi terlihat menawan. Dan sangat jarang pengantar makanan secantik itu.

Seul Gi menekan bell sebuah rumah. Rumah itu sangat besat. Tidak seperti rumah biasanya yang ia antar. Ia dipersilahkan masuk kedalam rumah itu.

Seul Gi merasa takjub saat melangkahkan kaki kedalam rumah itu. Rumah itu sangat besar dan megah. Ia hendak menunggu didepan pintu namun ia terlonjak saat seseorang menghampirinya.

Jimin dengan setelan baju tidurnya berdiri dan juga terkejut karena melihat pengantarnya adalah Seul Gi. Ia berusaha tetap terlihat cool walaupun ia sadar penampilannya jauh dari kata itu.

"annyeong", sapa Seul Gi dan suasana disekitar mereka menjadi canggung, "ini pesananmu".

Jimin mengambilnya dan memberikan uangnya, "hmmm tidak ku sangka kau pengantar makanan".

"ini bisnis keluargaku jadi akulah yang bertugas mengantarkan", Seul Gi merasa takjub karena biasanya pemesannya tidak dari kalangan seperti Jimin, "ku kira orang sepertimu lebih suka memesan direstaurant".

"tadinya tapi review restaurantmu sangat bagus jadi aku penasaran".

Seul Gi mengangguk, "baiklah. terima kasih. aku harus pergi".

Jimin mengangguk mengiyakan dan saat Seul Gi melangkah, "Kang Seul Gi".

"iya?".

"apa kau sudah memikirkan jadi partner menariku?".

Seul Gi menggeleng, ia tidak ada waktu untuk memikirkan hal seperti itu dan ia melanjutkan lagi untuk meninggalkan Jimin.

Jimin masuk kedalam rumahnya dengan pesanan ditangannya. Ia tidak menyangka Seul Gi akan datang ke rumahnya sebagai pengantar makanan. Ia sangat menyukai ayam goreng korea terutama yang pedas. Jimin menyiapkan makan siangnya sendiri.

"woah", Ayam dari restauran Seul Gi sangat lezat. Ia tidak paham mengapa ini lebih lezat daripada ayam yang biasa ia pesan. Jimin menyesal memesan satu paket. Sepertinya ia harus memesannya lagi. Akhir-akhir ini ia frustasi dan butuh asupan yang lezat.

30 menit kemudian bel berbunyi lagi dan saat Jimin membuka pintu rumahnya Seul Gi sudah ada didepan rumah dengan berkacak pinggang.

"ini pesananmu", Seul Gi memberikan pesanan Jimin dengan kasar.

"waee? ada apa denganmu? kau membuatku kaget tahu".

"apa ini lelucon bagimu? mana ada orang memesan lagi hanya kurang dari satu jam? aku ini banyak urusan. Rumahmu sangat jauh tahu!".

Jimin memberikan uangnya dan ia masih tidak mengerti apa yang salah dengan memesan ulang.

"tidak mugkin badan sekecilmu makan ayam 24 potong sekaligus! gila!", Seul Gi pergi dengan tatapannya yang menusuk dan seperti mengancam.

Jimin merasa kesal dengan perempuan itu. Apa salahnya memiliki badan kecil tapi makan banyak. Apa perempuan itu tidak tahu ada yang namanya olahraga dan workout? Jimin kesal namun tidak bisa menjawab karena Seul Gi menyerocos. Tapi rasa kesalnya redah saat memakan ayam pesanannya. Ia benar-benar menyukai ayam goreng pedas.

❤❤❤

Anak-anak dikelas mulai mengeluh karena tugas sekolah mulai banyak menjelang ujian. Itu artinya akan ada segelintir orang yang kelelahan namun sebagian lagi mendadak menjadi bos.

Seul Gi tidak suka saat ada pelajaran kelompok. Karena ia tidak akan dapat team. Hanya Nam Joon yang mau mengajaknya atau lebih tepatnya lagi memaksa. Namun biasanya karena Seul Gi tidak punya pilihan lain, ia pasti akan menuruti lelaki itu.

Seul Gi hanya diam saat semua sibuk membuat kelompok. Ia menunggu Nam Joon yang lebih dulu mengajaknya. Tapi lelaki itu tidak menoleh ke arahnya sedikitpun.

"hei kau", ucap Jimin pada Seul Gi

"kau boleh satu kelompok denganku", kata Jimin.

Seul Gi melihatnya dengan bingung, ia ingin menolak namun ia tidak boleh jual mahal daripada ia tidak punya kelompok.

"oke".

"Jimin, apa yang kau lakukan. kelompok kitakan sudah full", ujar Ye Ri sambil memandang Seul Gi dengan benci.

"kau atur saja siapa yang keluar. atau kau boleh keluar dan diganti oleh Seul Gi. Kuserahkan padamu", kata Jimin lalu ia keluar dari kelas. Seul Gi mengekor dibelakangnya.

Mengingat perkataan Ye Ri membuat perasaan Seul Gi jadi tidak enak. Ia mengekori Jimin.

"kenapa kau mengikutiku?", Jimin bertanya karena dari tadi Seul Gi mengikutinya tanpa berkata apa-apa.

"kenapa kau mengajakku untuk satu kelompok belajar?".

"Hmmm tidak ada apa-apa".

"ini pasti karena partner tari itukan? aku tidak punya waktu".

"sudahlah, tidak perlu membahasnya kalau kau belum tahu tentang itu".

"ya kasih tau dong kalau memang itu penting".

Jimin hanya tersenyum, "kau tunggu saja", dia berlalu lagi.

❤❤❤

Seul Gi sedang bersiap-siap untuk tampil bersama dua noonanya di club ini. Memang hanya dialah yang berumur paling muda. Terkadang itu membuatnya kesulitan karena harus bersembunyi saat ada pemeriksaan. Seul Gi juga sering diminta tidak bekerja jika ada pemeriksaan dan itu membuat ia tidak dapat uang tambahan.

"apa sih maksudnya laki-laki yang selalu mengganggumu tapi ia selalu menjauhimu ketika kau bertanya", Seul Gi tiba-tiba bertanya dengan wajahnya yang polos.

Jin Shim berdecak, "kurasa ia benar-benar menyukaimu".

Seul Gi memandang dirinya dicermin, "tuhkan... sudah ku duga argh", ia menutupi wajahnya.

"kenapa kau begitu?", tanya Sunny yang masih sibuk memilih warna lipstiknya.

"Kalian tahu aku tidak punya waktu pacaran".

Oh Jin Shim mengangguk setuju, ia tahu bagaimana perjuangan Seul Gi yang masih SMA itu.

"yasudah kau tolak saja".

Seorang staff mengetuk pintu dan masuk kedalam ruangan.

"Kang Seul Gi. Ada yang ingin bertemu denganmu".

Belum sempat Seul Gi bertanya, Jimin sudah masuk kedalam ruangan dan menyapanya. Seul Gi terkejut dengan kehadiran Jimin. Begitu juga dengan dua noonanya.

"apa ini yang dia bicarakan tadi?", bisik Oh Jin Shim pada Sunny yang juga terpukau karena ketampanan Jimin.

"selamat malam semuanya", sapa Jimin dengan senyumnya yang menawan. Oh Jin Shim dan Sunnya hanya bisa mengangguk.

"apa yang kau lakukan?", tanya Seul Gi dengan nada dingin.

Jin Shim menyenggol Seul Gi dengan keras, "kalian bicaralah dengan nyaman. Kami keluar dulu ya", Jin Shim menatap Seul Gi, "jaga cara bicaramu", bisiknya dengan nada mengancam.

Setelah kedua noonanya pergi, Seul Gi duduk dengan gusar.

"Jadi kau benar-benar penari disini", Jimin melihat-lihat ruangan ganti Seul Gi dan para penari itu. Ruangan itu memang kecil dan hanya memiliki dua meja rias.

"sebenarnya apa yang mau kau lakukan?".

"Tidak ada. Aku hanya ingin memastikan waktu itu aku tidak salah lihat".

Seul Gi menatap Jimin dan tahu bahwa itu bukanlah alasan lelaki itu kemari.

"oh ya, kaukan masih SMA, kenapa bisa kau masuk kedalam club?", Seul Gi penasaran akan jawaban Jimin.

"hahaha bagaimana denganmu? Bahkan kau bisa bekerja disini".

"ah terserahlah apa maumu. Aku tidak peduli".

Tiba-tiba staff yang tadi datang lagi namun dengan nafas yang memburu. Seul Gi tahu apa maksudnya. Namun ia sedang memakai baju untuk perform. Tapi ia tidak punya waktu. Seul Gi berdiri dan meraih tasnya dengan terburu-buru.

Jimin bingung, "ada apa?".

"aku harus pergi karena ada petugas. Oh ya, kau juga harus pergi".

Jimin memegang tangan Seul Gi dan menariknya keluar. Mereka berdua pergi bersama. Seul Gi tidak punya waktu untuk bertanya kenapa Jimin menariknya pergi. Mereka seharusnya berpisah namun Jimin malah membawanya kedalam mobilnya.

Seul Gi duduk dibangku samping Jimin yang langsung menancap gas meninggalkan gedung club malam itu.

Jimin merogoh bangku belakang dan mendapatkan jaket. Ia memberikannya untuk Seul Gi.

"pakailah".

Seul Gi memakainya. Ia lupa bahwa ia memakai pakaian sexy. Wajahnya menjadi panas karena malu.

"thanks".

Jimin membawa Seul Gi ke daerah rumah Seul Gi.

"bagaimana kau tahu daerah rumahku?".

"karena suatu hari nanti aku ingin makan ayam dirumahmu agar kau tidak kesulitan lagi untuk mengantarkan pesananku".

Seul Gi jadi mengingat kejadian tempo hari dimana ia memarahi Jimin. Ia jadi merasa tidak enak. Ia menunjukkan arah rumahnya dan Jimin mengikutinya dengan baik.

Mereka sampai didepan sebuah rumah yang sekaligus kedai menjual ayam goreng. Rumah itu bukan seperti restaurant yang Jimin bayangkan. Tapi siapa yang bisa mengira bahwa rasanya benar-benar sangat lezat.

"terima kasih sudah mengantarku", Seul Gi menepak keningnya, "Aku lupa. Motorku tertinggal. Huh berarti besok aku harus naik bis".

"Akan ku jemput kau besok".

Seul Gi menoleh, "tidak perlu".

"sudah sana keluar. bye", Jimin mendorong Seul Gi dan langsung menancap gas saat Seul Gi sudah keluar.

Untuk membuat perempuan itu menjadi partnernya pasti membutuhkan waktu untuk mengenalnya. Jimin tidak akan menyia-nyiakan waktu yang ada.

❤❤❤