Khaos membebaskannya, tetapi mengapa ia tidak merasa bahagia? Apakah ia terlalu nyaman terjebak dalam kesengsaraan yang tak berujung?
Dia menyuruhnya untuk pergi, agar ia tidak menderita lagi, tetapi mengapa yang bisa ia rasakan hanyalah rasa ditinggalkan yang begitu kuat?
Apakah ia terlalu hancur tanpa jalan untuk memperbaiki lagi, sehingga ia lebih memilih menderita selama ia bersama dengan dia? Mengapa, bukannya bahagia karena tidak perlu kesakitan lagi, ia malah marah dan sedih.
"Tinggalkan, Zuri."
Kata itu menyakitinya begitu parah, ia tidak ingin mendengarnya. Ia ingin dia mengambil kembali kata-katanya. Ia tidak ingin mendengar kata yang mengerikan itu. Ia ingin mencakar jantungnya, agar ia tidak dapat menghembuskan kata itu lagi.
"Semuanya sudah siap untukmu." Khaos mencium keningnya. Sentuhannya selalu lembut. "Kamu punya waktu sampai besok untuk memutuskan ini. Lewati terowongan rahasia dan tak ada yang akan menghalangimu."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com