webnovel

Seonsaengnim, Saranghaeyo

"Seonsaengnim, Saranghaeyo." -Lee Ha Wook- "Tidak! Jeong Il bukan milik Ra Im. Jeong Il milik Ha Wook!" -Ha Jeong Il- "Kau bisa meminta apapun dari, Ha Wook-ah. Tapi tidak dengan Jeong Il." -Gil Ra Im- "Buktikan jika kau tidak lagi mencintainya, Ha Wook. Buktikan jika hanya ada aku di hatimu." -Im Kang Dae-

fianknisa · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
432 Chs

23. Bulutangkis

Ha Wook's pov

Mobil Ha Seonsaeng berhenti di depan kedai milik keluarga Ho Jae, lagi. Setelah menghabiskan sore dengan berkebun. Jadi, tadi secara tidak sengaja aku ikut menyiram Ha Seonsaeng juga dan akhirnya kami berlima bermain bersama. Setelah lelah bermain dan lapar, kami memutuskan makan di sini.

Aku masuk dengan Ha Seonsaeng di sebelahku dan ketiga temanku, kami menempati tempat dengan 5 kursi. Aku melihat Ho Jae yang sibuk melayani pelanggan sedangkan Bo Tong Omma memasak pesanan pelanggan.

"Lihatlah! Ho Jae terlihat cukup tampan memakai celemek." Ha Na tidak berhenti menatap Ho Jae yang memunggunginya. Sepertinya Ho Jae belum menyadari kehadiran kami, begitu juga dengan Bo Tong Omma.

Aku mengangkat tanganku, "Permisi, Ajeossi (Paman)!" teriakku cukup keras hingga membuat hampir semua pelanggan menoleh kearahku.

"Ajeossi?" Ho Jae berbalik, wajah kesalnya berubah menjadi gembira.

"Omo! Seonsaengnim, annyeonghaseyo."

"Kau tidak menyapa kami bertiga?" Ha Na merengut.

"Tidak perlu," Ho Jae menatap datar Ha Na.

"Beri kami odeng paling lezat!"

"Baiklah, tunggu sebentar." Ho Jae mengelus rambutku dan berjalan menjauh.

"Ha Wook-a!" Bo Tong Omma melambaikan tangannya, terlihat sangat ceria.

Ho Jae datang membawa makanan pesanan kami, "Selamat makan!" Ho Jae tersenyum lebar menurunkan makanan ke meja.

"Uri Ha Wook, harus makan banyak. Kita membutuhkan banyak tenaga untuk pertandingan besok." Ho Jae mengacak rambutku. Ia tersenyum pada Ha Seonsaeng dan menatap datar ketiga sahabatku.

"Seperti biasa, rasanya sempurna!"

"Habiskan dulu ini, nanti akan ku tambah untukmu." aku mengangguk, Ho Jae berjalan pergi karena Bo Tong Eomma memanggilnya. Mereka tampak berdebat hingga akhirnya Bo Tong Eomma datang ke arahku dengan senyumannya.

"Uri Ha Wook menyukainya?" Bo Tong Omma memelukku dan duduk di antara aku dan Ha Seonsaeng.

"Tentu saja, Eomma. Tidak ada yang bisa mengalahkan odeng buatan Eomma, bahkan itu Jung Woon Eomma."

"Putri Eomma selalu saja berlebihan." katanya mengelus rambutku, aku tersenyum saja.

"Hmm. Odeng buatan Bibi sangat lezat." Ha Na menunjukkan jari jempolnya.

#

Makan malam sudah selesai, sekarang aku dengan yang lainnya berpamitan dengan pemilik kedai. Ketiga sahabatku dan Ha Seonsaeng sudah naik ke mobil lebih dahulu.

"Berjanjilah pada Eomma kau akan kembali kemari dalam waktu dekat!" Aku hanya mengangguk, Bo Tong Eomma memelukku sangat erat. Jujur saja, ia sangat tak rela melepasku pulang dan memintaku menginap. Tapi bagaimana? Aku tidak ingin merepotkannya juga Ho Jae.

"Nah, bawalah ini untuk Jung Woon dan Eomma. Katakan aku akan pergi kesana besok," Bo Tong Eomma menyerahkan kantung plastik padaku.

"Kamsahamnida," kataku membungkuk dan Bo Tong Eomma memelukku.

"Kau pulang sekarang?" Ho Jae mendekatiku.

"Hmm, lihatlah mereka sudah menungguku."

"Jangan lupa kemari lagi. Aku menyayangimu." Ho Jae memelukku dan mencium keningku. Aku tersenyum menatapnya dan Bo Tong Eomma yang memeluk kami.

"Annyeong." kataku berjalan menuju mobil. Suasana mendadak senyap setelah aku mendudukkan diriku di sebelah Ha Seonsaeng.

"Yang baru saja bertemu Ibu mertua." goda Bok Hae mencolek daguku membuatku berbalik dan mendelik. Bok Hae dan Soo Ji tertawa, tak peduli wajah murung Ha Na dan keterdiaman Ha Seonsaeng.

#

Jeong Il's pov

-Gedung Olahraga Star International High School-

Aku tersenyum melihat kehebohan murid-muridku. "Aish, mereka selalu saja menjadi yang paling berisik." Ha Wook menutup telinganya. Memang benar, Seung Jo sangat bersemangat memukul jimbe. Kwang Sun dan Smith mengibarkan bendera Golden Stars.

"Benar. Tapi, tanpa mereka aku tidak akan bersemangat nanti." Ha Na berjalan lebih dulu menjauhi kami.

"Ah iya benar. Ayo kita ikut meramaikan!" Soo Ji menggandeng Bok Hae, mereka berdua berlari ke tribun. Sepertinya mereka sengaja meninggalkanku berdua dengan Ha Wook.

"Ikat rambutmu bagus." Ha Wook menatapku dengan senyuman di wajahnya.

"Ho Jae memberikannya kemarin. Aku harus memakainya untuk menghargai pemberiannya." Sebenarnya aku tidak rela, tapi aku setuju mengenai 'menghargai pemberian'.

"Ha Wook-a, pakailah ini." Aku menyodorkan gelang berbahan dasar karet dan tertulis bordiran namanya menggunakan hangul dengan benang berwarna putih di gelang itu.

"Omo! Ini sangat cantik. Kamsahamnida, Seonsaengnim." Aku tersenyum melihat Ha Wook senang dengan gelang melingkar di tangannya.

"Good Luck!" Aku mengelus rambutnya sebelum bergabung dengan seonsaeng lain.

"Ha Seonsaeng!" Aku tersenyum pada Miss Clara yang menepuk kursi di sebelahnya dan aku duduk dsana. Semoga Ha Wook tidak cemburu.

Ha Wook's pov

Aku berjalan menuju teman-teman sekelasku yang tak pernah lelah menyanyikan yel-yel Golden Stars. Ho Jae tersenyum senang saat menyadari aku memakai ikat rambut darinya. Aku melihat tim badminton yang sudah bersiap-siap dengan tas masing-masing.

"Tim Badminton, berkumpullah!" mereka menoleh dan langsung mendekat ke arahku. "Kalian tahu kan bagaimana tim Leopard? Setidaknya, jangan mempermalukan mereka. Kita harus tetap memberikan peluang pada mereka. Kita hargai usaha mereka!"

"Ne!"

"Hana, dul, set, Golden Stars Fighting!"

Pertandingan babak I tunggal putri antara Golden Stars yang diwakili Song Ha Na dengan tim Leopards yang diwakili Cheon Song Yi.

"Ha Na-yah, ampuni dia dan berikan sedikit kemurahan hatimu." Ha Na tertawa sambil meninggalkan kami ke tempat pertandingan. Ha Na membabat habis Song Yi dengan skor 21-11 dan 21- 13. Lalu babak II dengan tunggal putra Kang dae benar-benar mengagumkan yang mengalahkan tim tunggal putra leopard dengan skor 21-11 dan 21-09.

"Ya, Kang Dae~ya. Kenapa kau beri angka 9 padanya?" tanyaku saat dia kembali sambil menyodorkan minum untuknya.

"9 sudah lebih dari cukup. Aku sangat lelah bermain seperti ini." protesnya bahkan tanpa menatapku lalu pergi begitu saja setelah menerima minum dariku. Dasar kulkas!

Selanjutnya tim ganda putri, Euna dan Ha Ni. Tak kusangka, Euna mengeluarkan smash yang sangat keras ke lawan yang mereka memberikan 21-15 dan 21-12, aku benar-benar bangga pada mereka.

MC mengumumkan ganda putra dan ganda campuran akan digelar setelah istirahat selama 1 jam. Banyak yang berhamburan keluar stadion untuk menghirup udara segar dan kami memutuskan tetap di dalam. Soo Ji bersama Eun Jo dan Seok Jin berjalan ke kantin untuk mengambil pesanan makan siang.

Euna dan Ha Ni duduk di sampingku, "Ha Wook-a, bagaimana smashku?"

"Kau melakukan yang terbaik, Euna-ya." Ho Jae dan Ha Na menyodorkan minuman untuk mereka berdua.

"Smashmu itu benar-benar membuatku terkejut. Aku tidak menyangka kau mematahkan mereka sekali tebas!" Mi Ra bersemangat.

"Kau yang terbaik, Euna-yah." kata Kwang sun memberikan jempolnya membuat teman-teman yang lain menyoraki keduanya. Euna tersipu dengan semburat merah di kedua pipinya.