webnovel

Semua Yang Kau Punya

youshouldbe22
Peringkat tidak cukup
20 Chs

3. Menginap

Setelah rasa sakit,

ada rasa nikmat yang hadir.

_________________________________________

Seperti janji Yusuf kemarin, ia menjemput Mario pagi ini. Mario sudah ada di depan pintu pagar rumah kosnya, berpakaian necis dengan kemeja berwarna biru navy, dasi panjang hitam, celana bahan berwarna hitam dan jas hitam yang masih Mario pegang belum dikenakan.

Yusuf turun dari mobil mengucapkan selamat pagi dan membuka pintu mobil untuk Mario.

"Berlebihan, pake dibukain segala" ujar Mario tersenyum lebar.

Yusuf merutuk di dalam hati, menyalahkan kespontanitasan yang ia lakukan, sungguh Yusuf tidak merencanakan sama sekali, tanpa sadar ia melakukan itu ke Mario.

"Makasih ya, Suf" ujar Mario

Yusuf mengangguk dan menutup pintu mobil, lalu berlari kecil dan duduk di kursi kemudi. Ia melajukan pelan mobilnya meninggalkan rumah kost Mario.

"Lu kayak nggak ganti baju, Suf" ledek Mario ketika mobil Yusuf sudah melewati gerbang perumahan dimana Mario tinggal.

"Karena gua pake kemeja item terus maksud lu?" tanya Yusuf

"Gimana ya, sekali-kali kek pake warna lain" jawab Mario.

"Nggak pede gua, gua demennya warna item" sahut Yusuf sambil tetap melihat ke depan jalanan, "kecuali memek, gua demennya warna merah atau pink".

Mario tersenyum kecut saat Yusuf mengatakan itu.

"Suf, ini bu Ketty wa" ujar Mario yang memegang hapenya.

"Ngapain si Ketek pagi-pagi gini udah nge-wa" ketus Yusuf, mamak-mamak rempong itu selalu tidak bisa ditebak apa maunya.

"Kita disuruh ke bogor, nyamperin mister Rajh Sing Kumar, nih gua bacain. Rio, ajak si arab gagal ketemu mister Rajh Sing jam 10.30, kalian nggak usah ke kantor, langsung aja kesana" Mario menirukan nada kerempongan si Ketty Ekawati alias Ketek.

Kurang ajar si ketek, mengatai Yusuf arab gagal. Minta dipecat dia jadi atasan.

"Ya udahlah, lewat tol aja ya" ujar Yusuf mulai meminggirkan mobil mencari pintu tol dalam kota yang terdekat, "lewat tol apa lewat kon aja enaknya" gumam Yusuf bercanda.

"Lewat mana aja terserah, lewat belakang juga boleh" Mario terdengar memancing, "lewat belakang, jalan tikus maksudnya" ralat Mario.

"Lewat belakang lebih sempit kayaknya" balas Yusuf, "jalan tikus kan sempit" Yusuf ikut meralat ucapannya.

Mario tertawa terbahak-bahak, Yusuf bersyukur Mario sudah kembali bersikap lepas dan tidak canggung.

Yusuf memasuki pintu tol dalam kota menuju tol Jagorawi, jalanan kosong melompong, sebaliknya arus ke jakarta macet total. Yusuf menyalakan radio mobil, mendengarkan cuap-cuapan lucu antara Desta and Gina in the morning di Prambors FM. Lalu, terdengar lagi lagu Agnez Mo yang berjudul sebuah rasa mengalun dari Radio.

"Ya elah, lagu ini mulu" celetuk Yusuf ingin merubah saluran radio.

"Jangan diganti, plis" Mario meraih jari Yusuf.

Yusuf melirik Mario sebentar dan tersenyum tipis menaikkan alis. Mario benar-benar menyukai lagu sebuah rasa, dasar melankolis.

"M ... maaf" ujar Mario yang melepas pegangannya di jari Yusuf.

Mobil Yusuf terus melaju melesat di jalan tol, mereka sudah memasuki tol bekasi. Tak banyak yang Yusuf perbincangkan dengan Mario, hanya tentang pekerjaan, curhat masalah bu Ketek dan tentunya keinginan untuk Reward Achievment yang dijanjikan. Apalagi jika mereka berhasil memenangkan tender mister Rajh Sing Kumar ini. Mister dari tanah Vrindavan alias Negara acha acha nehi nehi. Dia pemilik beberapa perusahaan di Eropa. Selain bahasa inggris, tapi dia juga fasih berbahasa Indonesia, walaupun saat berbicara, serasa dinyanyikan lagu bollywood, karena nada dan aksennya yang masih kental.

Sesuai alamat yang dikirim oleh Mister Rajh Sing, Yusuf melajukan mobilnya keluar tol Ciawi karena si Mister minta ditemui di daerah puncak, tepatnya di Villa Puncak Plataran. Namanya hari kerja, jalanan kosong melompong. Mereka tiba lebih cepat di jalan raya Cisarua, lokasi tempat bertemu dengan Mister India sudah dekat dari sini.

"Sarapan dulu ya, laper" ujar Yusuf melempar percakapan setelah cukup lama hanya saling bisu dengan Mario.

"Ayok, ini kepagian juga, ya kali Mister udah bangun jam segini" sahut Mario, "lu mau makan apa?" tanya Mario menambahkan.

"Hm ...," Yusuf menggumam sambil menyetir mobil pelan, "nah, itu aja!" Yusuf menunjuk tukang tauge goreng. Ia memang sangat menyukai tauge goreng.

Yusuf segera menepikan mobil, tempatnya hanya emperan pinggir jalan, tapi ada tempat duduk dan meja. Itu yang paling penting.

"Serius makan toge?" tanya Mario setelah Yusuf mematikan mesin mobil.

"Yoi, biar pejuh gua makin banyak" seloroh Yusuf tertawa.

"Lu mah enak berguna, lah gua buat apaan" ucap Mario pelan.

"Ya emang lu kalo dientot kagak mau nyampe ngecrot?" Yusuf kembali tertawa, takut menyinggung perasaan Mario.

Tak disangka respon Mario malah ikut tertawa. Tapi Mario masih belum melepas seatbeltnya. Ia terlihat masih menimbang-nimbang, antara yakin dan tidak yakin.

"Ayolah yo, gua demen banget ama toge, bukan karena manfaatnya buat pejuh atau apa, tapi emang gua demen toge goreng, masa di Bogor makan kerak telor, kan nggak lucu"

Yusuf memohon, tanpa sadar menggenggam tangan Mario. Mario melirik Yusuf, Yusuf tersadar telah berlebihan, jadi ia melepas genggaman tangan itu.

"Gua sebenernya nggak suka toge, tapi ya udah deh, gua cobain dulu toge goreng" Mario mengalah, ia melepas seatbelt dan ikut turun bersama Yusuf.

Yusuf memesan dua porsi toge goreng, sedangkan Mario sudah duduk anteng di kursi yang tidak begitu panjang. Hanya ada satu kursi dan satu meja di depan ruko tempat abang toge berjualan. Yusuf duduk di samping Mario, karena kursinya kurang panjang, lengan mereka bersentuhan. Yusuf kesulitan duduk berhimpitan, karena lengan yang menyentuh Mario adalah sebelah kiri, jadi Yusuf putuskan menurunkan tangan kirinya dari atas meja, dan melingkarkan tangan kirinya di pinggang Mario.

"Apaan sih Suf" Mario menggoyang badannya agar Yusuf melepas rangkulan di pinggangnya.

"Susah duduknya, udah ... nggak apa-apa, nggak akan ada yang liat juga" ujar Yusuf cuek, "kalo duduk begini, nyaman gua, Yo"

Yusuf melirik Mario yang memerah, ternyata menggoda Mario lucu juga. Yusuf semakin iseng membelai sisi badan Mario.

"Gua hajar lu ya, main elus aja" gerutu Mario, "bayar dulu baru elus" tambahnya tertawa.

"Baru gua elus udah sange, apalagi gua en ...."

Mario memelototi Yusuf bertepatan dengan toge goreng yang dihidangkan.

"En ... enak, ini nih ... toge goreng enak" ujar Yusuf mengalihkan pembicaraan.

"Belum juga dicoba udah bilang enak" timpal Mario.

"Makanya, gua cobain dong, biar gua tau enak apa enggak" sahut Yusuf, Mario kembali mendelik, mata sipitnya melototi Yusuf, "ini toge gorengnya yang mau gua cobain, sensi amat, heran."

Yusuf melahap dengan nikmat toge goreng hangat, ternyata Yusuf tidak salah tempat, rasanya memang juara.

"Suf, sayang nih" ucap Mario.

"Belum apa-apa udah panggil sayang" Yusuf menyahut sambil fokus memakan toge.

"Maksudnya ini, togenya sayang."

"Iya ... ada apa sayang?" balas Yusuf yang sukses mendapatkan kepalan tangan Mario yang mendarat di paha Yusuf.

"Gua kurang suka togenya, mubazir kalo dibuang, tapi kuahnya gua suka, ada asem manis pedes, buat lu aja togenya" Mario menyodorkan piringnya pada Yusuf.

Tapi bunyi kriuuk di perut Mario tidak bisa dibohongi, Yusuf baru ingat ada roti yang ia beli kemarin pagi di dashboard mobil. Yusuf segera beranjak meninggalkan Mario menuju mobil, tak ia jawab saat Mario memanggil Yusuf menanyakan Yusuf mau kemana. Yusuf membuka pintu mobil, mengambil dua bungkus roti yang ia beli di mini market, lalu kembali ke tempat mereka makan.

"Nih, buat lu ganjel perut" Yusuf meletakkan dua roti srikaya di atas meja.

"Serius! srikaya! gua suka banget srikaya" raut wajah Mario bahagia, matanya berbinar-binar. "makasih ya, Suf."

"Nakasih doang, cium pipi dong" canda Yusuf mendapat jejelan toge goreng dari Mario.

"Yaah ... kuahnya belepotan ke celana" keluh Yusuf melihat selangkangannya terkena kuah toge goreng.

"Nih, ada tisu" Mario menyodorkan tisu.

"Bersihin dong, enak aja, kan lu yang bikin kotor" ujar Yusuf tak mau mengambil tisu yang Mario sodorkan.

"Suf, gua tau gua gay, tapi jangan ngebecandain gini, nggak lucu" ucap Mario memelankan nadanya, tapi raut wajahnya jelas marah.

"Iya, maaf gua kelewatan, maafin dong, jangan nunggu lebaran baru dimaafin" ujar Yusuf memelas.

"iyaa ... gua mana bisa marah sama lu" ujar Mario menyunggingkan senyum manisnya.

Yusufĺ mengingat kejadian-kejadian bersama Mario selama setahun seruangan bersama, Mario memang tidak pernah marah pada Yusuf. Kadang Yusuf lupa meletakkan file penting, lupa membalas email penting, lupa jika ada janji meeting dengan client. Dan Mario, ia selalu menjadi penolong di setiap kelupaan Yusuf. Entahlah, apa jadinya pekerjaan Yusuf tanpa ada Mario yang sudah seperti asisten pribadinya Yusuf.

Setelah selesai sarapan, mereka segera melanjutkan perjalanan ke villa yang dimaksud mister india, dan tiba lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Villa mevvah dengan bangunan yang dikelilingi pepohonan rimbun. Mister kaya raya itu membooking semua untuk relasi dan perwakilan perusahaannya yang ia boyong. Setelah membahas semuanya dengan mister Rajh Sing, akhirnya, hari itu juga mereka dinyatakan menang tender, mister india setuju memakai produk dari perusahaan mereka. Tentu Yusuf bahagia sekali, mendapat tender besar, reward sudah didepan mata, tidak sabar rasanya ingin pulang dan bersenang-senang.

Ternyata keinginan pulang harus tertunda, mister Sing ingin mereka menginap untuk menghadiri jamuan makan dan pesta nanti malam. Yusuf menelpon bu Ketek menjelaskan semuanya. Bu Ketek itu kalau sedang bahagia minta nggak masuk setahun juga diizinkan, apalagi cuma tidak masuk kerja sampai besok. Terpaksa Yusuf dan Mario mengiyakan ajakan mister Sing, kalau menolak bisa gagal tender yang sudah disetujui.

Mereka diantar oleh pelayan ke sebuah kamar yang luas dengan satu ranjang king size. Lumayan, seharian menjadi Raja. Di dalam kamar juga sudah ada baju khas india yang katanya untuk dipakai nanti malam, seperti baju gamis pria yang panjang sampai atas mata kaki dilengkapi dengan selendang, kata pelayan namanya Sherwani, seharusnya ada celananya tapi pelayan tadi mengatakan tidak perlu pakai celana, yang penting pakai kolor.

"Gila itu si mister, banyak amat duitnya, embat aja lah Yo, mayan buat gadun" seloroh Yusuf menghempaskan tubuhku di kasur yang empuk.

"Gua homo juga milih-milih, bulu dadanya kebanyakan, mati kegelian tar gua" timpal Mario ikut tertawa.

"Kalo bulu dadanya segini lu mau?" Yusuf membuka 2 kancing kemeja bagian atas, membuat Mario mendecih.

"Nggak mau, gua diceritain ama para jablai yang udah lu pake, punya lu kegedean, gua takut mati diewe" jawab Mario kembali tertawa.

Mario ikut merebahkan tubuhnya di ujung ranjang, memberi jarak yang cukup jauh dari Yusuf.

"Tapi kita nggak bawa baju ganti, gimana dong, Suf?" tanya Mario kebingungan.

"Santai, gua biasa telanjang kalo tidur" jawab Yusuf asal.

"Lu berani tidur telanjang, gua sunat lu dua kali" ancam Mario.

"Nggak apa-apa, asal pake gigi" timpal Yusuf asal, membuat Mario melempar bantal.

Mario mengedarkan pandangan, "nggak ada Sofa panjang ya" lirih Mario.

"Buat apaan?" tanya Yusuf keheranan.

"Ya buat gua tidur ntar malem lah" ketus Mario.

"Emang kenapa tidur berdua disini? udah biasa kan gua nginep di kossan lu, Yo."

"Lu udah tau gua sekarang, kalo kemaren-kemaren kan belum."

"Gua nggak perduli, pokoknya lu tidur satu ranjang sama gua, gua mau mandi dulu" ujar Yusufmeninggalkan Mario yang masih berbaring diujung ranjang menatap langit-langit kamar.

Malamnya, pesta berjalan meriah, si mister bandot kaya itu menyewa beberapa penari stripties plus-plus, Yusuf sebenarnya mau, tapi mau dikemanakan Mario kalau kamarnya dikuasai Yusuf, jadi Yusuf putuskan untuk minum alkohol sepuasnya, mumpung gratis, mabok heula atuh!!.

Yusuf mabok sendiri di mini bar, sedangkan Mario, mungkin cari mangsa, soalnya Yusuf melihat Mario sedang berbincang sambil tertawa dengan orang india yang wajahnya seperti inspektur Vijay. Kepala Yusuf pusing dan terhuyung di meja mini bar karena terlalu banyak minum.

Yusuf tersadar saat Mario membopongnya ke kamar, Yusuf sadar dengan apa yang ia lakukan, tapi namanya mabuk, apa yang keluar dari mulut memang hal yang tidak tahu malu.

"Yo, peluk dong" ujar Yusuf saat tubuhnya dibaringkan Mario di kasur.

"Lu mabok, jangan bacot" ucap Mario sambil melepas sherwaninya di pinggir kasur. Mario membelakangi Yusuf.

Yusuf yang selama ini memang mulai mengagumi pantat Mario, sontak terperangah saat Mario telanjang bulat, mungkin Mario berpikir orang mabuk tidak bisa berbuat sesuatu. Tubuh Yusuf memang lemas saat mabuk, tapi tidak dengan penisnya. Otak Yusuf masih waras walaupun mabuk, Yusuf sadar dengan apa yang ia lakukan, hanya saja keberanian Yusuf berubah 10 kali lipat. Yusuf beranjak dari kasur, berjalan sempoyongan mendekat ke Mario. Mario yang ingin telanjang dipeluk erat. Tangan Yusuf melingkar dan meremas pantat Mario, agh ... rasanya kenyal, halus dan penis Yusuf semakin mengeras, nafsunya bergejolak dan gairahnya ikut naik.

"Suf, rese lu kalo mabok!"

Mario menghardik Yusuf, ia berusaha melepas pelukan tapi Yusuf mempererat pelukannya, bahkan jari Yusuf mengelus belahan pantat Mario.

"Yo, gua mau ngentot pantat lu dong, gua pengen anal sex, tapi nggak ada yang mau, lu mau ya, Yo!" pinta Yusuf.

Yusuf sadar itu keluar dari mulutnya. Yusuf sadar saat mengatakan itu, tapi Yusuf tidak tahu kenapa ia berani mengatakan keinginannya pada Mario.

"Lu jangan ngaco, udah sana tidur!" titah Mario melepas pelukan Yusuf.

"Lu kalo nggak mau, gua bakal ceritain, kalo gua pernah mergokin lu dientot ama cowok, biarin!!" ancam Yusuf membuat wajah Mario murung dalam samar-samar penglihatan Yusuf.

"Jahat lu Suf, sumpah!"

"Makanya ... sekali doang ini, gua cuma penasaran, nggak bakal ketagihan juga, lagian lu udah pernah dicobain orang pantatnya, masa ama gua nolak, emang gua kurang apa? kontol gua lebih gede dari cowok yang kemaren ngentotin lu" ujar Yusuf berceloteh panjang lebar,

Yusuf semakin berani dan tidak tahu malu, "ayolah ... sekali aja, kalo lu nurutin maunya gua, gua janji, gua akan tutup mulut, gua udah ngaceng nih, Yo. Tolonglah ... gua penasaran pengen cobain pantat lu."

Mario terlihat stres, ia meraup wajahnya, sepertinya kebimbangan menyelimuti hatinya. "Ya udah, serah lu deh, Suf" Mario menghela nafas pasrah.

Yusuf segera melucuti pakaian Mario dan sudah sama-sama telanjang di pinggir ranjang.

"Fuck!!" Mario memekik, "gila ... itu ... arghh, kontol lu beneran gede, Suf. Brengsek! " Mario menunjuk penis Yusuf.

Yusuf heran, baginya ukuran penisnya masih standar, tapi kenapa setiap yang melihat penis Yusuf selalu memuji bahwa ukurannya besar.

"Cepet isepin dulu!" perintah Yusuf.

Mario mendecih dan menghirup nafas lalu menghembuskannya kencang. Ragu-ragu Mario berlutut di hadapan Yusuf, ia mulai menggenggam penis yang berdenyut.

"Lu serius, lu lagi mabok" Mario berusaha mendistrak pikiran Yusuf.

"Cepetan isep, sepongin, Yo. Kalo nggak tau isep" ujar Yusuf sudah dirasuki nafsu.

Tangan Mario mulai bergerak mengocok penis Yusuf. Yusuf yang sudah tidak sabar segera menarik kepala Mario dan mengarahkan mulut Mario di penisnya. Langsung ia tekan seluruhnya, hingga batang penis Yusuf lenyap ditelan mulut Mario. Mario sama sekali tak menghentikan Yusuf saat ujung kepala penis Yusuf menyentuh tenggorokan Mario.

"Ssshh ... aghh .... emmph" desah Mario membuat Yusuf terpana sesaat.

Biasanya para wanita seolah mau muntah saat diperlakukan seperti itu. Berbeda dengan Mario, bahkan tak sedikitpun penis Yusuf terkena gigi Mario.

"Jago lu yo, isepin yang dalem, kayak tadi" ujar Yusuf memerintah.

Mario meletakkan tangannya di kedua paha Yusuf, mulutnya kembali menghisap penis ity, tidak setengah seperti yang dilakukan Dina atau Bella, tapi Mario mampu menghisap penis Yusuf hingga pangkal. Rasanya sangat dahsyat, Yusuf sampai takjub dibuatnya. Mario mengalihkan sebelah tangannya meremas pelan buah pelir Yusuf, sebelah tangannya lagi meraba perut Yusuf selagi mulutnya tetap semangat 45 menghisap penis Yusuf.

Gila, ini gila. Hisapan Mario di penis Yusuf luar biasa dahsyat bagi Yusuf, lidahnya memutari seluruh area batang penis itu. Menari nari dan menggelitik lubang kecil di ujungnya.

"Uughh ... aghh Yo, enak banget, fck!!" Yusuf semakin mendesah tak karuan.

Yusuf tidak berbohong, hisapan Mario berbeda, apa karena dia laki-laki, jadi ia tau titik kelemahan laki-laki lain.

Yusuf tidak kuat dihisap sambil diberi remasan di bijinya.

"Sshh ... aahh, pipi gua kaku Suf" keluh Mario.

"Yo, isepin jangan dikeluarin, isepin terus" racau Yusuf makin tak tahan.

Rasanya dilepas sedikit saja Yusuf tidak rela, ia ingin penisnya dihisap Mario. Ia menahan kepala Mario, lalu ia gerakkan pinggulnya maju mundur merojok mulut Mario dengan penisnya, menyebabkan bunyi orang seperti kumur-kumur di pangkal lidah. Tapi Mario tidak mengeluh sama sekali, membuat Yusuf semakin bersemangat merojok mulut Mario. Yusuf merasakan penisnya berdenyut kencang, tubuhnya mengejang dan menggeliat, ia menekan kepala Mario semakin dalam, croott demi croot dan banyak crot dari cipratan spermanya tumpah di mulut Mario bersamaan dengan lolongan Yusuf yang berteriak kencang. Yusuf memperhatikan tenggorokan Mario bergerak menelan cairannya.

"Aghhh ... edaan ... enak banget, oh fuck" Yusuf mendesah berusaha mengontrol nafasnya.

Mario berdiri, ia menatap Yusuf tajam penuh kehangatan, "gimana? udah tenangan? lu tidur sana, Suf!"

"Nggak mau, gua mau nyobain pantat lu, itu perjanjiannya" jawab Yusuf.

Yusuf membalik tubuh Mario, mendorongnya ke ranjang, tanpa basa-basi, ia memasukkan penisnya ke lubang anus Mario, bekas liur Mario dan bercampur sperma cukup sebagai pelicin. Yusuf terus memaksakan penisnya masuk, Mario berteriak, menjambak sprei ranjang, membuat sprei jadi berantakan.

"Yusuf ah ... pelan-pelan, bangsat" pekik Mario dalam desahannya.

Yusuf terus mendorong, lubang anus Mario masih sempit saja, Yusuf gagal membobolnya.

"Kok susah, bukannya udah sering dientot" ujar Yusuf kebingungan, Yusuf sudah berkeringat karena berusaha keras, menyebabkan kesadarannya perlahan pulih tapi nafsunya sudah di ubun-ubun.

"Tapi kontol lu paling gede yang nyoba ngebobol gua" timpal Mario, entahlah benar atau tidak, justru Yusuf bangga mendengarnya.

"Ayolah Yo, tadi udah masuk dikit kepalanya" Yusuf kembali mengiba.

"Lu tiduran sana!" titah Mario, dengan segera Yusuf ke tengah ranjang dan berbaring telentang.

Mario menyusul Yusuf ke tengah ranjang, dan duduk di atas Yusuf. Posisi yang paling Yusuf suka, biasanya woman on top, malam ini menjadi man on top. Mario menambahkan air liur di penis Yusuf dan juga di lubang anusnya, kemudian Mario menekan pangkal penis Yusuf dengan tangannya, menyangga penis Yusuf agar tidak bergerak kemana-mana, satu tangannya lagi menggiring penis Yusuf masuk ke dalam lubang anus Mario. Lama mencoba, akhirnya kepala penis Yusuf mulai masuk sesenti demi sesenti. Mario memaksa dan mendorong pantatnya ke bawah dengan kuat, akhirnya penis Yusuf amblas seluruhnya di dalam anus Mario.

"Uugh ... huh" teriak Yusuf dan Mario bersamaan.

"Aww ... sakit, sakit, aduh sakit, kontol gua kejepit, lepasin, Yo" ujar Yusuf mengaduh kesakitan minta dilepaskan.

Rasanya menggigit, seperti tangan terjepit pintu, tapi sangat hangat. Bahkan dengan diam saja tanpa digerakkan, penis Yusuf berdenyut di dalam anus Mario.

"Arggh ... yang sakit itu gua, kenapa lu yang teriak kesakitan" Mario meringis menahan sakit saat disodomi, "jadi gua lepas aja nih" ujar Mario sambil mengeluarkan hembusan nafas yang huh hah huh hah.

"J--jangan, udah pewe" ujar Yusuf menahan bokong Mario yang ia remas.

Mario mulai bergerak menggoyang badannya dengan gerakan memutar, penis Yusuf seperti dijadikan alat pengaduk semen oleh Mario.

"Ough bangsat!!, apa aghhh ... ap--paan tuh, Yo, aghh ...." Yusuf mendesah merasakan nikmat yang menyelimutinya. "Gilaa ... seret banget anjing" pekik Yusuf lagi.

"Yusuf ... aghh ... bahasa dijaga, aghh"

Yusuf menampar bokong Mario yang menggelepar saat ia bergerak memutar. Mario mengganti gerakannya menjadi naik turun, penis Yusuf diasah liang anus Mario. Rasanya mantap, dahsyat, tidak bisa Yusuf jelaskan, jepitan dinding liang anus Mario jelas terasa menghimpit penis Yusuf.

"Ough ...Yo ... ough Mario, enak banget Yo, enak, gua suka Yo, aghh, uuhh, mantap, gila ...enak, ahhh ...."

Pada kenyataannya memang seperti itu, Yusuf meracau banyak sekali, disetiap tubuh Mario yang seperti berjungkat jungkit di atas tubuh Yusuf, maka Yusuf tak berhenti meracaukan kata-kata yang asal keluar dari mulutnya. Yusuf berisik sekali, ini pertama kali baginya dan Yusuf tidak menapik jika rasanya memang nikmat sekali. Harus Yusuf akui, jika vagina nilainya 100, maka bokong nilainya 110. Lebih menggigit dan menjepit serta menghimpit.

Mario juga tak kalah mendesah, setiap tubuhnya turun maka Mario mendesah Aghh, jika dia naik maka Mario mendesah Ouhh, dan tentunya sambil memanggil nama Yusuf. Mario terus menggoyang pantatnya, bahkan ia memberikan guncangan dengan bokongnya yang bergoyang seperti mesin mixer. Membuat penis Yusuf makin tak karuan merasakan nikmat.

"Aghh ... Yusuf, gua ... gua muncrat Suf, gua mau muncrat aghh ...."

Yusuf merasakan cairan Mario tersembur ke perutnya, padahal, Yusuf sama sekali tidak menyentuh penis Mario, Yusuf jadi merasa aneh, bagaimana bisa?.

Melihat tubuh Mario yang mulai lemah goyangannya, Yusuf bangkit dan memeluk Mario. Yusuf ingin membantunya, tidak hanya ingin menjadi penonton. Yusuf menghisap dada bidang dan puting Mario yang mengeras, ia lumat dan ia mainkan seperti yang ia lakukan pada Dina. Sedangkan pinggulnya terus maju mundur. Puas dengan posisi seperti itu, Yusuf membalikkan posisi membuat Mario berada di bawah.

Mario melingkarkan kakinya di pinggul Yusuf, ia juga mengalungkan tangan ke leher Yusuf. Yusuf dan Mario sudah mulai relax, tak ada lagi racauan yang menggema ke seluruh ruangan kamar, yang ada hanya deru nafas mereka yang tidak teratur dan sesekali desahan kecil bersahutan. Bokong Mario juga sudah mulai beradaptasi. Penis Yusuf mulai leluasa maju mundur merojok anus Mario.

Yusuf memandangi wajah Mario dengan sangat jelas, cahaya lampu kamar terang benderang. Kening Mario berkeringat, begitu juga dengan Yusuf. Yusuf memelankan hujamannya, menikmati setiap detik demi detik hujaman demi hujaman itu. Mario membelai keningk Yusuf yang berkeringat, bibirnya tersenyum, pandangan matanya begitu tulus. Ia kembali mengalungkan tangannya di leher Yusuf, sedikit memberi belaian di tulang belikat Yusuf. Yusuf terus merojok Mario sambil tetap beradu tatap.

"Aghhh ...." desahan panjang dari Yusuf mengakhiri pergulatan mereka, penisnya berdenyut hebat.

Yusuf merapatkan tubuh, mencium kening Mario, sambil terus mengatakan "gua keluar yo, gua keluar ... aaghh" disertai deru nafas yang memburu. Yusuf tumbang, menumpahkan banyak cairan di dalam liang Mario.

"Gua keluar yo" lirihnya berkali kali di telinga Mario.

"Keluarin aja, Suf, keluarin semuanya di dalem, nggak apa apa, gua mau lu puas" ujar Mario mempererat pelukannya.

"Gua puas banget, banget yo."

Yusuf memejamkan mata, tak rela rasanya ingin mencabut miliknya dari dalam liang hangat milik Mario. Ia biarkan saja penisnya menyusut sendiri. "Gua mau tidur gini aja yo, lu kuat kan nahan beban gua?"

"Nyamping aja, paha gua pegel" ujar Mario, "lu juga berat tau".

Yusuf terpaksa mencabut penisnya, ia tidur di samping Mario. Mario membelakangi Yusuf, Yusuf memeluk tubuh Mario dari belakang, ia rapatkan hingga punggung Mario menyentuh dada dan penis Yusuf yang menempel di belahan bokong Mario.

_________________________________________