Setahun kemudian
Bern, Swiss, April 2018.
Yusuf telah tiba di Bern tepat musim semi yang sedang indah-indahnya. Dengan bekal alamat yang ia dapat dari Andrew, Yusuf mengunjungi sebuah rumah singgah yang berada di pusat kota Bern. Yusuf menekan bel yang ada di samping pintu. Tuas pintu ditarik dari dalam, ketika pintu dibuka, tampak seorang wanita yang Yusuf kenal memandangnya nanar.
"Ngapain lagi kamu kesini! kamu mau bikin saya mati!!" bentak Mama sangat keras.
"Siapa ma?" tanya suara yang juga Yusuf kenal.
Yusuf dan Mario bertemu tatap, tak ada yang berucap, kesedihan masih jelas terasa diantara keduanya, rasa rindu juga membuncah. Ingin rasanya Yusuf memeluk Mario, namun Ia masih menahan diri.
"Mas" lirih Mario getir, bibirnya bergetar, kelu yang ia rasakan saat ini.
"Ma, mama istirahat ya, nanti mama kambuh lagi, besok jadwal kita ke dokter, Rio janji, Rio akan urus semuanya" Mario berusaha menenangkan Mama dan membawanya kembali ke kamar.
Sejurus kemudian, Mario kembali menemui Yusuf. Tak ada kata yang mereka ucapkan, namun pelukan dan bibir yang berpagutan sudah cukup membuktikan bahwa mereka saling dilanda perasaan merindu.
"Mas kangen sama kamu, maafin mas" lirih Yusuf.
"Kenapa mas baru nemuin aku?" tanya Mario.
"Maafin mas" hanya itu kata yang teruntai dari bibir Yusuf.
Yusuf sama sekali tidak menceritakan perjuangannya mencari Mario tanpa henti, Yusuf bahkan sudah mencari alamat Mario di Manado, namun hasilnya sia-sia, ia tidak menemukan Mario. Berbagai cara Yusuf lakukan, hingga akhirnya pencarian Yusuf membuahkan hasil, Andrew lah yang mengetahui alamat Mario di Bern melalui temannya yang ternyata satu kampus dengan Mario. Mario yang menghilang tanpa jejak memang tidak mengaktifkan media sosialnya lagi, tapi takdir berkata lain, Andrew melihat postingan temannya yang menampilkan Mario di dalam postingan tersebut.
"Maafin aku juga mas, tapi aku mohon mas pulang, kita harus lupain tentang kita berdua, kita emang nggak seharusnya mementingkan ego, kalo kita ngelanjutin ini, yang bahagia cuma kita, tapi banyak hati yang kita sakiti, aku mohon mas, jangan temui aku lagi, aku nggak sanggup kalo harus ngeliat mama lebih tersiksa lagi, aku janji mas, aku janji nggak akan ada laki-laki lain yang bisa gantiin kamu di hati aku, setelah ini, aku akan berusaha mencintai perempuan, aku mohon mas juga ngelakuin itu, lupain kita mas!"
"Nggak bisa Yo, mas cinta sama kamu, bahkan hingga detik ini, mas udah cari kamu, tapi mas selalu gagal, kali ini mas nggak mau sia-sia, mas mohon Yo, ikut sama mas, mas mohon!" Yusuf penuh harap dan mengiba pada Mario.
Mario menggeleng, "nggak bisa mas. Maaf, aku nggak mau menyakiti perasaan orang banyak hanya untuk kebahagiaan kita semata, aku nggak bisa, silahkan mas pergi dari sini. Maaf, aku nggak mau kalo sampe penyakit mama lebih parah karena kedatangan kamu."
"Mas nggak akan pergi, mas mau kita nikah, ikut mas kabur dari sini" ajak Yusuf menggandeng tangan Mario.
Mario menepis pegangan Yusuf, "pergi mas!" ucap Mario lantang, namun getir hatinya tak mampu ia tipu, "jangan bodoh mas, jangan hanya ngutamain logika, pikirin juga semuanya pake hati, kamu tega ngeliat orang-orang memderita demi kebahagiaan kita, aku nggak mau mas, aku nggak bisa!"
"Yo, kamu udah janji sama mas, kamu akan ikut mas apapun yang terjadi, mas dateng untuk kamu, mas rela kehilangan keluarga mas demi kamu, apa salahnya kita cari kebahagiaan kita sendiri, tanpa harus perduli dengan orang lain" ujar Yusuf menatap Mario tajam.
"Mas, lupain tentang kita, kita nggak bisa bersama lagi, perasaan kita ... nggak lebih penting dari perasaan keluarga kita, kita jangan memaksakan kehendak, jangan egois" ucap Mario lagi, "maaf, aku lebih memilih kesehatan mama dan nama baik keluarga."
"Baiklah kalo itu yang kamu mau, aku akan pergi," Yusuf menatap nanar Mario, "terima kasih untuk kebahagiaan yang pernah kamu kasih ke aku. Kalau kamu mau kita lupain semua ini, aku akan ngelupain kamu. Makasih Yo, kamu udah berhasil bikin aku cinta terlalu dalam sama kamu tapi kamu nggak bertanggung jawab dengan keberhasilan kamu"
"Pergilah mas" usir Mario dalam tangisnya.
"Aku akan pergi, selamanya dari hidup kamu, aku nggak pernah menyesal mencintai kamu, terima kasih."
Yusuf berbalik meninggalkan rumah singgah Mario tanpa menoleh ke belakang. Hatinya hancur, ia mengira Mario akan menerimanya dan kembali menjalin hubungan dengannya, namun nyatanya Mario ingin mereka saling melupakan. Yusuf tak mampu menahan rasa sakit di hatinya. Yusuf memutuskan pergi ke sebuah club malam, menghabiskan waktunya untuk mabuk-mabukkan guna meratapi nasibnya yang baginya memilukan.
Seorang pria bule menghampiri Yusuf, dengan bermodalkan bahasa jerman yang bercampur aduk dengan bahasa inggris, Yusuf mulai mengobrol begitu intim, hingga kekesalannya ia lampiaskan dengan laki-laki asing yang baru Ia temui, pertemuan mereka berakhir di ranjang hotel yang Yusuf sewa. Pergulatan Yusuf dan laki-laki asing itu lebih liar, Yusuf menumpahkan amarah, dendam dan rasa sakit hatinya, hingga benih kenikmatan Yusuf semai ke dalam tubuh laki-laki bule.
"Bisakah aku bergantian mencicipi bokongmu?" tanya laki-laki bule itu.
"Tidak, aku tidak menyukai itu" tegas Yusuf menolak permintaan.
* * *
Anggap saja epilog
Desember 2020.
Kokok ayam jantan membangunkan Yusuf dari tidurnya. Kicauan burung saling bernyanyi bersahutan. Yusuf membuka jendela kamarnya yang terbuat dari kayu, Ia menghirup oksigen yang dikeluarkan oleh pepohonan yang mengelilingi tempat tinggalnya. Anak ayam sudah dikeluarkan dari kandangnya, sapi-sapi juga seolah menyapa pagi Yusuf. Yusuf tersenyum cerah menyambut pagi yang menyejukkan dinding-dinding hatinya yang sempat mengeras. Tak pernah Yusuf merasakan senyaman ini, Yusuf menutup kesedihannya rapat-rapat, membuka lembaran baru untuk kembali melanjutkan hidup. tak ada gunanya juga bukan diam tak bergerak dan terpaku pada masa lalu.
Di paginya yang cerah, Yusuf disambut oleh dering nada panggilan yang bersenandung lagu sebuah rasa. Yusuf mengambil handphonenya dan tersenyum mendapat panggilan dari seseorang. Orang itu tak lain adalah Yogi, sahabatnya.
"Hallo pelerr, gimana kabar?" tanya Yusuf.
"Baek, gua udah berhasil dapetin hak asuh anak, lama-lama gua butuh anak ama andrew. Lu gimana kabar?" Yogi balik bertanya.
"Better lah pokoknya, walaupun yaaah ... lu tau sendiri, tanpa gua harus cerita."
"Bukannya sebelum pandemi lu pergi ke Bern ya?, itu alamat dari Andrew bener nggak?"
"Iya bener, gua udah ketemu Mario."
"Teruss....?"
"Dia tinggal ama nyokapnya di sana, nyokapnya punya sakit jantung kronis, jadi dia sambil ngerawat nyokapnya, kita udah sepakat buat saling lupain, ya udahlah, nggak usah dibahas, udah jalannya begini."
"Terus lu sekarang dimana? lu beneran resign dari kantor?"
"Iya gua resign, gua di palembang, om gua punya kebon di pinggiran kota palembang, pedalaman banget dah, dari kota palembang aja masih sekitar 8-9 jam, dari kota kabupatennya dua jam, tapi untungnya internet sama listrik masuk sih, jadi gua nunggu pondoknya Om sambil bantu sepupu gua di kebon, sama ... ngurusin bisnis olshop gua yang dikelola Samuel."
"Maksudnya gimana tuh?"
"Gua ama Sam bisnis clothingan, modal 100% dari gua hasil oper kredit apartement, jadi Sam ngejalaninnya doang, cuan masih masuk rekening gua."
"Sam resign juga? Terus apartement lu jual?"
"iya..., nggak lama dari gua resign, lagian kan kena pengurangan gara-gara pandemi nggak kelar-kelar ini."
"Lu nikah ama Sam aja lerr! hahaha."
"Tolol, kalo nikah gua maunya sama mario aja. Kalo nggak sama Mario, gua nggak mau ngejalin cinta lagi."
"Tapi kalo kangen bokong gimana?"
"Nggak tau juga, kalo cuma fun bolehlah, capek hati kalo mau pake perasaan lagi."
"Lu nggak bete di kampung? nggak mau nikah?"
"Nyaman nggak nyaman ya dinyamanin, namanya juga kan kabur, keluarga gua nggak ada yang tau gua disini, sekalipun mereka ke kampung, nggak akan ketemu, karena gua kan jauh di kebon, nikah entar aja, kalo perasaan pengen ke cowok udah ilang total."
"Ya lu kan masih bisa jadi bisex, lu nikah aja ama cewek, terus ngeue ama cowok."
"Si Tolol!!"
"Cewek kampung gimana? masih suka cewek kan?"
"Liat cewek cakep masih doyan, cowok cakep juga doyan. Di kampung nggak ada yang menarik lerr."
"Bete banget itu pasti"
"Nggak juga, gua nulis cerita buat ngilangin bete, nuangin khayalan aja."
"Nulis dimana?"
"Aplikasi, Webnovel, Wattpad, semacam itulah."
"Baru denger gua".
"Gua juga baru tau, kebanyakan kerja kejar target sih kita."
"Lu nulis cerita apaan?"
"Tadinya pengen bikin cerita gua sama Bella, Dina, Amanda, Resti, Silvy, Juwita, eh yang keluar di otak malah gay, sekalian sih ngehayal, soalnya udah lama."
"Ya udah, cerita gay aja lerr, jarang cerita gitu, cerita hetero kebanyakan, sukses dah kalo gitu, nanti gua telpon lagi ler kapan-kapan."
"Oke, entar kelarin pandemi gua kesana deh, gua mau bikin cerita dulu."
"Siap! gua tunggu, entar gua kenalin ama cowok Belanda, boti disini lebih pinky lerr lubangnya"
"Ngehek! ya udah, sukses buat lu ya, salam sama Andrew."
Yusuf mengeluarkan laptop dari laci lemarinya, laptop yang mempunyai password MAUYAAJA, mulai mengetikkan sebuah situs di website, dan muncul sebuah akun dengan nickname Youshouldbe22. Yusuf Mulai menuliskan cerita pengalaman teman-temannya, kenalannya, hingga akhirnya Yusuf menulis ceritanya sendiri.
THE END