Sinar mentari sudah terlihat memerah, menandakan bahwa hari akan berganti malam.
Di sore hari ini, Nizar sudah mencatok lurus rambut, memakai wax dan hair-spray di rambutnnya, membuat rambut spike-nya terlihat berdiri kokoh.
Ia juga telah menggunakan setelan pakaian kemeja bersama dengan celana panjang Skinny dengan model stik balik.
Ia mengambil laptop dan memasukkannya ke dalam Tas. Ia berjalan keluar lalu menunggu Taxi di depan pintu gerbang tempat tinggalnya.
Setelah beberapa saat di perjalanan, lebih tepatnya setelah maghrib, Ia telah sampai di salah satu Restoran tempat Ia bersama dengan teman-temannya nongkrong untuk ngerumpi dan membuat rencana di luar pekerjaan.
Novi bersama dengan Apri telah menunggunya di Restoran itu. Mereka berdua menggunakan Dress ketat, high heels 17cm bersama dengan rambutnya yang selalu di curly.
"Sorry ya beib, gw telat?" Ucap Nizar sambil mendaratkan bokongnyq di Sofa dibarengi meletakkan tas laptopku di atas Meja.
"Macet ya beib?" Tanya Novi.
"Enggak sih, cuma sedikit macet saja." Ucap Nizar.
"Belum pada mesen makanan ya beib?" Sambung ucapan Nizar.
"Belum Zar." Ucap Apri.
"Ya sudah pesen makanan dulu saja Mpok." Ucap Nizar.
"Mau makanan apaan lu?" Tanya Apri.
"Es coffee espresso sama cemilan saja Mpok." Ucap Nizar.
"Ok." Ucap Apri.
Apri segera memanggil waitress restoran itu dengan cara melambaikan tangannya lalu memesan makanan yang sudah di ingatnya. Setelah beberapa saat kemudian, makanan mereka sudah sampai ke Meja.
"Beib, gw lagi merasa bingung deh." Ucap Nizar kepada Novi.
"Kenapa Lu beib?" Tanya Novi.
"Semakin hari, entah mengapa gw selalu terbayang sama senyuman ramah manisnya Ardi." Ucap Nizar.
"Kenapa lu bingung. Kan udeh dapet nomernye? Tinggal kontek." Ucap Apri.
"Masalahnya, nomer gw ini cuma satu. Takutnya, nanti ketahuan sama abang. Emang sih, gw juga pengen menghubunginya hanya sekedar untuk menjadi teman ngobrol saja dikala gw yang sedang kesepian ini Mpok. Tapi gw takut nantinya Dimas salah faham sama gw." Ucap Nizar.
"Gini aja deh beib, lu pake saja ponsel jadul gw. Kebetulan, itu ponsel hanya sekedar buat urgensi saja. Kebetulan juga nomer yang ada di Ponsel itu, tidak terlalu banyak yang tau, hanya keluarga gw doang yang tahu. Masalah nomor, nanti gw juga akan kasih tahu ke keluarga gw untuk sementara jangan menghubungi ke nomor itu. Gimana beib?" Novi menawarkan.
"Salah gak sih Mpok, beib, kalau gw secara diam-diam menghubungi Ardi?" Tanya Nizar dengan suasana hatinya deg-degan merasa bersalah kepada kekasihnya.
"Kalau menurut gw sih beib, tidak ada salahnya lu menghubunginya. Karena tujuan lu kan hanya sekedar untuk berteman. Tidak lebih." Ucap Novi sambil mengunyah cemilan.
"Bener tuh, Mpok sangat setuju." Ucap Apri.
"Oke deh kalo gitu gw minta ponsel lu ya beib? Gw mau langsung menghubungi Ardi." Pinta Nizar kepada Novi.
"Ok, bentar beib?" Ucap Novi.
Sejenak Novi mengibaskan rambutnya ke kuping, lalu membuka tasnya yang berada di sampingnya duduk, Novi mengambil ponselnya.
"Ini beib?" Novi memberikan ponselnya kepada Nizar.
"Thanks ya beib?" Ucap Nizar.
"Santai saja kali beib." Ucap Novi.
Nizar segera mengambil Kartu Namanya Ardi dari dalam tas-nya, Ia memasukkan nomornya Ardi ke ponselnya Novi.
TUUUT..
📱Ardi: "Halo?"
📱Nizar: "Halo juga bang."
Suara Nizar terdengar sedikit gerogi.
📱Ardi: "Maaf dengan siapa ini?"
📱Nizar: "Nizar bang."
📱Ardi: "Mmm, kamu Dek."
📱Nizar: "Iya. Maaf, aku baru bisa menghubungi kamu?"
📱Ardi: "Tidak apa-apa Dek. Hari ini kamu kemana? Sewaktu siang, saya tidak melihat kamu di dalam Salon maupun juga di Kantin."
📱Nizar: "Mmm.. Aku libur bang hari ini."
📱Ardi: "Oh begitu. Kenapa tidak memberi kabar kalau hari ini kamu libur Dek? Kalau saya tahu, saya juga bisa ambil libur."
DUG!
(Jantungku berdebar cepat mendengar dia ingin libur bareng bersamaku.) Nizar.
📱Nizar: "Mmm.. Gitu ya Bang?"
📱Ardi: "Iya. Terus untuk saat ini, kamu sedang berada di mana Dek?"
📱Nizar: "Sekarang ini aku sedang berada di luar sih bang, sedang makan bersama dengan Novi dan Apri."
📱Ardi: "Oh bersama dengan kedua teman kamu yang ladies itu ya?"
Ardi sering mendengar nama kedua temannya jika mereka berada di Kantin.
📱Nizar: "Betul bang."
📱Ardi: "Kalau misalkan saya menyusul kesitu, kira-kira saya mengganggu tidak dek?"
📱Nizar: "Mmm.. Bentar ya bang? Aku bertanya dulu kepada kedua temanku."
"Baik Dek." Ucap Ardi.
Nizar menutup ponsel menggunakan tisyu dan juga telapak tangannya.
"Beib, Ardi mau nyusul. Kira-kira gimana ini?" Ucap Nizar.
"Gak apa-apa beib, suruh kesini saja. Kan ada kita berdua. Jadi gak bakalan di kira sedang pacaran, kalau sewaktu-waktu Dimas menelpon lu." Ucap Novi.
"Menurut lu Mpok gw harus gimana?" Nizar bertanya kepada Apri.
"Sikat!" Ucap Apri.
"Gak usah kenceng-kenceng juga kali Mpok ngomongnya? Noh liat, orang-orang ada yang ngeliat kesini?" Ucap Nizar.
Apri langsung melihat ke sekeliling, lalu menatap ke arah Nizar kembali.
"Sorry beib, gw kagak sadar. Hehe.." Ucap Apri cengengesan.
"Udah biasa!" Ucap Novi sambil menyenderkan punggungnya ke Sofa.
Nizar kembali membuka ponsel dan mengobrol kembali dengan Ardi di Telepon.
📱Nizar: "Halo Bang?"
📱Ardi: "Iya Dek."
📱Nizar: "Maaf menunggu terlalu lama?" Ucapku.
📱Ardi: "Tidak apa-apa Dek."
📱Nizar: "Ya sudah bang, kalau abang ingin menyusul kesini? Gak apa-apa koq bang. Nanti alamat restorannya aku kirim Via sms saja ya bang?"
📱Ardi: "Baik Dek, saya tunggu ya alamatnya. Kebetulan, sekarang ini saya sudah siap untuk berangkat koq."
📱Nizar: "Baiklah kalau begitu, aku tutup ya bang teleponnya?"
📱Ardi: "Siap Dek."
📱Nizar: "Sallamu allaikum.."
📱Ardi: "Wa'allaikum salam."
Telepon telah di tutup.
"Gimana beib?" Tanya Novi
"Dia mau kesini beib." Jawab Nizar.
"Akhirnya lu bisa bertemu dan akan mengobrol secara langsung tuh sama itu laki Zar. Pasti Jantung lu sekarang sudah deg-deg ser ya Zar?" Ucap Apri.
"Tau saja lu Jendes!" Ucap Novi.
"Ya, tau lah. Pan gak jauh beda dengan gw. Suka berdebar, kembang kempis, empot-empotan dewek kalo mau ketemu sama seseorang yang di sukai. Bener kan Zar?" Ucap Apri.
"Yaaa, gitu deh Mpok." Ucap Nizar.
"Ya, di moment saat ini gw jadi kacang." Ucap Novi.
"Gak koq beib, lu gak jadi kacang. Hanya saja, kebetulan saja si Mpok otaknya lagi bener." Ucap Nizar.
"Ape! Jadi selama ini lu kira Mpok gak waras?" Ucap Apri
"Maaf Empok sayang, bukan begitu. Lu tetep waras koq, hanya saja tumben sehati pemikirannya." Ucap Nizar.
"Ya, gini-gini kan gw suka memperhatikan lu Zar. Sedikitnya gw sudah faham gerak-gerik lu." Ucap Apri.
"Cuma sedikit ya Mpok?" Ucap Nizar.
"Bukan sedikit, tapi secuil." Ucap Apri.
"Hahaha, dasar lu Mpok. Thanks ya beib, Mpok, lu berdua selalu ngisi hari-hari kesepian gw?" Ucap Nizar.
"Rebesss.." Ucap Apri.
"Beres keleees." Ucap Novi.
"Ya itu dah pokoknye." Ucap Apri.