webnovel

Sekretaris Tampan ini Miliku

"Sekretaris tampan ini miliku!" Jessica Hartanto mengeraskan hatinya setelah kehilangan cinta pertama dan ibunya. Hanya bermain-main dengan para pria, hatinya malah tertawan oleh sekretarisnya sendiri. Latar belakang dan rahasia sang sekretaris, juga para pria yang belum lelah mengejarnya membuat segalanya sulit untuk Jessica. Masalah dan skandal menghujaninya. Sebuah pengkhianatan bagaikan palu besar yang mencoba memantek semua luka dihati Jessica. Jessica harus memilih menjadi gadis jahat untuk mempertahankan dirinya dan semua yang dia sayangi, atau melepaskan segala cinta serta kepahitan dihatinya dan hanya menjadi wanita bodoh. Hidup dengan berharap dia bukanlah tokoh utama agar luka dan kepedihan diangkat daripadanya. Namun kehidupan hanya memiliki satu peran untuknya, yaitu untuk selalu menjadi yang utama. “Aku pemeran utama disini, entah aku harus menjadi baik atau jahat. Kau hanya akan tahu saat aku menyelesikan semuanya."

Rynn_ · perkotaan
Peringkat tidak cukup
139 Chs

Wanita yang Beruntung

Sampai pada akhir acara, Jessica tidak mendapatkan apa-apa. Tidak barang lelangan, tidak juga kesempatan bertemu dengan ayahnya disana. Jessica benar-benar tidak beruntung kali ini.

Lelaki tua disampingnya mendesah kecewa, "sia-sia saja penerbanganku ini, anak itu benar-benar keterlaluan." Omel Tuan Hermawan. Dia telah menempuh ribuan mil dan dia juga tidak mendapat apa-apa.

"Kakek mengapa kau bersikeras bertemu dengan ayahku? Apakah ada sesuatu yang penting?" Jessica juga tidak tahan melihat kakek tuanya tampak begitu kecewa. Sebisa mungkin ia ingin melakukan sesuatu untuk membuat kakeknya bahagia.

"Kami punya banyak hal untuk dibicarakan," Tuan Hermawan menjawab cucunya.

"Jika itu mengenai perusahaan mungkin aku bisa membantumu."

"Ini bukan sesuatu yang dapat kau atasi. Yang kuperlukan hanyalah anak itu," Hermawan tampak sedikit tegang dengan permasalah ini.

"Kakek, aku berani mengatakan padamu kalau aku bahkan lebih hebat dari ayahku saat ini. Jadi apa yang mengganggumu sebenarnya?"

Tuan Tua Hartanto itu menolak bantuan cucunya. Dia tampak enggan memberitahu Jessica masalah yang hendak ia diskusikan bersama putranya.

Hal itu mulai membentuk kecurigaan pada Jessica, namun Tuan Hermawan berhasil meyakinkan cucunya kalau itu bukan masalah besar. Bersamaan dengan itu Tuan William dan Hans muncul.

William tidak bertanya apapun, dia tahu dari ekspresi lelaki tua itu kalau Hermawan tidak berhasil menemui putranya. "Maaf karena kita tidak berhasil hari ini." Tuan William membungkuk dengan perasaan bersalah terhadap tuannya.

"Bukan salahmu aku tidak bisa bertemu dengannya, aku cukup beruntung karena bisa bertemu cucuku disini. Hal ini sudah cukup baik bagiku." Tuan Hermawan mencoba berbesar hati, ia tidak bisa menyalahkan siapun.

Jessica pun mencoba membujuk agar kakeknya pulang bersamanya ke Negara I. Namun orang tua itu berkilah bahwa masih banyak hal yang harus dia lakukan di Negara S.

Jessica juga bersikeras mengantarkan kakeknya sampai di bandara. Setelah perbincangan yang cukup alot, Tuan Hermawan dan Jessica berhasil mencapai kesepakatan.

"Kalau begitu sampai jumpa di pertemuan direksi nanti." Tuan Hermawan mengucapkan perpisahannya.

"Itu masih beberapa bulan lagi. Kakek sungguh akan tinggal di Negara S selama itu?" Jessica mengeluh.

"Aku akan datang jika kau benar-benar membutuhkanku." Hermawan berusaha menghibur cucunya.

Jessica tertawa menanggapi godaan kakeknya itu, "kau bukan jin dalam botol. Bagaimana bisa aku memanggilmu sesuka yang aku mau."

"Aku bisa melakukan apapun yang aku mau." Tuan Hermawan terdengar seperti cucunya dalam banyak hal. Ah, sebaliknya, mungkin inilah sebabnya Jessica begitu arogan dan penuh percaya diri.

"Sebenarnya aku tidak perlu memanggilmu kakek. Aku sudah punya jin miliku sendiri. Dia akan menyediakan semua hal yang kuperlukan, bukankan begitu?" Jessica melirik pada Hans dan mengerling padanya.

Tuan Hermawan juga menatap pada Hans. Meskipun tahu bahwa Hans adalah putra dari tangan kanannya yang sangat dia percaya, sampai hari ini Hermawan masih tidak begitu senang dengan Hans yang harus berkeliaran disekitaran cucunya itu.

Lelaki tua itu tampak seperti pria muda yang cemburu melihat kekasihnya menggoda laki-laki lain.

"Maaf aku lupa mengucapkan selamat untuk rencana pernikahanmu nak. Kau harus membawa wanita yang beruntung itu bertemu denganku. Aku akan menyiapkan sesuatu untuk kalian," kata Tuan Hermawan.

Jessica tersenyum masam, "Hans begitu pelit. Aku yakin bahkan Tuan Will sendiri belum bertemu dengan calon menantunya, jadi kau berharap terlalu banyak padanya, Kakek."

"Terima kasih untuk kemurahan hatimu. Kami akan menemui Anda jika kesempatan itu datang." Hans tidak dapat mengatakan hal lain. Dia tidak yakin itu adalah sebuah janji yang dapat dia tepati. Lagi pula siapa yang tahu kapan kesempatan itu akan datang?

Tuan Will mengatakan bahwa ia dan Tuan Hermawan harus segera bersiap untuk keberangkatan. Jessica melepas kakeknya kembali ke Negara S, sementara ia kembali pulang bersama Hans dengan jet pribadi yang disiapkan Hermawan untuknya.

***

Senin pagi berikutnya langit begitu bening dan cuacanya cerah. Hans tiba diapartement Jessica lebih awal dari biasanya dan telah menyiapkan sarapan. Mereka sarapan dengan tenang seolah-olah tidak ada yang terjadi minggu lalu.

Pagi itu berjalan lancar, Hans ada diruang Jessica hendak mengambil berkas yang selesai ditanda tangani. Saat telepon masuk ke ponsel Hans, pria itu menjawabnya segera.

Jessica dapat menedengarnya juga, itu dari tempat pelelangan Negara T. Mereka mengkonfirmasi bahwa kalung yang dia beli kemarin telah dikirmkan ke alamat Hans dan ia akan menerimanya paling lambat besok.

Hans menutup telepon dan dia mendapati Jessica telah menatapnya sekian waktu.

"Wanita yang beruntung," Jessica berucap pelan tapi Hans masih dapat mendengarnya.

"Tidak ada yang tau seperti apa rupanya tapi wanita itu berhasil mendapatkan kasih dari ayahmu dan bahkan perhatian dari kakekku. Kapan kau akan membawanya padaku?" dalam berbagai kesempatan Jessica tidak dapat menahan mulutnya berbica.

Lagi-lagi Hans ditodong dengan permintaan seperti itu. "Bicara tentang keberuntungan, aku pikir dia tidak seberuntung itu." Hans tidak tahu bagaimana lagi untuk mengelak.

Dia tidak ingin membicarakan calon istrinya itu pada siapa pun. Pernikahanya adalah sesuatu hal yang lain dan belum saatnya untuk berbicara mengenai wanitanya.

Kali ini Hans menjadi pria yang beruntung karena ketukan di pintu menahan mulut Jessica untuk menodongnya dengan pertanyaan-pertanyaan lain.

Pintu dibuka dan Kepala HR masuk dengan beberapa berkas ditangannya. Segera Hans tahu maksud pria itu menghadap ke ruangan Jessica.

Dia melirik pada Jessica dan melihat kalau wanita itu tidak keberatan dengan keberadaannya disana.

Jadi Hans tetap diruangan Jessica saat kepala HR memberikan laporannya tentang seleksi untuk sekretaris predir yang baru.

15 September 2019

Rynn_creators' thoughts