"Ayah, kau disini?"
Disaat Jessica berharap bisa bertemu dengan ayahnya, Hans secara terkejut bisa mendapatkan kesempatan bertemu dengan ayahnya sendiri di acara lelang itu.
Tuan Will menepak punggung Hans penuh kasih, "dasar anak nakal, kenapa kau tidak memberitahu aku kalau kau sudah punya seorang wanita dan akan segera menikah. Siapa wanita itu?" kata-kata dengan cepat keluar dari mulutnya. Tuan Will benar-benar tidak sabar untuk menguliti putra semata wayangnya itu.
"Ada banyak hal yang harus kuurus, aku tidak dapat mengenalkannya padamu saat ini."
"Apakah ia gadis biasa-biasa yang tidak punya apa-apa sehingga kau takut aku menentang kalian?"
Hans menggelengkan kepalanya, pemikiran ayahnya terlalu konyol, "wanitaku adalah seseorang yang luar biasa, ayah juga akan terkagum padanya."
"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu setelah pernikahan?" tanya Tuan Will lagi.
"Aku sudah punya ide untuk yang satu itu, ayah tidak perlu mengkhawatirkannya. Aku disini untuk bertemu dengan calon bosku... Ah, dia ada disini." Hans membungkuk penuh hormat pada sosok lelaki paruh baya yang berjalan mendekat.
"Dia kah yang kau sebutkan bosmu?" Tuan Will juga segera ikut membungkuk hormat pada lelaki yang Hans sebutkan adalah bos masa depannya. "Apakah pernihkahmu itu sungguhan nak?"
Hal-hal datang dengan tidak terduga menimbulkan pertanyaan besar di benak Tuan William. Putranya dengan tiba-tiba mengumumkan rencana pernikahanya, siap mengundurkan diri dari perusahaan dan menerima tawaran pekerjaan dari seseorang yang tidak terduga.
Hans dan lelaki itu bertukar sapa, sementara William merasa canggung berada diantara mereka. Tuan Wiliam memberanikan diri untuk bertanya pada lelaki dihadapanya itu. "Benarkah kau memberikan putraku sebuah tawaran kerja?"
Tuan William tahu kalau lelaki itu lebih muda darinya, tapi ia tidak berani bersikap lebih tinggi. Lelaki dihadapannya itu adalah salah satu karakter besar dan ia tidak bisa sembarangan terhadapnya.
"Itu benar," lelaki itu menjawab dengan tenang. "Aku telah memberikan sebuah penawaran menarik untuk Hans dan dia dengan senang hati telah menerimanya. Jadi aku akan segera menantikan saat dimana ia bisa bekerja bersamaku."
Aura lelaki yang Hans sebutkan sebagai calon bosnya itu benar-benar mendominasi. Tuan William tahu dengan betul siapa lelaki itu, jadi ia memutuskan untuk menahan pertanyaan-pertanyaan lain dalam dirinya.
Jika Hans memilih untuk berhenti menjadi sekretaris Jessica dan bekerja dibawah lelaki itu, maka tidak ada yang bisa dia lakukan.
"Ayah, tolong jangan beritahu siapa pun tentang ini, terlebih lagi Tuan Hermawan."
"Kenapa beliau bahkan tidak boleh tahu kalau kau akan bekerja padanya?" Tuan Will mencoba menjaga nada suaranya, ia melirik lelaki itu dan tak ingin menyinggungnya.
"Ini sudah menjadi kesepakatan diantara kami, ayah. Aku harap kau dapat mengerti."
"Baiklah, aku akan menutup mulutku. Tapi aku tidak dapat melakukan apapun kalau beliau berhasil memperoleh infomasi ini dari luar."
"Tuan Will, aku yang akan menjaminnya," lelaki itu menyuarakan jaminannya.
Tuan William menunduk penuh hormat sekali lagi, "jika kau telah mengatakannya maka tidak ada yang perlu kami khawatirkan."
Dia begitu terkejut karena putranya dan lupa akan tujuannya menemani Tuan Hermawan mengikuti acara lelang di Negara T itu.
***
Acara lelang itu sudah setengah jalan, kali ini mereka mengelurkan sebuah kalung dengan bandul berlian yang menyalah dan membuka diharga 250.000 Dollar. Beberapa orang mulai membuat penawaran dan harga naik perlahan sampai ke angka 600.000 Dollar.
Kalung ini cukup baik walau bandul berliannya tidak begitu besar. Itu berlian pear dengan ukuran 3 atau 4 karat yang menurut sang pemandu acara masuk di kelas G VVS2. Dengan flouresen positif atau cahayanya membuat itu terlihat seperti berlian beberapa kelas diatasnya.
Harga mencapai 700.000 dolar dan hampir akan ditutup, saat penawaran lain masuk, "Delapan ratus ribu!" itu cukup mengejutkan karena penawar sebelumnya hanya berani menawar beberapa puluh ribu diatas harga sebelumnya, tetapi penawar kali ini langsung menaikannya sampai seratus ribu.
Jessica dan Tuan Hermawan ikut melirik ke arah penawar terakhir itu. Terkejut karena kali ini ternyata Tuan Will yang membuat penawaran.
"Mungkinkah itu untuk calon menantunya?" Jessica membuat spekulasinya sendiri saat melirik Hans yang duduk tenang disebelah ayahnya.
"William adalah orang yang murah hati, jadi tidak salah jika dia bermurah hati untuk calon menantunya kelak." Hermawan ikut mengomentari pemikiran cucunya itu.
Merasa heran karena pemikiran wanita muda itu.
Tuan Hermawan sendiri berpikir kalung itu mungkin untuk istri William, apakah hal itu tidak boleh dilakukan?
Penawaran itu akhirnya ditutup pada angka sembilan ratus ribu dan Tuan William mendapatkan kalungnya.
"Apa kau menginginkan sesuatu yang dilelang hari ini?" Tuan Hermawan menegakan punggungnya. Tak ingin merasa kalah dari Willian, dia siap menawar sesuatu untuk diberikan pada cucu kesayangannya itu.
"Kau akan membelikan sesuatu untukku kakek?" tanya wanita muda itu penuh semangat. Sejujurnya Jessica tidak begitu menyukai barang antik atau perhiasan.
Jessica adalah seorang wanita dengan gaya hidup minimalis. Dulunya dia seorang gadis kutu buku yang hanya tahu belajar dan dia tidak punya ketertarikan pada barang-barang seni. Jadi sampai akhir acara tidak ada satupun barang yang membuatnya merasa tertarik.