webnovel

Selamat pagi tetangga !

Raditya mengangkat tubuh Venita yang terbaring di rumput ilalang, lalu menggendongnya. Dia harus menyelamatkan Venita.

Saat menggendong Venita, perempuan itu melingkarkan lengannya dileher Raditya lalu merapatkan tubuhnya pada Raditya. Venita berbisik di telinga Raditya, "Andaikan ini nyata, apakah kamu mau menggendongku?"

Raditya hanya terdiam, matanya memandang lurus.

"Raditya, aku jatuh cinta padamu," bisiknya lagi.

Raditya tetap diam, dia hanya melangkah dan kemudian membaringkan Venita di tempat tidur. Sebelum Venita melepaskan lengannya, dia berbisik lagi di telinga Raditya, "Aku sungguh-sungguh ,Dit." Lalu Venita melepaskan pelukannya, berbaring sambil memejamkan mata. Raditya duduk di tepi tempat tidur memandang tubuh Venita. Membelai wajah Venita dengan sentuhan jari-jari juga matanya.

"Cut!" Ari berteriak saat adegan Raditya dan Venita berakhir.

Raditya tersenyum senang. Saat Raditya hendak berdiri. Venita menahannya dengan menggenggam tangan Raditya. Mata mereka saling bertaut dan Raditya terpaku menatap mata Venita, "Aku menunggu jawabanmu." Lalu Venita melepaskan genggamannya.

Raditya pergi meninggalkan Venita. Hatinya rusuh.

Untuk apa Venita mengatakan itu? Dia tidak bisa menerima cinta Venita, dia tidak memiliki perasaan apapun pada Venita. Raditya hanya menganggap Venita sebagai rekan kerja dan teman, tidak ada cinta didalamnya.

***

Venita berjalan menghampiri Raditya yang sedang duduk sambil meminum sebotol air mineral, "Dit, aku ingin bicara denganmu."

"Sekarang?" Raditya bertanya sambil menatap tajam Venita.

"Nanti malam, setelah syuting." Raditya hanya mengangguk.

***

Raditya tidak suka pada situasi seperti ini, disaat dia harus dihadapkan pada situasi menolak seorang perempuan yang jatuh cinta padanya.

Venita adalah perempuan kesekian yang jatuh cinta padanya di lokasi syuting. Dia tidak suka membuat seorang perempuan harus menangis dihadapannya ketika dia harus mengucapkan kalimat penolakan yang standar. Kalimat itu bahkan seperti lagu yang akan dinyanyikan berulang-ulang. Apalagi ini menolak Venita, teman kerjanya.

Raditya mengacak-acak rambutnya. Mengapa harus jadi begini?

***

Raditya menenuhi janjinya pada Venita. Dia melihat Venita menunggu sambil memainkan sedotan. Begitu Raditya duduk, Venita memandang sosok Raditya lalu dia menarik napas kemudian menghembuskannya. Venita menundukkan kepala lalu berkata, "Raditya, aku nggak tahu kapan perasaan ini pertama kali hadir. Yang aku tahu, pagi hariku lebih menyenangkan karena  ketemu kamu. Aku merasa harus tampil sempurna demi kamu. Aku mulai merasa takut kehilangan kamu. Raditya aku tahu aku jatuh cinta padamu."

Venita memandang lekat wajah Raditya yang duduk dihadapannya. Malam ini mereka duduk di sudut sebuah kedai kecil, dengan lampu yang sedikit temaram.

"Ven, maafkan aku karena aku nggak bisa menerima cintamu."

Venita mulai terisak, air matanya mengalir membasahi pipi. Raditya sudah menduga akan begini jadinya. Ini adalah adegan yang beberapa kali terjadi padanya. Adegan nyata yang terjadi dalam hidupnya. Dia tak pernah menginginkan perempuan-perempuan itu jatuh cinta padanya.

Venita berdiri, beranjak meninggalkan Raditya. "Ven, kita kembali bersama-sama ke hotel." Tangan Raditya  dengan cepat menahan Venita. Secanggung apapun sikap mereka saat ini, namun bagi Raditya keselamatan Venita adalah yang utama. Dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan Venita di tengah jalan. Apalagi langit terlihat sangat pekat.

Mereka berdua berjalan bersisian tanpa suara.

***

"Ada apa sih dengan kalian berdua?" Ari memanggil Raditya dan Venita, "Mana chemistrynya?" Nada suara Ari mulai tinggi.

Dari tadi mereka harus mengulang satu adegan yang sama. Hanya mereka berdua yang tahu apa yang menyebabkan mereka seperti itu.

"Bang, beri kami waktu sepuluh menit untuk bicara, berdua saja." Ari pergi meninggalkan mereka berdua, setelah sebelumnya berpesan "Aku berharap setelah sepuluh menit, kalian bisa bekerja lebih baik lagi!"

***

"Ven, aku tahu kamu kecewa. Kamu marah padaku, tapi aku mohon saat ini lupakan dulu semua perasaan itu. Anggap saja aku seperti angin saat ini. Kamu bisa merasakan tapi tak melihat. Kita berdua nggak mau kan harus terus mengulang adegan yang sama karena tidak bisa bersikap profesional?Kasihan yang lain Ven." Venita hanya diam memandangi Raditya. Tak ada sepatah kata yang keluar dari bibir tipis itu.

***

Dua minggu kemudian

Raditya membuka pintu rumah, sudah tak sabar untuk berbaring. Dia mengambil penerbangan terakhir dan tiba di rumah sudah sangat larut, hampir tengah dalu.

Segera dia meletakkan koper dan langsung merebahkan dirinya di sofa.

Dua minggu terakhir syuting terasa sangat melelahkan. Hubungannya dengan Venita sudah kembali membaik. Raditya mulai sedikit menjauh dari Venita, dia tidak ingin Venita salah lagi mengartikan sikapnya.

Setelah siang itu saat mereka berdua harus mendengar kemarahan Ari, mereka akhirnya bisa bersikap profesional terutama Venita. Perempuan itu mengesampingkan urusan pribadi dan bersikap serius dengan pekerjaannya.

Raditya hampir memejamkan mata ketika suara denting piano terdengar kembali dari rumah sebelah. Raditya menajamkan pendengarannya. Dia mulai penasaran, karena ini hampir tengah malam dan masih ada orang yang terjaga. Bahkan masih berhasrat menekan tuts piano. Raditya mendadak dilanda perasaan romantis saat mendengarnya.

Raditya berbaring dalam diam, dia mendengarkan sampai tuntas permainan piano itu. Dia bertekad untuk mengenal tetangganya dan akan  mengatakan kalau dia bahagia mendengarkan alunan nada yang indah, yang  telah mengisi malamnya yang terasa melelahkan.

***

Rembulan menyiapkan kopi kesukaannya lengkap dengan roti yang dioles selai. Pagi ini hatinya bahagia karena tadi malam dia berhasil menulis novel baru dan sudah menyelesaikan beberapa episode. Kali ini dia sedikit memberikan sentuhan misteri pada novelnya yang baru.

Rembulan menyeret kakinya ke balkon sambil membawa kopi dan roti yang diletakkan pada nampan. Dia ingin menikmati udara pagi, apalagi tadi malam diguyur gerimis setelah berhari-hari panas dan kering. Rembulan suka mencium bau tanah basah. Tadi malam saat gerimis, dia membuka sedikit jendela ruang tamu, untuk mencium bau tanah basah.

***

Raditya terbangun karena wajahnya terasa hangat disinari matahari pagi. Ketika terbangun dia terkejut, karena dia tidur di sofa dengan pakaian yang sama saat berada di pesawat. Denting piano sudah membuai dirinya hingga terlelap.

Raditya membuka lemari es, tak ada apapun yang bisa dimakan. Perutnya minta diisi.

Dia berjalan ke balkon, ingin melongok dari atas mungkin ada penjual sarapan yang lewat. Biasanya ada penjual kue dan nasi yang bersuara sangat keras menjajakan dagangannya. Namun, pagi ini sepertinya dia harus gigit jari.

Raditya melihat ke arah balkon tetangga, ada seorang perempuan yang duduk membelakangi. Raditya ingat janjinya tadi malam untuk berterima kasih atas dentingan piano yang berasal dari rumah tetangga.

"Selamat pagi!" Raditya menyapa, suaranya cukup keras agar sang tetangga melihat dirinya.

Perempuan itu menoleh. Raditya hanya bisa diam terpaku, mendadak lidahnya terasa kelu. Perempuan itu tersenyum manis pada Raditya.

"Selamat pagi tetangga!"