webnovel

Hati Membenci

Hari sudah Malam ketika mobil pernikahan sampai di sebuah villa Melati.

Ethan Lu menatap wanita yang sedang tertidur dengan tatapan lembut, dia belum berniat untuk membangunkannya. Berkata dengan suara yang sangat pelan, "Tania, mengapa kau terlihat sangat letih. Alis pun ikut berkerut!! apa yang kau pikirkan??" Ethan Lu mengulurkan tangannya, mengelus alis Tania.

Tania adalah orang yang sangat sensitif. Sehingga dia segera terbangun ketika merasakan sentuhan seseorang.

"maaf, maaf, saya ketiduran". Dia berkata sambil membetulkan duduknya.

"Hmm". Ethan Lu langsung salah tingkah dan mulai merasakan pipinya bersemu merah, karena hampir ketahuan. Beruntungnya hari sudah malam sehingga tidak terlihat oleh Tania.

"kenapa?" Tania menatap pria yang kini telah menjadi suaminya, tapi lebih tepatnya adalah memaksa dirinya untuk menjadi istrinya. Seorang pria yang sangat tidak mungkin kekurangan wanita karena ketampanan, kekayaan dan silsilah keluarga. Tapi kenapa dirinya yang di pilih?, Tania sama sekali tidak mengenalnya.

Ethan Lu terkejut dengan pertanyaan Tania yang secara tiba tiba. Dia tahu apa yang di maksud dari pertanyaan Tania.

"Saya terpaksa, karena ini adalah permintaan dari nenek saya, agar saya cepat menikah". Dan "saya juga menginginkannya". namun kata terakhir hanya bisa disimpan di hati saja.

"ooh, kalau begitu saya akan membuat nenekmu membenci diriku. Maka pernikahan ini akan berakhir". suara Tania sangat pelan dan datar.

"maka pernikahan ini akan berakhir"

Namun Ethan Lu tetap bisa mendengarnya. Dia langsung panik dan wajahnya berubah pucat ketika mendengar kata kata Tania yang terakhir.

Dia tidak bisa menjawab dan tidak menginginkan untuk berpisah dengan wanita yang sudah resmi menjadi istrinya ini. Dan juga karena dia sudah lama mencintai nya.

"kita sudah sampai" Ethan Lu berkata sambil keluar dari mobil berjalan masuk ke villa mengabaikan kata kata Tania.

Tania segera mengikutinya dari belakang.

Matanya tidak bisa berkedip, melihat sekelilingnya. Karpet merah dengan taburan kelopak bunga mawar, para pelayan berdiri berjajar lalu membungkuk menyambut mereka.

"selamat datang Tuan dan Nyonya".

"Antar nyonya kekamar, dan bantu bersihkan badannya" Ethan Lu memberi perintah pada pelayan.

Tania mengikuti para pelayan memasuki kamar. Ranjang yang luas, dengan taburan kelopak mawar yang sangat banyak di atas kasur dan berbentuk hati. Tania tersenyum dingin. Ethan Lu mari ku lihat, kau akan bertahan berapa lama dengan sifat liar ku. Tania mencibir dalam hati.

Kedua pelayan menatap Tania berjalan ke arah tepi ranjang, tiba tiba mata mereka langsung terkejut saat melihat tindakan nya.

Tania menarik seprei kasur, seketika kelopak mawar langsung berserakan. Melihat meja di samping, dan langsung menyapu semua yang ada di atasnya. Dia ingin melampiaskan kekesalan hatinya.

"kalian pergi, aku tidak membutuhkan kalian" Tania berbalik meraung marah pada kedua pelayan.

Kedua pelayan itu ketakutan dan langsung keluar kamar.

Tania menutup pintu dan menguncinya.

...

Di ruang tamu.

Ethan Lu menatap kedua pelayan yang sedang menangis ketakutan. Memijat alisnya yang kelelahan, menoleh ke Bibi Wang. Kepala pelayan di Villa, yang juga telah merawat Ethan Lu dari kecil. Ethan Lu sangat menghargainya, kata katanya lembut.

"Bibi Wang, tolong urus sisanya dan ganti orang".

"baik tuan muda". Bibi Wang membawa pelayan itu pergi.

Ethan Lu berjalan ke kamar lantai dua. Berdiri lama di depan pintu kamar. Sering kali tangannya menggantung ingin mengetuk pintu, berulang kali tidak jadi. Hatinya cemas dan takut.

...

Tania sekarang sudah segar setelah mandi, dia merasa haus lalu meminum jus yang telah disiapkan oleh pelayan di meja. Namun ada keanehan setelah meminum jus. Seluruh tubuhnya seperti terbakar. Tania menatap gelas kosong yang ada di meja.

Hatinya mulai panik, apakah dia di beri obat. Pikir Tania dalam hati. Tubuhnya langsung lemas. Dia duduk di pojok sambil menggertakkan gigi. Hatinya lagi lagi membenci orang orang.

Di keluarga Gu dia di abaikan dan di kucilkan, sekarang di sini dia di perlakukan seperti ini. Dia menangis tidak berdaya.

...