Dhaiva mendelikkan matanya tajam pada Rendy yang kembali memakan baksonya. Seharusnya Dhaiva tidak kaget, karena paham kalau Rendy masih menaruh perasaan padanya, bahkan itu menjadi salah satu alasan kesekian kenapa mereka bisa sampai masuk ke kampus yang sama meski berbeda fakultas dan jurusan. Rendy, menurut Dhaiva selalu bisa menunjukkan perasaannya tanpa bicara, dan kali ini, Ia berbicara.
"Rend, Lo mau Kita ngulang konflik childish masa SMA?" tanyanya.
Rendy menggeleng, "Nope. Gue hanya mempertegas, tepatnya ... membantu Lo tegas pada diri sendiri. Kenapa Lo ngejar sesuatu, seseorang yang bahkan gak balas mengejar Lo?"
"Gak ada yang baik soal itu, Dhaiva," lanjutnya penuh keyakinan.
Dhaiva meneguk salivanya sendiri. Kalimat Rendy sangat menamparnya saat ini, sampai Ia tak bisa lagi berkata kata. Benar, Nalesha tak balas mengejarnya. Tapi kenapa Dhaiva harus segitu gigihnya, menganggap bahwa Nalesha mungkin sedang bersandiwara dengan alasan 'kebaikan' Dhaiva?
"Maaf ..."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com