webnovel
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Remaja
Peringkat tidak cukup
268 Chs
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

Tiga Isu Struktural

Akhir pekan setelah ujian memang menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu siapapun, tak terkecuali Jerry yang memiliki tamu istimewa ke SP siang ini. Anjani, katanya ingin main ke SP karena sudah lama tak menyapa teman-temannya disana. Kalau Jerry sih tentu saja sering, hampir seminggu dua kali mereka sekedar jalan-jalan dan berbicara.

Namun Jerry sepertinya terlalu santai, baru bangun tidur sekitar setengah sebelas siang tanpa mandi. Mencuci wajah pun sepertinya tidak, malah jelas terlihat bekas-bekas lekukan kain di wajahnya itu, tanda tidurnya lelap usai sarapan tadi.

"Eh ..." panggilnya pada Wibi dan Tommy yang tengah bermain playstation di ruang rekreasi.

"Apa Jer? Mandi Lo sana, bau!" ledek Wibi sarkas.

Jerry hanya mengerjap-ngerjap, masih mengantuk sembari tangannya menggaruk-garuk perut menyingkap baju, "Anjani belum dateng?"

"Hah? Anjani?" Tommy heran.