webnovel
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Remaja
Peringkat tidak cukup
268 Chs
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

The Double Standard

"You're asking for my opinion about that?" tanya Nalesha memastikan. Dhaiva mengangguk, "Yes, for sure. I wanna hear it from you. Biasanya perspektif laki-laki tentang double standard yang dikenakan ke perempuan itu agak berbeda. Either mereka mendukung, atau sebaliknya menolak," tambahnya.

Nalesha mengangguk, "Tapi sebelum saya jawab, boleh tau gak kenapa kamu berpikir bahwa ada laki-laki yang mendukung double standard?"

"Eum… pilihannya hanya dua sih, dan sama-sama masuk akal kalau menurutku. Pertama, mereka memang menuntut standar yang tinggi, yang satu level sama mereka, in case mereka adalah laki-laki super mapan yang menjadi incaran para perempuan yang juga sama-sama high class," jawab Dhaiva. Nalesha hanya mengangguk mempersilakan gadis itu untuk melanjutkan.

"Kedua ya karena… I'm sorry If I was bothering you, tapi ada yang insecure, tapi dia tetap gak mau berusaha dan maunya enak aja dapet perempuan yang oke," lanjut Dhaiva.