webnovel
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Remaja
Peringkat tidak cukup
268 Chs
#COMEDY
#CAMPUS
#TEEN
#FUTURE

Orang yang Sangat Berkesan

Sekitar jam tiga sore, Iqbaal baru memutuskan untuk pulang dari kost Saheera, mengingat rapat informal itu sudah selesai dengan beberapa kesimpulan yang disepakati. Iqbaal juga tidak mau terlalu lama disana, karena Saheera yang berubah menyikapinya agak dingin usai melihat selembar foto polaroid di jurnalnya itu. Sebetulnya Iqbaal paham, jika Ia seharusnya menjelaskan segera, namun Ia merasa terlalu dini, pun tak ada persiapan apapun jika mereka nantinya harus berdebat panjang soal itu. Entahlah, Iqbaal pikir setidaknya Ia sudah merasa bersalah meski tak bisa mengatakan apapun saat ini.

"Makasih ya, Aku pulang." Iqbaal tersenyum begitu selesai mengenakan sandalnya di beranda kost. Saheera hanya mengangguk, tak mengatakan apapun, membuat Iqbaal luar biasa kikuk.

"Kita … perlu follow up beberapa hal. Sesuai jadwal kan?"

"Iya. Kenapa nanya lagi? Tadi udah sepakat juga satu forum."