webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
268 Chs

Obrolan Bapak-Bapak

Haikal keluar dari ruang kerjanya di sesi coffee break kantor. Pria itu turun menuju lobby, sangat tak biasa, karena Ia lebih suka tinggal beristirahat di ruangannya setelah rapat alih-alih mengobrol sana sini yang justru menguras energinya dibalik secangkir kopi. Namun kali ini ada pengecualian, seorang tamu istimewa jauh-jauh datang ke kantornya hendak bertemu.

"Waduh, apa kabar nih, Pak Bos?" sapanya pada Darren, alias si tamu istimewa. Keduanya berpelukan sekilas khas pria pada umumnya. Oh, tepatnya bapak-bapak.

"Baik, Lo gimana, Bang? Katanya abis sakit? Bener?" tanya Darren, mendengar kabar Haikal dari Adri. Itu juga yang menjadi tujuan kedatangannya.

Haikal menghela nafasnya berat, duduk di sofa berhadapan dengan Darren, "Iya, Gue sakit. Seminggu lebih, cukup parah sih buat Gue sendiri," ujarnya.

"Kok bisa? Lo kan tipikal yang jarang sakit seinget Gue."

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com