webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
268 Chs

Femme Fatale Advice

Dhaiva gusar dalam tidurnya, matanya memejam meski tak sebenarnya tertidur lelap seperti Leon dan yang lain. Bukan tempatnya yang tak nyaman, karena kamar tamu besar rumah Adri dan Haikal itu bahkan jauh lebih nyaman dari kamar kostnya. Itu pikirannya yang semakin berisik dan lama-lama mengganggu. Insomnia memang tak asing untuk Dhaiva, namun kali ini penyebabnya sungguh berbeda. Ya, salahkan Nalesha dan perkataannya di wastafel cuci piring tadi itu.

Jangan kira Nalesha langsung menjelaskan perkataan ambigu dan manisnya itu. Nalesha pergi, menunda tugas cuci piringnya sampai bagian Dhaiva selesai.

Begitu saja, dan kini Dhaiva dipenuhi tanda tanya, baik untuk Nalesha, dan terlebih untuk dirinya sendiri.

"Haish …" Dhaiva menurunkan selimutnya kasar, hingga tak sengaja membangunkan Saheera yang satu tempat tidur dengannya, "Kenapa, Va? Gak bisa tidur?" tanyanya.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com