webnovel

savior of lov

Alaska gadis pendiam yang dikira bisu di sekolah nya. menjadi sasaran bullying sudah ia lakoni sejak lama, tanpa ada pembelaan sama sekali. ketiga pemuda yang seolah-olah adalah hero untuk nya datang berangsur angsur untuk menyelamatkan kehidupan sekolah nya yang jauh dari kata baik. mereka adalah Gara, fagan, dan El niat nya hanya membantu karena tidak tega. tapi, semakin lama semakin menjadi. mereka jatuh cinta pada Alaska who the winner? winner of the heart break? ~ Alaska with the prince ~

Matapenaku · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
18 Chs

panggung yang bernyanyi

Disaat semua pasang mata tertuju hanya pada mereka. Alaska meneguk ludah paksa. Baginya malam ini adalah malam pertamanya menyumbang sebuah lagu kepada semua orang. Di sampingnya ada El yang sudah sedia dengan gitar kebanggaan nya. Cowok itu sedikit mencuri pandang untuk memastikan Alaska benar benar sudah siap. Loli berdiri di sampingnya mengusap pelan punggung Alaska lalu tersenyum menenangkan rasa gugup yang melanda Alaska.

"Siap?" 

Alaska mengangguk meski tak yakin. Saat ia melihat wajah para member satu persatu ia memantapkan hati untuk menyelesaikan tugas nya malam ini.

"Siap" Putus Alaska.

"Baguslah" 

Loli mengangkat mic. Suaranya menggema di penjuru ruangan menarik perhatian semua orang yang ada di sana. Loli tampak bersinar diatas panggung. Pantaslah jika semua orang menyukainya sehingga ia populer.

"Selamat malam semuanya..!!" Ujarnya pada mic. Loli maju selangkah ke depan dan mengambil alih memimpin para member.

"Mari kita semua dengarkan alunan musik pop yang akan di bawakan oleh kami disini, sebelum itu kita semua harus enjoy ya!... Kalau gitu, boleh request mau lagu apa?" 

Perkataan loli disambut oleh para kalangan muda dengan antusias. Mereka semua tampak senang melihat band favorit mereka ikut serta mengisi acara ini. Banyak muda dan mudi yang merequest lagu lagu yang mereka inginkan, dan loli pun memutuskan untuk membawa sebuah lagu yang berjudul 'hujan' by utopia.

"Oke, makasih Rihana" ucap loli mundur beberapa langkah setelah mendapat satu lagi dari undangan yang bernama Rihana.

"Kita nyanyi sama sama ya, semua bersuara! Oke!!" Kakinya melompat lompat kecil dengan tangan kanannya mengayun di udara. Jarinya memetik di udara dan semua seketika hening.

hufft.....

.

.

.

loli:

~rinai hujan basahi aku..

Temani sepi yang mengendap

Kala aku mengingatmu dan semua saat manis itu

🎶

Segalanya seperti mimpi

Kujalani hidup sendiri

Andai waktu berganti

aku tetap takkan berubah

aku selalu bahagia saat hujan turun

Karena aku dapat mengenang mu 

Untukku sendiri. Oh-oh-oh

🎶

Sunyi... Alaska diam sementara loli telah mengehentikan giliran nya. El,loli dan yang lain menatap heran pada Alaska yang diam saja.

alaska:

selalu ada cerita...

Tersimpan di hati ku..

Tentang kau dan hujan tentang cinta kita

Yang mengalir seperti air..

aku selalu bahagia

Saat hujan turun

Karena aku dapat mengenangmu 

Untukku sendiri. Oh-oh-oh

Aku bisa tersenyum

Sepanjang hari

Karena hujan pernah menahan mu disini

Untukku....~

🎶

Loli tersenyum memahami trik baru Alaska. Ia sengaja mengulur sedikit waktu untuk mengheningkan para undangan kemudian ia melanjutkan lirik lagu yang menjadi giliran nya.

loli:

aku selalu bahagia

Saat hujan turun

Karena aku dapat mengenangmu

Untukku sendiri.

loli&Alaska:

Oh-oh-oh-oh-oh-oh

Aku bisa tersenyum

Sepanjang hari

Karena hujan pernah menahanmu disini untukku..~

🎶

Semuanya ikut bernyanyi saat Alaska dan loli bernyanyi bersama. Loli menggoyangkan bahu Alaska seraya tersenyum sambil terus menyanyikan tiap chorus lagu.

Klop!klop!klop!

Tepuk tangan meriah terdengar memenuhi ruangan pesta. Alaska tersenyum lega ketika semuanya telah selesai. 

"Kamu keren Al, tadi ku pikir kamu lupa lirik dan belum siap buat manggung! Sudah deg degan jantungku!" Loli menghampiri diikuti Galang dan Sintya.

"Ahaha, aku sengaja melakukannya agar kalian semua tegang!" Kata Alaska terduduk di antara mereka.

"Sengaja begitu?" Galang menggodanya

"Jujurly aku kaget denger suara kamu bisa sebagus itu... Yah gak rugi gak untung buat aku si sebenarnya" timpal Sintya sedikit mengakui Alaska.

"Makasih, kamu juga keren kok main pianonya tadi, aku gak bisa lanjut nyanyi kalau piano kamu gak sesuai not nya, maaf ya" Alaska menatap Sintya

"Sebenarnya hal itu sudah sering terjadi diatas panggung, sebagai pemain piano profesional aku sudah terlatih untuk menyesuaikan vokal dan permainan ku" imbuh Sintya berbangga diri.

"Pantas saja kau tidak gerogi saat aku diam sejenak. Tanpa bantuan mu mungkin panggung kita amburadul" 

"Hmm lain kali kamu harus kasih kode kalau mau break sejenak! Biar yang lain ga salah not!" Celetuk Sintya mulai memamerkan senyum.

"Alaska, you are the best vokal! Suara kamu merdu banget tau ga, sampai ada yang terkesima loh tamu undangan nya" Galang bersuara

"Oh ya?" Alaska kaget.

"Iya, Al. Yang mengadakan acara ini juga tadi samperin aku sama El dan tanya tanya soal kamu yang adalah vokalis baru" 

"Emang sebagus itu ya" loli bergumam.

Ia tampak lesu disana.

"Kamu juga keren loli, kamu selalu nyemangatin aku terus mau di backstage atau pun lagi manggung!" Alaska menempelkan pipinya di bahu loli.

"Aww makasih" 

***

"Kak" 

Loli menghampiri El yang terduduk dengan gitarnya masih di pangkuan nya.

"Dari tadi kok banyak diem nya?" Cewek itu duduk tepat di samping El lalu meneguk sebotol air mineral yang ia bawa dan berikan satunya untuk El.

"Kenapa kak?" 

"Gada apa apa"

"Masa?"

"Iya, ga apa apa"

"Kalau gitu senyum dong kak" 

"Males"

"Buat senyum doang, males!"

"Biarin"

Loli cemberut, melihat kakaknya terlihat lesu sejak tadi membuatnya jadi terpikirkan El.

Entahlah, El juga sering begitu.

Tidak jauh dari sana Galang menghampiri Alaska yang terduduk sendirian. Ia duduk di sampingnya lalu menatap Alaska intens.

Alaska yang sadar dengan kehadiran cowok itu langsung buru buru menjauh untuk menghindari tatapan Galang yang sudah sedekat itu.

"Kamu kok bisa se berani itu menatapku?" 

"Kenapa gak berani?" Tanya cowok itu masih memfokuskan matanya pada wajah Alaska.

Alaska mungkin membeku gegara tatapan mata itu. Siapa coba yang tahan dengan kelakuan Galang itu. Sudahlah baru kenalan beberapa hari lalu, eh si Galang sudah sangat berani memperlakukan nya layaknya sudah sangat kenal.

"Galang, kamu sudah punya pacar?" 

"Belum" 

Alaska mendengus nafas kasar. Matanya memutar jengah.

"Harusnya kamu sudah punya pacar di usia segini! Supaya kamu bisa jaga pandangan hanya untuk pacar kamu itu!" 

"Ngeliatin orang sampai segitunya, kamu pikir aku apa?" Kesal Alaska. Galang masih menatap Alaska dengan intens dan lekat. Ia memerhatikan tiap inci wajah nya.

"Ngapain repot repot punya pacar yang lain untuk jaga pandangan, orang pacarku di depan mataku sendiri kok, gausah jaga pandangan lagi kan??" Sembur Galang tanpa rasa bersalah telah membuat Alaska tersedak air minumnya.

"Uhuk! Uhuk!" Alaska menekan dada sambil mengatur pernafasan.

"Aku sudah menduganya" Alaska jengah.

"Hehe, kamu cantik banget si soalnya" kekeh Galang.

"Tau ga, cewek seperti kamu diibaratkan menjadi apa??" Tanya Galang.

"Ga tau" Alaska malas dengan tingkah Galang.

"Ibaratnya nih ya, kamu itu seperti beton

 seberat 124,36 kg yang di angkat sama orang kurus!" 

Alaska mengernyit dahi. Maksudnya berat karena gendut? Masa si.

"Ga kuat, terlalu cantik! Manis, imut!" Seloroh Galang dengan wajah gemas. Alaska tertawa sampai wajahnya memerah. Tak habis pikir, untung Alaska dapat mengontrol diri agar tidak memukul Galang saat tadi tertawa.

"Makin cantik kalau lagi ketawa, cius!" 

"Kalau aku jadi pacarmu, sudah dari lama aku gigit pipimu itu" 

Seketika Alaska terdiam. Menatap Galang dengan sorot penuh takut. Galang ini orangnya agak agak.

"Kenapa kamu nanyain aku sudah punya pacar atau belum?" Galang penasaran

"Cuma mau tau saja, soalnya cowok modelan kamu ini pasti ga punya pacar!" Ledeknya

"Tau aja aku lagi gak punya pacar, kiw kiw lagi free nih gaet dong" 

Goda Galang mengerlingkan sebelah matanya. Senyuman mautnya membuat Alaska tertawa geli. Galang bersumpah dalam hatinya dan yakin bahwa ia akan membuat gadis seperti Alaska bahagia. 

"Kak, kenapa dilihat doang?" Loli menghinggapi tangannya pada bahu El.

Cowok itu berdiri dengan pandangan tertuju pada Galang dan Alaska. Loli meliriknya meminta jawaban atas pertanyaan nya.

"Mau mu apa?" 

"Ya gerak dikit lah, kalau suka bilang, jangan di pendam doang, ntar sakit nanges! Meler pula tu" loli meledek dan perkataan nya itu sukses membuat El kesal.

"Siapa juga yang suka sama Alaska! Jangan sok tau" El mendengus kesal.

"Masa si gak suka, semenjak Al bergabung di band kita, kau sendiri jadi lebih sering melihat Alaska dalam diam! Ngaku deh!!" Semprot adiknya itu

"Aku sudah punya pacar! Kamu juga tau itu" 

"Dan aku juga tahu kalau kau tidak mencintai Meera!" 

Kata kata loli menerobos telinga El dan membiarkan nya sadar akan apa yang terjadi sebenarnya. 

El menatap loli yang terlihat serius. Menelan ludah sebelum kembali menandas perkataan loli.

"Beritahu aku, kau tidak punya rasa sedikitpun pada Meera kan? Ngaku saja kak, jangan pilih bertahan dan bohongi perasaan mu! Kalau aku jadi kau, ku putusin saja Meera dan beralih pada Alaska!" 

El mencermati kata kata loli yang ada benarnya juga. Ia memang tidak punya perasaan apapun pada Meera sejak awal pacaran. Hanya karena Meera seseorang yang telah menolong adiknya dulu, ia malah menerima Meera menjadi pacarnya. 

"Kenapa kau bilang begitu? Meera itu sahabat mu kan?" 

"Bukan sahabat, tapi orang yang MUNAFIK" 

El terdiam ketika melihat raut kebencian diwajah loli adiknya. Mungkin saja loli sedang tidak baik baik saja dengan Meera sehingga ia bisa berkata jelek soal sahabat nya sendiri.

Loli pergi dari sana. El kembali melihat kedepan dimana Alaska dan Galang Masih asik bercanda

~~

Meera buru buru memasuki kelasnya mencari keberadaan loli. Pagi ini gadis itu tidak menemukan loli Dimana pun saat ia sampai di sekolah. Ketika pencarian nya berujung di gerbang sekolah dan kedua matanya melihat loli baru saja datang bersama dengan Alaska dan mereka tampak sangat akrab dibanding sebelumnya. Bukan cuma itu, ia juga melihat El berjalan anteng di belakang mereka. El melihat Meera namun malah mengabaikan nya dan memilih mengikuti loli dan Alaska menuju barisan yang semakin ramai.

Meera ingin memanggil nya tapi El keburu pergi dan seolah tidak pernah melihatnya disana. Beberapa hari ini Meera memang jarang bertemu dengan El dan untuk sekedar menanyakan kabarnya saja pun tidak. Pikir Meera mungkin El marah hanya karena itu.

"El sayang" Meera bergelayut di lengan El dengan manja membuat keramaian hanya melirik sinis pada keduanya.

El berpikir mungkin perkataan loli semalam ada benarnya. El sendiri juga tidak paham dengan perasaan nya sendiri. Apakah ia tidak mencintai Meera sama sekali? 

Meera yang menunjukkan sisi manjanya pada El sama sekali tidak mengundang perhatian cowok itu. Malahan El terlihat tidak nyaman.

"Sayang, kok kamu mukanya gitu?" 

Menyadari wajah El beda dari biasanya, Meera mulai mempertanyakan nya.

"Meera jangan buat ulah" ujar El sambil melepaskan tangan Meera darinya.

"Ulah? Kok ulah sayang? Aku gak lagi berulah" Meera semakin mempererat pelukannya dan El semakin dibuat tidak nyaman. Apalagi orang orang disana pada ngeliatin mereka.

"Lepasin aku sekarang juga!" El memelototi nya. Meera pun dengan hati kacau melepasnya. Ia bingung mengapa El bersikap begini. Meskipun setiap hari El tidak terlalu menunjukkan sisi hangat sebagai pacar hari ini El semakin menunjukkan kebencian nya pada Meera.

"El, kamu kenapa marah?"

"Aku ga marah"

"Kok nada suaranya tinggi"

"Sudah tidak usah dibahas, ga liat apa semua orang pada ngeliatin kita?"

"Apa salahnya? Kan kita pacaran dan mereka semua sudah pada tahu hubungan kita!" 

"Dan kau mau mempertontonkan nya didepan mereka? Seperti acara sirkus, mungkin kau suka tapi aku tidak" El beringsut pergi dengan angkuh meninggalkan Meera dengan sejuta kemarahan yang ia tahan.

"El kenapa lagi sih! Kalau sudah cuek jangan di tambah dengan galak dong!" Rutuknya sendirian.