webnovel

savior of lov

Alaska gadis pendiam yang dikira bisu di sekolah nya. menjadi sasaran bullying sudah ia lakoni sejak lama, tanpa ada pembelaan sama sekali. ketiga pemuda yang seolah-olah adalah hero untuk nya datang berangsur angsur untuk menyelamatkan kehidupan sekolah nya yang jauh dari kata baik. mereka adalah Gara, fagan, dan El niat nya hanya membantu karena tidak tega. tapi, semakin lama semakin menjadi. mereka jatuh cinta pada Alaska who the winner? winner of the heart break? ~ Alaska with the prince ~

Matapenaku · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
18 Chs

ke pesta mantan 2

Galang dan El sudah selesai siap siap. Mereka sedang menunggu gadis gadis selesai berdandan di ruang tamu. Keduanya duduk dengan menyibukkan diri dengan ponselnya masing masing. El juga kelihatan cukup rapi malam ini, dengan setelan Jaz dan bawahan celana hitam. 

Sebenarnya cowok itu tidak berniat menghadiri acara pesta ulangtahun Meera. Ia baru saja putus dengan cewek itu. Jelas sekali bahwa dirinya tidak ingin bertemu lagi dengan Meera. 

Kalau bukan karena ayah nya Meera yang memesan band mereka, mana mungkin El mau pergi ke acara seperti itu. El yakin Meera lah yang meminta ayahnya untuk memesan band mereka. Cewek itu benar benar merepotkan.

Galang sibuk dengan ponselnya menunggu loli dan Alaska selesai bersiap siap. Ternyata lama juga ya menunggu cewek cewek rempong seperti mereka.

"Lang," 

Cowok yang berbaring di sofa itu berdehem. Ia tidak peduli dengan pakaian yang ia kenakan hampir kusut.

"Apa nggak bisa di cancel saja manggungnya? Aku merasa tidak enak badan" 

El sedang mencari alasan. Ia tidak ingin menghadiri pesta ulangtahun Meera. Kalau dia ada di sana yang ada cewek itu akan terus menempel padanya. Ketika El membayangkan hal itu ia begitu enggan untuk kesana.

"Tiba tiba,? Mana coba" 

El meraba kening El. Kening itu tidak hangat sama sekali.

"Nggak panas, nggak usah banyak alasan! Profesional dong jadi orang, giliran Meera aja di tolak. Duit tetep duit, El" 

El pasrah. Kata Galang benar juga. Ia harus jadi member yang profesional dalam pekerjaan nya. Mereka juga di gaji jadi tidak ada yang merugikan jika mereka tetap pergi ke acara itu.

"Hai gais!" 

Loli dan Alaska sudah turun dari tangga. Seketika itu, pandangan Galang dan El hanya tertuju pada Alaska saja. Ia cantik bak bidadari di malam hari. Bagaimana mungkin tidak ada yang terkesima dengan gadis cantik seperti Alaska.

"Astaga, Alaska kamu cantik sekali!" 

Galang menutup mulut dengan ekspresi kagetnya. Alaska tersenyum manis melihat reaksi Galang. El juga kaget namun tidak seperti Galang yang sangat ekspresif. El terlihat mengagumi Alaska malam ini.

"Terimakasih ya Galang, kamu juga ganteng" Alaska balas memujinya. Galang memang ganteng sekali malam ini, dia seperti model pria di internet. Saat Alaska melirik El. Cowok itu hanya menundukkan kepalanya untuk memperbaiki kerapian pakaiannya.

"Kak, bagaimana penampilan ku?" Loli tersenyum senang menunggu pujian dari El.

"Cantik" 

Meski singkat, loli tetap senang mendengarnya

"Kamu juga cantik banget loli, pasti satpam di depan terpana melihat kamu" ujar Galang membuat loli terdiam dengan emosi.

"Nggak,nggak. Becanda doang kok!" 

"Tau ah" loli melipat tangan di dada. Kesal sekali dengan sikap Galang padanya. Sudah dandan cantik begini di kira seleranya satpam di luaran sana.

"Profesional dong jadi orang, jangan cuma loli yang kamu ledekin" El berucap.

"Terus kamu mau aku meledek mu juga??" Galang menatapnya songong. 

"Jangan buat aku menjatuhkan harga diri seorang El Karan Johanviera, di depan Alaska" bisik Galang ke telinga El. 

Emosi El meletup letup. Ia kesal saat Galang berkata demikian. 

"Seyakin itu kamu bisa membuat Alaska jatuh hati? Setelah dia tahu kita cuma taruhan. Dia pasti akan sangat membenci kita berdua" balas El ikut berbisik.

"Aku pandai menjaga rahasia. Lagi pula aku sudah benar benar menyukai Alaska, bukan seperti mu yang hanya modal taruhan doang!" 

Galang dan El menatap tajam satu sama lain. Sejak malam dimana mereka menyatakan bertaruh untuk Alaska jatuh hati pada salah satu di antara mereka. Kedua pemuda itu tidak pernah akur lagi di manapun dan dalam situasi apapun itu.

"Kalian berdua kenapa bisik bisik? Pekerjaan itu biar setan saja yang lakukan" tegur Alaska dengan suara lembut. Galang terkekeh kecil.

"Kau benar Alaska. Pekerjaan itu sudah El lakukan jadi kau bisa menebak siapa setannya kan?" Tanya Galang dengan maksud menyindir El. 

"Hey ngomong jangan sembarangan! Orang kau juga ikut berbisik kok tadi! Kau juga yang mulai" El tak ingin kalah apalagi melihat wajah Galang yang benar benar menjengkelkan. Dia pikir dia sudah menang apa.

"Sudah sudah. Jangan dibahas lagi, maaf ya sudah bilang begitu tadi." Alaska meminta maaf. Mungkin saja karenanya kedua sahabat itu bertengkar.

"Jangan salahkan dirimu seperti itu Al. Orang kami berdua yang salah" Galang berujar lembut.

El masih kesal. Salah besar ia meladeni sikap Galang yang seperti ini terus menerus. El bergegas pergi dari sana mengikuti kemana loli pergi tadi. 

"Sintya mana?" Loli bertanya ketika El melewatinya.

"Tanya tuhan!" Dengan kesal El memasuki mobil duluan.

"Dih, kenapa si dia? Judes banget" loli tak habis pikir kakaknya itu kenapa. Mungkin sedang PMS. Pikir nya.

"Loli, El kenapa?" Alaska menyusulnya lalu berjalan di sampingnya menuju mobil yang sama dengan punya El. Mereka akan pergi dengan mobil itu.

"Nggak tahu, kayaknya lagi kesal sama Galang deh" 

"Aku pikir kenapa" 

Sebelum pergi, Alaska, loli, dan Galang berpamitan dahulu pada bunda. 

"Hati hati di jalan ya, nyetirnya hati hati. Oh iya El mana?" Bunda mengelus rambut loli saat puterinya itu menciumi punggung tangannya.

"El sudah duluan ke mobil, bund. Kalau begitu kita pergi sekarang ya" pamit loli.

"Hati hati. Nak Al, Galang" panggil bunda pada Galang dan Alaska yang berdiri berdampingan dibelakang loli.

"Iyaa bunda" serempak Alaska dan Galang menjawabnya. Bunda jadi tersenyum gemas.

Selesai berpamitan, bunda di tinggal sendirian dirumahnya. Mereka sama sama menuju mobil dan memasukinya.

Didalam ada El yang duduk menunggu di kemudi depan.

"Kenapa lama sekali?!" Kesal El.

"Saliman sama bunda dulu tadi, kak kenapa nggak Saliman sama bunda dulu" 

El terdiam. Tak menunggu lama ia keluar dari mobil untuk mengejar bunda dan mencium tangannya. Setelah itu ia kembali lagi saat Galang dengan isengnya sudah menyalakan mobil duluan sehingga El harus dengan sedikit berlari meminta Galang mengentikan mobilnya.

"Gila! Mau tinggalkan aku?" Kesal El.

"Ya makanya jangan lama lama, rasakan!" Galang tertawa mengejek melihat El mengais mobil untuk segera berhenti.

"Kurang ajar, mau berantem??" El sudah mencengkeram kerah baju Galang begitu masuk kedalam mobil dan duduk di sampingnya. Wajahnya pun sudah memerah karena emosi.

"Kak! Ngapain? Mau berantem? Turun aja sekalian nggak usah ikut! Nyusahin banget kalian berdua!" Kini loli yang kesal akibat tingkah dia pemuda kekanak Kanakan itu. 

Yang satunya tukang jahil dan yang satu lagi emosian. Lalu harus menghadapi mereka dengan cara apa?

"Galang, El tolong kalian berdua jangan dulu bertengkar" Alaska bersuara membuat El sempat meliriknya sekilas lalu melepas cengkeraman tangannya dari Galang.

"Nggak usah ikut campur" kata El. Alaska terdiam mendengar ucapan El yang terdengar sinis padanya.

Galang melirik Alaska yang menunduk. Sebenarnya ia tidak terima ketika Alaska di perlakukan begitu apalagi oleh El. Menyebalkan sekali.

"Nyetir cepat! Malah diam saja!" Loli bersuara nada tinggi. El pun diam saja di tempatnya duduk. Sementara Galang mulai menyetir mobil.

Singkatnya mereka sudah sampai di tempat acara. Ulang tahun Meera kali ini cukup mewah, serta banyak undangan yang datang ikut memeriahkan. Alaska melihat ada Sintya bersama seorang cowok yang sangat tampan. Mereka terlihat sangat dekat sampai membuat Sintya tersenyum olehnya. 

"Itu Sintya kan?" 

Loli mengikuti arah tunjuk nya Alaska.

"Ah iya benar. Sintya sudah duluan kesini rupanya, sama Michel ya?" 

"Michel?" Alaska mengernyit dahi.

"Iya, Michel itu pacarnya. Kamu bisa lihat sendiri" 

"Ah iya" 

"Halah, cowok brengsek itu lagi?" Galang ikut nimbrung. Kali ini ia juga menjelekkan nama Michel. 

"Kenapa kamu bilang begitu?" 

"Dia kan memang cowok brengsek!" 

"Kamu ngiri ya?" Goda Alaska menunjuk wajah Galang.

"Ngiri? Ngapain?" 

"Ngiri sama kedekatan Michel sama Sintya!" 

"Nggak, ngapain ngiri sama mereka. Aku kan sudah punya kamu. Lagian aku kasihan sama Sintya yang di peralat terus sama si brengsek itu!"

Galang membawa mobil menuju parkiran dan mereka berempat turun disitu.

"Astaga, Galang stop ngomong begitu, jangan bikin anak orang terbang terlalu tinggi" imbuh loli ketika melihat Alaska tak mampu menahan senyum.

"Asalkan terbang tinggi nya sama aku, kalau jatuh ada aku yang tangkap " goda Galang pada Alaska saat El masih terduduk di samping nya dengan wajah kusut.

"Galang kamu ya!" Alaska menunjuk wajahnya.

"Hehehe, kenapa si bidadari ku? Salting ya?" Melihat wajah Alaska tersipu. Lama lama El kesal juga melihat tingkah Galang yang sok asik pada Alaska. Padahal belum lama ini Galang mengenal Alaska.

Sintya melambai tangan kearah keempat anak muda itu. Mereka pun menghampiri Sintya dan Michel. Seperti dugaan, Galang terlihat sangat tidak suka dengan Michel. Sebenarnya bukan cuma Galang saja tapi El juga. Mungkin di masa lalu nya El dan Galang sempat punya masalah dengan Michel sehingga saat bertemu ketiganya kelihatan tidak rukun.

"Hai El, Galang" sapa Michel mencoba ramah kepada mereka saat ada Sintya disampingnya.

Michel menjulurkan tangannya ingin berjabat dengan El dan Galang namun serempak kedua pemuda itu hanya melirik tangannya tanpa berniat menjabat tangan itu. Terpaksa Michel kembali menarik tangannya dengan canggung.

"Wawh. Kalian kelihatan cantik dan berkilau ya malam ini!" Puji Sintya melempar pandang pada loli dan Alaska. 

"Kayaknya cuma aku yang berbeda dari yang lain?" Sintya kembali memperhatikan gaunnya yang terlihat beda sendiri dari pada member yang lain. 

"Apa aku ganti baju saja?" Tanya Sintya.

"Nggak perlu. Kamu cantik dengan gaun itu, pakai itu saja" ucap Alaska.

"Tapi kelihatan berbeda dari kalian, apalagi kita bakal manggung sebentar " 

"Nggak apa apa. Kalau kamu percaya diri, kamu pasti bisa" 

Sintya berbisik dalam hati perkataan Alaska seolah dirinya tidak pernah percaya diri saja selama manggung.

"Yasudah deh. Karena kamu bilang cantik, aku nggak akan ganti baju lagi" ucap Sintya tersenyum.

"Oh iya, Al. Kenalin ini pacarku namanya Michel!" Sintya mengenalkan Michel pada Alaska. Rupanya pria itu sejak tadi sudah terpikat dengan Alaska. Ia terlihat terpesona pada gadis itu malam itu juga.

"Hai, Alaska" Michel menjulur tangan.

"Hai, Michel" Alaska menjabat tangannya namun Michel tak kunjung melepaskan Alaska takut Sintya melihat ini dan bisa jadi salah paham.

Galang mengerti dengan situasi. Lelaki bejat macam Michel harus di beri pelajaran dulu.

"Sudah cukup, jangan pegang tangannya terlalu lama" ucap Galang menegur Michel yang gelagat nya seperti orang cabul saja.

"Eoh sorry" ujar Michel tersenyum pada Alaska.

Mereka semua yang berkumpul disana melihat ke arah munculnya Meera di atas altar. Dia terlihat cantik dan berkilau. Malam ini adalah pesta ulangtahun yang ke 18 untuk Meera. 

Di sana juga sudah ada Arjuna yang menggandeng seorang wanita anggun yang hanya terlihat belakang nya saja. Alaska penasaran siapa wanita yang bersama dengan Arjuna di sana.

"Teman teman, aku kesana sebentar ya" Alaska dengan sedikit berlari menghampiri Arjuna dengan pasangan nya. Arjuna tersenyum melihat gadis muda itu yang juga terlihat sangat lah cantik. 

"Hai Alaska!" Arjuna menyebut nama Alaska membuat wanita bergaun merah di samping nya ikut melihat kearah Alaska. Alangkah terkejutnya mereka berdua ketika Alaska tahu Rheya adalah wanita yang berpasangan dengan Arjuna.

"Rheya sedang apa kau disini!!?" Tanya Al kaget.

"Kamu yang sedang apa disini!?" Rheya balik bertanya. 

"Ini kan pesta ulangtahun Meera, wajar jika aku ada disini, kau yang sedang apa disini bersama kak Arjuna" 

"Hellow! Arjuna sendiri yang mengundang ku ke acara pesta ulang tahun adiknya, ya! Bukan cuma kamu" 

"Kak Arjuna juga mengundang kakakku?" Tanya Alaska pada Arjuna.

"Iya dong. Apa salahnya? Rheya juga adalah pacarku sekarang" Arjuna tersenyum mengatakan hal itu begitupun Rheya sementara Alaska kagetnya bukan main.

"Jadi kalian berdua sudah berpacaran??? Hah!" Alaska kaget. 

"Hah hoh hah hoh, memang benar kami sudah berpacaran! Apa ada masalah? Apa kamu juga suka sama Arjuna??" 

"Enggak! Tapi" 

"Yasudah kalau enggak!" 

Alaska masih kaget di tambah lagi seseorang menyenggol bahunya membuat nya oleng dan hampir jatuh. Untung saja tubuh itu terjatuh dalam dekapan El sehingga Alaska tidak jatuh menubruk lantai.

Pandangan mereka bertumpu cukup lama. El mengamati setiap inci wajah alaska yang sangat dekat. Alaska juga mengamati wajah El yang sangat tampan itu. Ini kesempatan yang indah yang pernah ada.

"Eh maaf!" Alaska harus mendorong El sedikit membuat El juga tersadar bahwa ia sudah cukup lama menatap Alaska. Pelayan yang tadi tidak sengaja menyenggol Alaska pun meminta maaf pada keduanya.

"Nggak apa-apa" ujar El pelan. Rheya tersenyum menggoda Alaska yang sedang Canggung. Sementara Arjuna hanya mengamati mereka.

"Eh Alaska kamu okey?" Galang menghampiri bersama loli Sintya dan Michel. 

"Aku okey" 

Rheya melihat sebegitu banyak teman teman Alaska iapun sangat senang mengetahui adiknya dikelilingi banyak teman.

Alaska dan El sama sama melihat gerak gerik Michel. Mungkin benar kalau cowok itu brengsek soalnya tatapan matanya terus tertuju pada Rheya yang pakaiannya cukup seksi malam ini. Dasar jelalatan.

"Lain kali hati hati ya!" Imbuh Galang.

"Siap" Alaska tersenyum.

Meera mendadak kesal ketika melihat El sedekat itu dengan Alaska. Belum pernah ia rasakan dipeluk oleh El selama berpacaran tapi Alaska dengan sangat mudah mendapatkan nya dari El. Ayahnya Meera menggandeng tangan Meera menuju depan meja yang berisi kue ulang tahun yang sangat besar dan mewah. Seketika pandangan tamu undangan hanya tertuju pada mereka yang ada di atas altar.

"Happy birthday puteriku sayang!" Kata ayahnya mengecup kening sang Puteri.

"Terimakasih pah" 

Meera mulai memotong kue nya ketika banyak orang bersorak untuk memotong kue. Meera menyuap satu potong kue pada ayahnya kemudian ibunya. MC acara menanyakan padanya untuk suapan ketiga. Bukannya menyuapi Arjuna, Meera malah membawa kue itu untuk menyuapinya pada El. El menyadari kedatangan Meera dengan senyum merekah itu namun El segera menggandeng tangan Alaska dengan erat lalu pindah dari sana. Meera membelalakkan matanya melihat El pergi menjauh sehingga Arjuna lah yang melahap kue yang dibawa Meera. 

"Horee!" 

"Selamat ulang tahun adikku sayang" Arjuna membelai rambut Meera kebelakang. Meera hanya tersenyum meski hatinya sedikit teriris.

Alaska melirik tangannya yang di genggam El cukup erat. Mengapa El melakukan itu? Apakah ia ingin membuat Meera cemburu?

"Maaf, tapi izinkan aku memegang tanganmu seperti ini sampai acaranya selesai" El berucap tanpa melirik Alaska di sampingnya.

Alaska paham dan memilih diam saja saat El justru malah ingin memeluknya seperti sepasang kekasih. Banyak pasang mata yang terkejut melihat itu. Bahkan Galang yang sudah mulai emosi.

"Kurang ajar anak itu" gumam Galang mengepal tangannya kuat. 

Alaska memejam kedua matanya ketika El ingin mencium bibir nya. Mereka sangatlah dekat sampai jantung Alaska rasanya mau copot. 

El menatap Alaska yang gugup. Ia tidak benar benar menciumi gadis itu ia hanya melakukan nya agar terlihat seperti sedang mencium namun ia tidak benar benar melakukan itu.

"Maaf, aku tidak melakukan nya kok" bisik El pada Alaska yang memejam mata kuat.

"El!" Meera menghampiri mereka berdua lalu memisahkan keduanya kasar.

"Kamu apa apaan si! Sengaja kamu ngelakuin itu!??" Meera marah dan kedua matanya berembun. 

"Kenapa kamu menciumnya? Yang pacarmu disini aku bukan dia! Bukan Alaska!!" Kesal Meera menatap lekat wajah El.

"Tolong ya, ini hari ulang tahunku, jangan buat aku sedih. Kenapa kamu melakukan itu El! Jawab!" 

El tetap diam sambil mengeratkan genggaman tangannya pada Alaska. Gadis disampingnya benar benar bingung dengan drama ini. Ia harus bagaimana.

Galang dan loli benar benar kaget dengan apa yang di lakukan El saat itu. Sementara Rheya dan Arjuna sudah menganga di tempat. Adik kesayangan mereka sudah di renggut ciuman pertama nya. Oh tuhan!

"Meera, kamu bukan pacarku lagi! Bukannya aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita tadi siang?" Kata El.

"Apa!? Jadi kamu mau putus dariku? Kamu gila ya! Aku kan tidak bilang iya!" 

"Pokoknya kita sudah putus! Dan Alaska sudah menjadi penggantimu! Dia pacarku sekarang, kami sudah berpacaran " kata El membuat Alaska terlonjak kaget dengan apa yang ia dengar barusan dari mulut El.

"Goblok! El apa apaan!" Maki Galang saat itu.

Loli menahan pergelangan tangannya agar Galang tidak menambah ricuh suasana.

"Jangan gegabah Galang, biarkan saja dulu" 

Galang diam ditempat nya meski hatinya terbakar api cemburu. 

"Alaska, katakan, itu tidak benar kan! Kalian tidak pacaran kan? Kau tahu aku ini pacar nya El! Kenapa kau tidak menjawab???" Meera mencengkeram dagu Alaska kuat hingga gadis itu merasa kesakitan.

"Meera lepas!" El menghempaskan tangan Meera dari Alaska. 

"I-iya aku memang sudah menjadi pacarnya El" ucap Alaska pelan dan hanya Meera dan El yang mendengar. Orang orang yang menyaksikan keriuhan itu tidak dapat mendengar jelas apa yang Alaska katakan. Meera benar benar kesal dan sakit hati.

"Apa!?? Kalian sudah gila ya!!! El tolong jangan begini mau tahukan aku sedang ulang tahun hari ini" Meera menatap penuh permohonan pada El berharap El hanya melakukan prank untuknya.

"Kalau begitu, selamat ulang tahun ya, aku dan Alaska turut berbahagia!" El menarik Alaska pergi dari sana. Meera benar benar emosi dengan apa yang ia alami saat itu.

"Aaarghhh!!!" Pekik Meera frustasi. 

El membawa Alaska pergi dari sana. Alaska melepas tangan El kesal lalu menatapnya penuh pertanyaan.

Bisik bisik terdengar, Meera malu dan kecewa. Ia benar benar membenci Alaska mulai saat itu.

Video demi video terupload ke sosial media. Dengan caption "cinta segitiga" yang mereka sertakan.

"Kau kenapa El?" Alaska mendongak padanya

"Maaf"