webnovel

savior of lov

Alaska gadis pendiam yang dikira bisu di sekolah nya. menjadi sasaran bullying sudah ia lakoni sejak lama, tanpa ada pembelaan sama sekali. ketiga pemuda yang seolah-olah adalah hero untuk nya datang berangsur angsur untuk menyelamatkan kehidupan sekolah nya yang jauh dari kata baik. mereka adalah Gara, fagan, dan El niat nya hanya membantu karena tidak tega. tapi, semakin lama semakin menjadi. mereka jatuh cinta pada Alaska who the winner? winner of the heart break? ~ Alaska with the prince ~

Matapenaku · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
18 Chs

dia melihat tidak peduli

Galang sudah pulang dan Alaska pun masuk kedalam rumahnya.

Sambil menunggu kakak kakaknya pulang, Alaska sibukkan diri dengan bernyanyi sambil mengerjakan tugas tugas yang menumpuk.

Pukul 17.00 WIB

Alaska ketiduran di meja belajar nya. Tami dan Rheya pulang bersama sambil menenteng beberapa paper bag.

Tami memasuki kamar dan mendapati adiknya ketiduran. 

"Rhey!" Panggil Tami masih berdiri di ambang pintu melihat kearah adiknya.

"Lihat adikmu" 

"Adikmu juga" 

"Suruh tidur di kasur, gih" 

"Nanti kalau dia kebangun nanti nggak mau tidur lagi" 

Rheya mendekat lalu menarik selimut menutupi tubuh Alaska. 

"Ada cincin, mi" Rheya notice pada cincin perak yang terlihat cantik. Juga buku buku yang terlihat masih baru dan wangi.

"Sejak kapan Al suka sama perhiasan?"

"Kita nggak banyak tahu soal Alaska, mungkin sejak dulu" 

"Apa cincin ini dari pacarnya?" Rheya terus memperhatikan cincin itu.

"Sejak kapan dia punya pacar?" Tami mendekati dan ikut memperhatikan cincin itu.

"Kita nggak tau" 

Melihat Alaska menggeliatkan tubuhnya Rheya dan Tami spontan menjauh. Takut di kira ngambil barang.

"Sedang apa?"

"Nggak ngapa ngapain "

"Simpan cincin nya!" 

"Okay" Rheya kembali menyimpan cincin itu di tempat semula. Baru bangun tidur tapi Alaska malah jadi galak. 

"Kamu sudah makan siang, Al?" 

"Belum"

"Kenapa nggak masak? Pemalas!"

"Yap bener, aku lagi malas jadi nggak masak. Kalian yang punya pekerjaan itu bawakan makanan dong!" 

"Ada tuh di meja" 

Alaska berjalan ke arah meja dengan wajah kusut. Ia langsung membuka paperbag dan menemukan berbagai makanan di sana.

"Tumben" 

"Apanya?"

"Bawa makanan sebanyak ini?"

"Karena aku tahu kamu pasti belum makan siang" 

"Tau aja"

"Yasudah makan yang banyak ya, biar belajar nya juga rajin" 

Alaska tak lagi menjawab. Mulutnya terlalu penuh dengan makanan yang ia kunyah.

Rheya dan Tami langsung merebahkan diri di sofa ruang tamu sambil memainkan ponsel. Tiba tiba Alaska berjalan kearah mereka dan membanting diri diatas kedua kakaknya itu.

"Aww!" Rheya merintih sakit. Bagaimana tidak, bobot 50 kilo menimpa tubuhnya yang hanya 40 kilo.

"Al...!!!!" Pekik Rheya. Alaska malah memeluknya dan bergelayut manja di sana.

"Nggak baik marah marah. Sudah malam"

"Aww" 

"Al, kamu itu sudah gede. Itunya juga sudah gede jangan kayak anak kecil dong" 

"Apanya yang itunya?" Alaska mengernyit dahi.

"Punyamu tu loh" Tami melirik dada Alaska. Seketika itu Tami mendapat satu lemparan bantal sofa mengenai wajahnya.

"Dasar kakak mesum!" Pekik Alaska menyilang tangan di dada.

"Grrr kamu ya!!" Tami kesal meremas bantal sofa yang tadi di lempar Alaska. Seperti nya dia bakalan marah.

"Aa... Ada wanita mesum di sini! Help me!" Alaska berlarian di sekitar ruang tamu karena di kejar Tami. Tami menggelitik nya hingga puas dan lagi lagi keseruan mereka tanpa mengajar Rheya ikut serta.

"Heh kalian berdua!" Rheya berdiri.

"Apa?"

"Main nggak ngajak ngajak!" Rheya menerjang keduanya lalu menggelitik Alaska sampai puas. Alaska tertawa terbahak bahak sampai sakit perut karena Rheya dan Tami tak henti hentinya menggelitiki perutnya

***

Pagi telah tiba. Ketiganya menjalankan rutinitas tiap pagi. Setelahnya mereka bersiap ke tempat kerja masing masing. Hari ini juga hari Jumat, hari yang paling di tunggu tunggu siswa sekolahan.

"Al, sudah siap?"

"Hm" 

Alaska berdiri setelah memakai sepatu. Ia di bonceng Rheya kali ini dan Tami langsung ke tempat kerja nya.

"Al, nggak terjadi apa apa kan di sekolah kamu?"

"Kenapa bertanya begitu?"

"Emangnya salah bertanya?"

"Enggak"

"Tinggal jawab apa susah ya si?"

"Banyak yang terjadi. Merepotkan"

"Nggak repot kalau ada Gaara?" 

Deg!

Alaska hampir lupa bahwa di dunia ini pernah ada yang namanya Gaara.

Dimana cowok itu sekarang. Selepas kejadian kematian Karina dan dara, cowok itu tidak pernah terlihat lagi. Katanya pergi sebentar tapi tidak pernah balik lagi. Apa yang terjadi pada anak itu.

"Kok diam, Al?"

"Males ngomong"

"Jangan suka diam sendiri, nanti kesambet" 

"Iya nanti ku ajak temanku untuk diam bersama supaya nggak kesambet. Gitu kan?"

"Hahh terserah kamu lah" Rheya pasrah. 

Motor nya berhenti di depan sekolahan Alaska. Setelah mencium takzim, Alaska memasuki barisan yang semakin ramai dengan kedatangan siswa siswa lain.

"Alaska..!" 

Cewek itu melihat loli dari kejauhan sedang berlari dengan merentangkan tangannya.

"Ngapain dia?" 

Di belakangnya ada El yang selalu cool. 

Ia jadi ingat peristiwa kemarin. Ia tahu pasti Galang dan El sengaja bertaruh sesuatu hal.

"Hai Alaska!?" 

"Hai, loli" 

"Tadi aku ketemu kakakmu loh di depan"

"Oh ya"

"Iya, cantik ya kakakmu" 

"Makasih "

"Btw, kemarin aku nggak melihat kamu di sekolah, kamu kemana?"

"Kamu yang kemana, aku terus di sekolah sampai pulang" 

"Kok kita nggak ketemu ya" 

"Tanya tuhan" 

"Astaga Al!" Loli menepuk pundak alaska saling gemesnya dengan kata kata Alaska barusan.

"Nanti malam kita manggung lagi" 

Alaska menatap loli.

"Waw, cepat banget" 

"Iyah, kali ini Meera pasti ikut" 

"Memangnya kenapa kalau Meera ikut?"

"Nggak papa, cuma nggak seneng aja" 

Alaska tak menggubris perkataan loli yang sebenarnya membuat ia bingung. Mungkin akhir akhir ini hubungan pertemanan loli dengan Meera sedang tidak baik. Apa sesuatu itu terjadi karena nya? Ah bodo amat lah.

"Alaska, sepulang sekolah nanti ke rumahku ya" 

"Okay"

"Nginep kalau bisa"

"Nggak" 

"Kenapa? Takut nggak di izinin?"

"Lagi nggak bisa aja, oh ya. Loli aku mau bertanya satu hal" 

"Apa?"

"Kamu tahu cowok yang bernama Gaara? Dia sekolah di sini!" 

Loli terdiam sejenak. Berpikir. Banyak nama orang yang tersusun di lemari otaknya sayangnya nama gaara tidak tercantum disana.

"Nggak kayaknya" 

"Hmmph, yasudah deh" 

Alaska mengerucutkan bibirnya. Memang loli tidak tahu menahu.

"Aku tahu!" 

Alaska terkejut saat Galang melompat di sampingnya. Seperti hantu kodok.

"Tahu apa?" 

"Tahu siapa itu Gaara" 

"Benarkah?" 

"Iya! Chagiya!" 

Alaska terdiam menunggu sampai Galang berbicara lagi.

"Jadi, dia siapa mu?"

"Gaara dulu teman SD ku, Ku harap dia yang kau maksud. Memangnya kenapa kau bertanya soal dia? Kau suka?" 

"Bukan. Aku hanya"

"Hanya apa?" 

Alaska tidak menjawab. Lebih tepatnya bingung mau jawab apa. Ia lantas berpikir sebenarnya Gaara itu siapa didalam hidup nya entah kenapa ia baru menyadari kalau sebenarnya Gaara itu seperti pangeran yang cuma datang sebentar. 

"Tidak usah banyak tanya Galang! Aku berharap banyak kau tidak perlu bertemu Alaska lagi." Loli kesal sendiri.

"Kenapa? Apa masalah mu?"

"Ya karena kau terlalu banyak bertanya! Alaska Bingung mau jawab apa tu" 

"Yasudah tidak perlu di jawab." Galang menatap Alaska yang menundukkan kepalanya. Mungkinkah ada sesuatu antara Alaska dan Gaara?.

Barisan di bubarkan. Dan kini seluruh siswa sekolah itu berhambur menuju kelasnya masing masing. Ketika loli dan Galang telah pergi ke kelasnya, Alaska sendirian menuju kelasnya sendiri. 

Sejak tadi menunduk terus, kini Alaska melihat Nara sedang berdiri di depan pintu seperti sedang menunggui nya.

"Alaska!" 

Nara memegang tangan kanannya. Cewek itu membawa Alaska ke belakang kelas yang sepi. Masih pagi begini suasananya sudah tegang saja.

"Kenapa Nara?"

"Masih berani tanya kenapa?" 

Alaska diam saja dengan sikap Nara ini. Seperti belum pupus juga kecurigaan Nara terhadap nya. Padahal sudah hampir 2 Minggu kematian Karina dan dara.

"Sekarang aku mau tanya sama kamu. Kemana bukti rekaman video nya?" Tanya Nara.

"Masih ada kok" 

"Berikan padaku, aku tidak yakin kau akan memberikan nya pada polisi atau detektif. Biar aku saja"

"Nara, sebenarnya aku sudah melapor dan beri videonya pada detektif Arjuna. Kita tinggal menunggu keputusan kak Arjuna saja" 

Nara terhenyak.

"Tunggu sampai dia datang padaku. Kak Arjuna bilang, dia ingin menjadikan ku asisten nya agar pelakunya cepat tertangkap" 

"Kau terlambat, Alaska!" 

"Iya aku tahu, aku terlambat memberitahu detektif dan Kayla sudah pindah sekolah tapi aku yakin detektif dapat mencari keberadaan nya" 

"Kayla?" 

"Kayla si pembully itu maksudmu? Jadi dia pelakunya?" Seketika Nara naik pitam. Alaska jadi kaget dan mengira kalau Nara sudah tahu siapa pelakunya.

"Iya. Kayla yang memaksa Karina mendorong dara lalu Kayla sendiri yang mendorong Karina sampai mati" 

"Kurang ajar! BEDEBAH SIALAN kurang ajar sekali Kayla itu!" Maki Nara. 

Ia terlihat frustasi. 

"Nara, maaf" 

"Tidak perlu minta maaf! Aku tahu kau takut, kau juga seorang korban pembullyan kan. Jadi wajar saja. Tapi tetep saja kamu akan aku cap sebagai dalang dari kematian Karina dan dara!" 

"Kok begitu?"

"Sebelum Kayla tertangkap! Akan terus begitu" 

Alaska menghela nafas berat.

"Tenang saja Nara. Aku janji Kayla akan bertanggung jawab atas perbuatannya"

"Aku pegang janjimu" Nara pergi dari sana untuk kembali ke kelasnya. Alaska juga sama dan mereka kembali bertemu di kelas untuk menerima pelajaran sekolah. 

Apa kabar dengan Bu Lusia yang masih menaruh dendam padanya. Entah kenapa dengan orang orang itu. Mereka selalu tidak percaya kepadanya. Kali ini Alaska harus membuat bu Lusia percaya kepadanya.

"Baik anak anak, apa ada pertanyaan?" 

"Bu, maaf nanti aku mau bicarakan hal serius padamu" kata Alaska dengan suara pelan.

"Baiklah, ada yang lain?" 

Bu Lusia kembali melanjutkan pelajaran sampai bell isterahat berbunyi nyaring.

"Alaska, apa yang ingin kamu bicarakan sama saya?" Bu Lusia menghampiri nya.

"Maaf sebelumnya Bu mengganggu. Saya hanya ingin ibu percaya pada saya. Saya bukanlah orang yang harus ibu curigai. Tapi demi dara dan ibu bisa percaya, saya akan menangkap pelaku pembunuhan itu segera " 

Bu Lusia diam. Ia tak memberi komentar dan langsung pergi dari hadapan Alaska.

"Ck, kesal sekali rasanya!" Gerutu Alaska ketika Bu Lusia sudah pergi.

"Hai cantik" 

"Ku tebak itu kau!" Alaska memutar tubuh dan mendapati ad El di belakang nya dengan wajah datar.

Alaska pikir yang baru saja bilang 'hai cantik' itu adalah Galang tapi yang muncul malah El.

"Cantik, aku disini!" Alaska kembali memutar tubuh melihat ada Galang di sisi yang lain. Oh astaga cowok itu.

"Jangan pernah berharap kalau El akan memanggilmu seperti itu!" Goda Galang padanya.

"Apaan si" 

"Lihat ini" Galang memamerkan jemarinya pada Alaska. Disana ada cincin yang sama seperti punya alaska tapi punya Alaska sedang diam di rumah.

"Bagus" senyuman Alaska terukir indah.

"Jelas bagus. Kita kan pasangan serasi!" Galang berucap ketika El hendak lewat.

"Galang mau ke kantin nggak?" 

"Mau, yuk barengan" 

"Et et et! Ngapain kalian berdua sedekat itu?" Loli muncul di tengah tengah mereka. 

Rusak sudah rencana Galang kali ini.

"Ngapain hah ngapain?" 

"Kita mau ke kantin loli, mau ikut?" 

"Mau dong! Tapi ini minggir dulu" loli sengaja mendorong bahu Galang agar cowok itu menggeser dari tempatnya.

"Ayo" 

Alaska tersenyum dengan tingkah loli yang menurut nya cukup menggemaskan. Akhirnya tanpa penolakan Galang, Alaska dan loli berjalan bersama menuju kantin. Lain halnya dengan El yang sedang duduk bersama kawan kawan se geng nya.

Ketika melihat ada Alaska, rehan,Adi dan Leo bergegas menghampiri.

"Hey cantik, ngantin yuk" ajak rehan.

"Rehan, tolong pesan menu buat kita dong" pinta loli padanya.

"Siap ibu boss!" Rehan memberi hormat tak lupa dengan senyumannya kearah Alaska.

"Al, jangan ngelamun! Suka ya bilang!" Loli mengibas tangan di depan wajah Alaska yang sibuk memandangi El dari jauh.

"Ck ck, susah ni gue dapetin nya" gumam Galang melihat Alaska begitu fokus memandangi El.

"Gantengan juga gue" kesal nya berjalan menuju meja yang akan di duduki.

Dari jauh Alaska melihat meera mendekat pada El. Alaska terus memperhatikan cewek itu bergelayut manja pada El sementara sang cowok hanya diam dan cukup merasa risih.

El dan kawan kawan nya berjalan kearah kantin dan menduduki meja di samping mereka. Meera juga masih bersama sama dengan mereka. Banyak pasang mata yang terlihat tidak menyukainya mereka berkata dalam bisiknya kalau meera adalah cewek kegatelan.

"Lol" 

"Tambahin i nya dong" 

"Loli"

"Kenapa?"

"Kok aku jarang lihat kamu main sama Meera lagi ya? Cuma satu dua kali doang, kenapa?"

"Nggak tahu, orang dianya sibuk sendiri" 

"Oh aku pikir kalian lagi bermasalah"

"Kalaupun ada, dia yang bermasalah bukan aku" 

"Kok kalian nggak bertegur sapa?"

"Males ah. Kamu aja yang tegur dia"

Alaska menyeruput mie nya. Enak sekali.

"Chagiya, mau minum apa?"

"Alay sekali kamu ini, Galang!" Loli menatapnya tajam sambil menguyah cabe mentah.

"Biarin, ada masalah?" 

"Aku yang dapat malunya" 

"Itu urusan mu, bukan urusanku " 

Loli menahan kesal sambil terus mengunyah cabe. Setelah merasa kepedasan ia pun meminum satu gelas jus jeruk yang ia pesan.

"Tea jus aja. Kamu mau pesanin?" Tanya Alaska pada Galang.

"Okay. Bang tea jus dua!" Teriak Galang pada Abang jualan jus.

"Siap!" Sahutnya.

"Oh iya, kasus kemarin belum tertangkap kan siapa pelakunya? Aku jadi penasaran"

"Itu murni bunuh diri atau ada yang ngebunuh ya?" Tanya loli pada Galang.

"Nggak tahu, dan nggak mau tempe" 

plak!

"ishh sakit loli!" 

"Makanya jangan ngeselin jadi orang!" 

Galang meraba raba kepalanya yang di getok sendok mie. Ada rasa panas yang menjalar di kulit kepalanya.

"Maaf deh"

"Nggak papa, dan nggak mama juga" 

"Galang! Please deh!" Loli yang kesal di buat tertawa oleh candaan konyol nya Galang. Entah lah memang dasar cowok petakilan.

Di meja di samping mereka ada El dan kawan kawan nya yang duduk melingkar. Ada Meera juga yang terlihat sok asik bergabung dalam lingkaran itu.

"Sayang, kamu nggak nanya gitu aku mau pesan makanan apa?"

"Pesan aja"

"Ishh responnya kok gitu?"

"Tinggal pesan aja apa susahnya? Minta Adi yang pesanin gih" El berucap dingin.

"Sini bidadari aku yang pesanin" Adi menggodanya.

"Yaudah sana pesan!" 

Galang kembali mendapat kesempatan untuk membuat lawan taruhannya cemburu. Hatinya geli ingin melihat kekesalan El benar benar memuncak.

"Chagiya!" Panggil Galang pada Alaska.

"Ne?" Sahut Alaska mulai sejalur dengan jiwa Galang yang agak miring.

"Gimana hadiah yang kemarin bagus nggak?" Tanya Galang dengan nada menggemaskan membuat loli yang ada di tengah tengah mereka merasa geli dan jijik.

"Hadiah apa?" 

Galang mengerlingkan sebelah mata berkali kali agar Alaska mengerti dengan maksudnya.

"Ahh iya. Bagus banget Lang. Baru kamu cowok pertama yang kasih aku hadiah terbaik!" 

"Benarkah? Senang deh kamu suka!" 

Loli menggigit sendok. Entah kenapa Alaska juga harus meladeni sikap Galang yang kekanak-kanakan. 

"Lain kali cincin nya di pakai dong, biar kelihatan serasi" Galang terus berusaha

"Cincin apaan? Kalian pacaran?" Loli to the poin.

Hm mati. Alaska harus jawab apa? Kalau jawab iya nanti El salah paham. Kalau jawab enggak nanti usaha Galang hancur.

"Haaaaah kalian itu kenapa si? Makan ya tinggal makan nggak perlu basa basi" kesal loli.

"Yaudah makan sana! Ikut campur Bae!" 

"Ku getok ya!" Loli dengan ancang ancang ingin menggetok nya dengan sendok lagi.