webnovel

savior of lov

Alaska gadis pendiam yang dikira bisu di sekolah nya. menjadi sasaran bullying sudah ia lakoni sejak lama, tanpa ada pembelaan sama sekali. ketiga pemuda yang seolah-olah adalah hero untuk nya datang berangsur angsur untuk menyelamatkan kehidupan sekolah nya yang jauh dari kata baik. mereka adalah Gara, fagan, dan El niat nya hanya membantu karena tidak tega. tapi, semakin lama semakin menjadi. mereka jatuh cinta pada Alaska who the winner? winner of the heart break? ~ Alaska with the prince ~

Matapenaku · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
18 Chs

bergabung

(hati hati dalam membaca, mengandung kata kata kasar/kotor!)

(kita dekat...?)

El yang curiga terhadap Alaska menjadi sedikit was was, ia terus memperhatikan cewek kuncir satu itu hingga Meera yang berdiri di sampingnya pun menyadari kalau pacarnya sedang memperhatikan cewek lain. Meera melihat ada gara di depan Alaska, mereka seolah akrab dan saling dekat. 

"Alaska, ikut dengan ku" ajak gara. 

Dia lembut memegang tangan Alaska. Di saat seperti ini ia mulai berani lebih pada Alaska, ia yakin Alaska juga menikmati meskipun tak ingin mengakui.

Mereka jalan berdua sepanjang koridor seakan lupa dengan apa yang terjadi di belakang. 

"Bagaimana kabar kak Rheya dan kak Tami?" Gara menatap Alaska di sisinya yang terlihat sangat pendek padahal gara nya yang ketinggaian. 

"Baik, mereka semua baik baik saja" Alaska menjawab sekenanya dan pandangan nya terus tertuju ke depan tanpa ada rasa ingin balas menatap gara.

"Bagaimana kabar mu?" Pertanyaan gara membuat Alaska berani menatapnya. Sejenak ia mencerna kalimat itu lalu kembali memikirkan entah bagaimana kondisi kesehatannya.

"Aku yakin kau baik baik saja" simpul gara menjawab pertanyaan nya sendiri. Alaska meneguk ludah ketika rasa masam muncul seketika.

"Gara," 

Dia menoleh. Menatap manik mata Alaska yang berkilau.

"Apakah aku pantas bahagia?" 

Pertanyaan yang dapat membuat hati gara terasa getir. Kasihan juga kepada cewek sok tegar itu padahal sebenarnya ia sangat lah letih dan lemah. 

"Kenapa tidak? Tentu saja kamu pantas dan berhak bahagia!" Gara berujar mantap. Ia mengulum senyum ketika bibir cewek itu sekilas mengulas senyum. Hatinya terenyuh melihat senyuman pahit Alaska.

"Kalau pantas, kenapa tidak dari dulu saja bahagianya? Gara selalu bahagia kan sejak kecil sampai sekarang ini... Sementara Al tidak sama seperti gara. Al harus menerima semua perlakuan buruk dari orang orang yang membenci Al!"

 Ujar Alaska dengan bibir bergetar. Gara semakin mengeratkan genggaman nya menyalurkan kekuatannya pada cewek itu. 

"Setidaknya kau merasakan kebahagiaan dari keluarga mu, Al. Masih ada kak Rheya dan kak Tami kok!" 

"Gara, sebentar lagi aku bisa bahagia seperti yang aku inginkan dulu, sebentar lagi aku bebas... Dan kau juga harus merasakan kebebasan itu bersama ku" Alaska menatap lekat wajah gara. Cowok itu menelan ludah tak menyangka Alaska bisa berkata seperti ini. Dia ingin merasakan kebebasan bersama dengannya.

"Kau tau.... Dulu sekali aku selalu ingin bebas dari keterpurukan... Aku ingin berlari sekuat tenaga melepas beban dan sakit yang kurasakan selama ini sambil memegang tangan orang yang ku cintai... Aku,....aku ingin itu terjadi!" Alaska berkata dengan mata berkaca kaca. Gara melirik genggaman tangan Alaska yang kian kencang. Apakah Alaska ingin bersama dengannya atau hanya sekedar berdialog saja kala ia sedang ingin berkeluh kesah. 

Alaska sama sekali tidak menyadari bahwa gara memiliki perasaan padanya yang muncul tiba tiba. Sementara didalam benaknya hanya di penuhi bayang bayang El. Ia ingin El yang berlari bersama nya melepas beban dan sakit... Namun, kini gara lah yang harus menerima beban dan sakit itu jika benar Alaska menaruh perasaan pada orang lain...

"Hmmph... Al, aku berjanji aku akan selalu ada di samping mu sampai beban dan sakit yang kau rasakan dapat hilang dan kau bisa berlari sekencang mungkin bersama dia yang kau maksud.." 

Alaska menoleh padanya lalu tersenyum. Gara menikmati setiap arti senyuman itu sampai ia benar benar harus pergi.

"Al, tunggu di sini, aku akan kembali" gara melepas tangannya lalu memegang bahu Alaska untuk menenangkan nya. Setidaknya ia harus ada di samping Alaska sampai nanti.

Kini Alaska sendirian menunggu gara, gara telah pergi jauh tanpa alasan dan dia berkata akan kembali. Alaska tak mau menunggu lama sehingga ia kembali berjalan sendirian di koridor sambil tersenyum aneh.

-+- -+-

"MASUK..!!!.." 

Kayla terbang membanting meja dan kursi yang ada di sana. Nafasnya tersengal kala dengan tatapan nyalang fagan hampir membunuhnya juga.

"BEDEBAH! SIALAN.. KAU SUDAH GILA KAYLA..!!!!" 

Fagan memperlakukan nya tak manusiawi. Bagi nya kelakuan Kayla telah sampai pada batasnya bahkan telah melewati nya. Kayla sudah benar benar gila. 

Teman temannya berdiri dengan kaki gemetaran saat melihat fagan mengguncang guncang tubuh Kayla.

"Kak! Kakak!.." Kayla meringis,

cengkeraman fagan terlalu kuat. Sakit sekali

"Kau pantas merasakan nya! ANJ**G!" 

"Lepaskan! Kak fagan!!!" Kayla menjerit. Lengannya merah oleh tangan fagan.

"Aaaahhh sakit kak!" Kayla tak mampu mengangkat bobot tubuhnya. 

"Sekarang juga kau akan di kejar kejar polisi! BEGO! Kenapa kau tidak menggunakan otak mu ha!" Teriak fagan didepan wajah Kayla. 

"Mereka mati! Mereka mati! Mereka mati!" Kata kata itu terus fagan ulangi sampai telinga Kayla panas. 

"Lepas!! Kenapa memangnya kalau aku di kejar polisi?? Kau takut? Kau takut aku masuk penjara!!?" 

Kayla balas berteriak. Membuat wajah fagan kembali merah dengan amarahnya.

"Apa peduli mu kak! Kau senang aku sengsara! Apa tidak boleh aku mencari kesenangan sedikit!!!"

Kayla kembali berkata dengan lengkingan suara bak petir menyambar.

"Sayangnya aku tidak dapat mengontrol diri! Harusnya kau sadar kenapa aku begini kak kenapa aku begini!!!"

Mata Kayla merah dan berembun. Wajahnya juga menunjukkan semburat merah dan tubuhnya gemetar. Menahan segala emosi yang tertahan sejak tadi.

"Bukan salahku jika aku dapat membunuh semua orang! Aku hanya ingin mencari kesenangan saja! Kau tidak pernah tahu itu!" Air mata Kayla luruh seketika membuat fagan membeku di tempatnya.

"Minggir!!" Kayla bangkit mendorong tubuh fagan kuat. Sekuat tenaga ia berlari keluar ruangan gelap itu lalu kabur tak tentu arah. 

Sambil kepalanya menoleh sesekali kebelakang siapa tahu fagan mengejar nya.

GEDUBRAK!

Kayla menabrak seseorang. Dia adalah Alaska, dan Kayla yang ingin kembali berlari segera di tahan olehnya. 

"Apa!? Apa maumu!" Terkam Kayla ketika Alaska memegang tangan nya dan menahannya pergi.

"Kayla, ada apa?" Selembut mungkin Alaska menghadapi nya.

"Persetan! Kau tidak usah banyak tanya!" Kayla menghempaskan tubuh Alaska darinya. Alaska mendesis pelan, kemudian menahannya kembali ketika Kayla mau pergi.

"Kau tetap kasar padaku meskipun aku memegang kelemahan mu?" 

Alaska berucap lirih penuh makna. Kayla bingung.

"Lihat ini, Kayla" setelah itu Alaska merogoh kantong celana olahraga nya lalu menunjukkan bukti rekaman video dimana di dalam nya ada Kayla yang sedang mendorong Karina dari atas lantai 5. 

Kayla membola. Bagaimana Alaska bisa mendapatkan video itu. Kayla tak mampu berkata kata dan ia langsung merebut ponsel itu darinya. Namun ia kalah cepat, Alaska kembali menaruhnya di dalam saku lalu tertawa mengejek.

"Kau benar benar- " 

Kayla menjambak rambut Alaska membuat Alaska meringis kesakitan. Di seretnya Alaska menuju ruangan kelas yang sepi di sana. Sambil di guncang guncangkan tubuh kurus itu lalu menghempaskan nya jauh pada benda benda yang ada di dalam kelas itu.

"Kau mengancam ku! Kau berani ya!!!" 

Kayla mencengkeram dagu Alaska kuat sampai bibir Alaska hampir bengkok. Dengan kemarahan nya Kayla menghantamkan satu tinju mengenai wajah Alaska. Alaska lunglai tak dapat melawan sementara tubuhnya terkunci dan tak dapat bergerak. 

Bug, bug ,bug...

Wajahnya berdarah darah, Alaska tergeletak di lantai. Kayla mengeluarkan ponsel yang ada bukti rekaman nya itu lalu melemparnya sampai ponsel itu mati. Kayla tak berhenti sampai disitu, di seretnya juga tubuh Alaska lalu mencekek leher cewek itu sampai menggantung di dinding lalu Kayla menengadah padanya. 

"Kau yang memaksaku untuk membunuhmu juga, jalang!!" Pekik Kayla. Tiba tiba...

Blam!

Fagan datang lalu menonjok adiknya sendiri dengan satu kepalan tangannya. Tubuh Alaska jatuh ke lantai dan Kayla terhempas ke samping.

"Sekarang kau mau membunuh orang lagi??" 

Geram fagan kemudian mengunci kedua tangan Kayla di belakang.

Ternyata di sana juga ada El yang memang sedari tadi mengikuti kemana Alaska pergi. Namun El berdiri hanya melihat dari ambang pintu sehingga loli dapat menemukan keberadaan kakak disana.

"Hey, sedang apa kak?" Loli menepuk pundak El. Cowok itu hanya memasang wajah datar. Loli melirik keadaan didalam dan alangkah terkejutnya ia melihat Alaska telah babak belur di sana.

"Kak cepat bantu Alaska! Kenapa diam saja!" Loli menarik tangan El agar cowok itu ikut masuk kedalam ruang kelas.

"Alaska, kau oke?" Loli panik, meraba raba tubuh Alaska kemudian beralih menatap kakaknya yang sedang berdiri dengan masa bodoh.

"Gendong dia! Kak kau harus bawa dia ke UKS!" Atas perintah loli, El terpaksa menggendong Alaska lalu membawanya pergi sementara loli harus membantai Kayla dulu.

"Gila! Kayla kau masih saja menjadi perundung ya!" Loli marah, ingin sekali ia Jambak rambut Kayla si mantan wakil nya selama menjadi perundung dulu. Kayla tersenyum sinis menatap loli kemudian kembali meringis sakit. 

"Apa yang kau lakukan pada temanku barusan akan aku balas saat ini juga...!!!" Loli hendak melayangkan satu pukulan pada Kayla namun tindakan nya itu segera di tandas oleh fagan. Tatapan mereka beradu cukup lama, fagan menatap loli seakan penuh permusuhan. Fagan menghempas lengan mulus loli kemudian beranjak dari sana sambil membawa Kayla di tangan kanannya.

Loli termangu beberapa saat. Cowok yang ia kagumi, baru saja membela orang yang jelas jelas SALAH!. 

//0// //0//

Cewek itu seperti tengah melayang di udara begitu melihat wajah tampan El saat membuka matanya. Walau sedang babak belur begini, Alaska masih saja sempat mengagumi ketampanan dan betapa kharismatik nya seorang El Karan Johanviera. Tarikan senyum terukir cukup singkat bagi waktu. Bisa di bilang Alaska sangat senang saat itu.

El membawa tubuh Alaska yang lemah tak berdaya kedalam ruangan UKS yang cukup besar dan mewah layaknya rumah sakit umum. ruangan itu luas dan udaranya sejuk. Saat Alaska di bawa masuk oleh El, ia langsung dapat merasakan kesejukan menerpa kulit nya.

El menaruh tubuh itu diatas sebuah brankar yang tersedia dalam satu kamar. Dibaringkannya cukup kasar lalu beralih meninggalkan nya sendirian. 

El berhenti di pintu, berbalik untuk melihat Alaska sekilas. Ia tidak punya rasa kasihan sama sekali, namun bayang bayang gadis itu masih menghantui sejak ia mengikuti nya ke ruang kelas yang sepi.

"Jika kau punya masalah dengan orang orang itu, berhentilah menjadi teman adikku, aku tidak mau mahluk seperti mu dapat membawa petaka bagi nya. Kau bisa melihat bagaimana adikku sangat perhatian kan padamu..." 

Setelah berkata demikian, El benar benar pergi dari sana. Ia yakin meski cewek itu terbaring lemah tetapi masih bisa mendengarkan perkataan nya sehingga Alaska harus camkan baik-baik maksudnya.

El berpapasan dengan loli yang baru datang dengan nafas tersengal-sengal. Nampaknya adik kesayangannya itu sangat peduli pada teman atau bisa di sebut babu nya itu. Entahlah, El tidak mau memikirkan nya.

"Bagaimana kondisinya?" 

"Lihat saja sendiri" 

"Tunggu!" 

Loli menatapnya menunggu cowok ber-rahang tegas itu berbicara

"Mau kemana?" Tanya El

"Aku mau masuk, mau lihat keadaan Alaska" 

"Aku ikut, tapi setelah itu, kau harus kembali ke kelasmu dan ambil barang barang mu lalu kita pulang!" Tegas El.

El aneh! Pikir loli. Ia segera masuk kekamar Alaska lalu mengecek keadaan cewek itu.

"Apa ini punyamu?" Loli menunjukkan ponsel nya yang retak. Alaska mengangguk.

"Baiklah, simpan ini baik baik!" Loli menyelipkan benda itu kedalam saku celana olahraga Alaska lalu menatapnya iba. Kejadian tadi membuatnya kembali teringat peristiwa 1 tahun yang lalu. Dimana ia masih berstatus murid perundung paling jahat saat itu, beranggotakan Kayla dan teman temannya yang selalu setia mengikuti setiap langkah nya dan perbuatannya untuk menghakimi orang orang tak bersalah. Loli memanglah seorang mantan perundung. Ia kembali ke jalan yang benar setelah suatu peristiwa terjadi menimpa dirinya. Dimana kakak laki laki dari siswi yang dirundung nya di sekolah datang menghampiri di parkiran belakang sekolah yang memang telah sepi. Yang lain sudah pulang, menyisakan Kayla dan loli disana. Kakak laki laki berandal yang punya banyak catatan kriminal. Mengatahui adiknya di rundung dan di lukai, pria itu membalaskan dendam adiknya dengan cara ingin membunuh loli, karena loli sendiri sudah banyak kali menyakiti adiknya. 

Loli Hampir mati dibuatnya, namun Kayla malah diam tak berkutik karena takut di apa apakan juga oleh si berandal. Kayla malah membiarkan loli di sakiti dan hampir di perkoss oleh si berandal yang ingin balas dendam. Kayla takut dan kabur sementara loli berteriak padanya untuk meminta pertolongan.

HACEMMMM!!! 

El bersin, di ambang pintu cowok itu memerhatikan mereka sambil bersandar.

Loli melirik ya sejenak lalu kembali pada Alaska.

"Aku butuh dokter..." Lirih Alaska membuat loli seketika kalang kabut.

"Ohhh iya! Kak! Cepat panggilkan perawat! Alaska harus di obati sekarang juga!" Loli berteriak pada El.

Beberapa hari kemudian, Alaska mulai membaik kondisinya. Loli jadi sering bermain bersama dengan Alaska sambil bercurhat. Sementara Meera? Dia menghilang entah kemana. Cewek itu bermain bersama teman teman sosialita nya yang lebih akrab dengannya. Loli dan Meera memang bersahabat, atau entahlah... Loli sering di tinggal sendirian ketika Meera menemukan teman temannya yang lebih paham tentang kehidupan Maya mereka.

El jenuh ketika dua cewek kurang kerjaan itu sering dibawa kerumah. Loli lah yang mengajak Alaska ikut kerumah untuk dijadikan teman curhat bukan lagi babu.

"Wahh, kakak mu juga suka bermain musik?" Alaska di boyong masuk ke kamar loli setelah asik memerhatikan benda benda keren yang dapat mengeluarkan bunyi musik itu di atas altar. Kekaguman nya semakin menjadi jadi membayangkan El bernyanyi sambil memainkan musik dengan alat alat itu.

Mulai dari gitar, drum,piano,dan lain lain. Apa salah jika aku semakin menyukai nya?

"Dia memang penyuka musik! Sudah banyak lagu lagu yang ia buat dan ia nyanyikan bersama teman teman se gank nya"

Cewek tinggi itu melewati Alaska dengan tumpukan buku buku usang di tangannya. 

Begitu terus sampai buku buku yang bertumpuk di pojok ruangan habis di rapikan dalam satu lemari khusus buku.

"Loli, boleh aku tahu sedikit tentang kakakmu?" Alaska bertanya. Loli mengangguk kini menggandeng tangan Alaska menyeretnya keluar kamar.

"Mau tahu dia dari mananya dulu?" Tanya loli

"Apa saja yang istimewa dari El?" 

"Istimewa? Heuh, aku tidak tahu apanya yang istimewa. Sebaiknya kau telusuri sendiri pertanyaan mu itu!" Loli jengah.

"Bagaimana dengan itu?" Alaska menunjuk ruangan terbuka yang di penuhi dengan alat musik nya El. Sejak pertama kali memasuki rumah besarnya loli ia langsung terkagum sekaligus tertarik dengan benda benda itu.

"Dari tadi ku lihat... Kau selalu memperhatikan alat alat musik itu, deh" telisik loli dengan mata memicing.

"Ah, kau tau itu!" Alaska mengedip sebelah mata sambil menyunggingkan senyum.

"Aku dan El suka bermain alat musik sejak kami kecil, aku selalu menyanyikan lagu lagu yang di buatnya dan dia yang memainkan alat musik bersama teman temannya. Kau tau tidak, kami juga sudah pernah mengadakan konser di berbagai daerah di kota ini loh, hanya karena gabut!" 

Alaska menganga, dia terkejut dengan pernyataan loli.

"Jadi,.... Gabutnya orang kaya dengan mengadakan konser solo?" Ledek Alaska segera di sambut dengan senyum salting dari loli 

",Hey,, kau sendiri suka bernyanyi dan bermain musik?" Tanya loli.

"Iya, aku suka bernyanyi, dulu.. aku sering bernyanyi dengan kedua kakakku, dan diantara mereka berdua, cuma aku yang bisa bernyanyi dengan suara bagus!" Alaska berucap ria. Bangga dengan pengakuan nya sendiri.

"Benarkah? Boleh aku dengar?" Loli memancing cewek itu. Karena suasana rumah sedang sepi, apalagi kedua orang tua nya yang super sibuk itu jarang di rumah. Pokoknya hari ini, mereka berdua akan menghabiskan waktu bersama.

"Baiklah!" Alaska berdiri tegap dengan mantap menaiki altar lalu berdiri di depan microfon. 

Gadis tinggi dengan croptop yang di kenakan nya maju ke altar sambil mengikat rambutnya jadi satu.

"Kau mau main piano?" Alaska tidak percaya saat loli sudah duduk berhadapan dengan pianonya. Oke sudah Alaska putuskan untuk menyanyikan lagu apa.

"Jangan remehkan aku!" Loli menyeringai kemudian menarikan jemarinya diatas benda putih dan hitam itu dari ujung sampai ujung. Terdengar seperti sudah pro.

"Lagu apa?" 

"Kau tahu, band favorit ku! Vierra! Rasa ini" imbuh Alaska pada loli disamping nya.

"Okey, jangan gugup ya!" Celetuk loli menggoda Alaska yang tengah berdiri menghadap mic.

El telah pulang, dengan keringat membasahi Jersey basketnya. El memang tampan dalam keadaan apapun. Benar benar keren.

"Kak! Kakak!" Loli berdiri buru buru beranjak dari duduknya lalu menarik El yang sedang menatapnya intens dengan lekuk wajah tegas.

"Apasih, aku bau!" El menghindar ketika loli menarik narik lengannya memaksanya ikut 

"Aku mau mandi dulu, loli, lepas!" El tetap tidak mau. Namun, loli tetap saja memaksanya ikut.

"Kak! Tidak perlu, tidak lama juga kok" 

"Memangnya mau apa, kenapa?" 

"Kau harus dengar lagu ini!, Awas sampai menganga!" Ucap loli melepas tangannya.

El melirik kearah Alaska ketika itupun Alaska berubah canggung dan gugup melanda.

El begitu dingin dan cuek.

Sebenarnya El tidak suka ketika tempat favoritnya di hinggapi mahluk sial seperti Alaska. Entah kenapa dia berpikir seperti itu.

El dan loli mendekat kearah altar, loli kembali ke atas altar menyambar sebuah gitar kebanggaan kakaknya itu lalu menyerahkan nya pada El yang duduk di sandaran sofa.

"Mainkan ini kak," gila, loli ini kenapa. Pikir El

El gerah, kesal juga. Ia peluk gitar itu seperti akan memainkan nya. Didepan nya juga Alaska berdiri menggenggam tiang penyangga mic menelan ludah paksa.

"Oiyoi! Mau latihan? Kok gak kabarin grup?" Galang muncul, dia adalah drumer di band dan dia juga besto friendo nya El. Sama seperti sebelumnya, loli langsung menyeret cowok jangkung yang tengah berkeringat habis ngebasket.

"Fuiyuhh, ada cewek cantik," Galang menyelip antara loli dan Alaska agar ia dapat berada dekat dengan cewek itu. Dasar Galang, lihat yang bening langsung gesit. Cowok itu pun terduduk di depan drum dan siap bermain.

"Mainkan!!!" Seru loli memberi kode. 

Gadis itu mulai menarikan tarian jari diatas piano, 🎹 membuka prolog sebuah kisah dalam lagu. 

ku tak percaya...

kau ada di sini...

menemaniku disaat dia pergi ..

sungguh bahagia kau ada di sini...

mengahapus semua sakit yang kurasa...

Mendengar suara Alaska yang lembut dan syahdu tiba tiba membuat El membola tak percaya. Sungguh suara yang ia cari cari selama ini untuk ia jadikan sebagai vokal utama dalam band nya. 

Dengan sendirinya dan semangat yang membara, El mulai memetik tiap senar yang mengeluarkan suara musik khas gitar....

mungkinkah kau merasakan..semua yang ku pasrahkan..

kenanglah...kasih...

ku suka dirinya, mungkin aku sayang..namun apakah mungkin kau menjadi milikku 

Kau pernah menjadi, menjadi miliknya..

Namun, salahkah aku bila ku pendam rasa ini..

🎶

Na-na-na,na-na-na

Na-na-na-na-na, na-na-na 

Mungkinkah kau merasakan semua yang ku pasrahkan..

Kenanglah...kasih...

Ku suka dirinya mungkin aku sayang...

Namun apakah mungkin kau menjadi milikku,. Kau pernah menjadi...menjadi miliknya namun salahkah aku bila ku pendam rasa ini...

Ha-haa...ha-ha..

🎶

Kusuka dirinya mungkin aku sayang...

Namun apakah mungkin kau menjadi milikku?, 

Kau pernah menjadi, menjadi miliknya...

Namun salahkah aku bila ku pendam rasa ini..? 

...

El melepas gitarnya, menatap penuh kagum pada Alaska meski tidak begitu kentara. Ia yakin jika Alaska bergabung maka band nya akan semakin lengkap dan bermakna. 

"Ouh my God! Gila! Alaska kau.." loli memeluk Alaska kuat. Ia baru tau Alaska pandai bernyanyi dan suaranya sangat bagus dan benar benar merdu.

"Kau keren, Al!" Loli mengacung jempol.

"Makasih" senyum nya terulum. Cukup manis.

"Kau lihat kak? Alaska sangat keren dalam bernyanyi! Dia pantas bergabung dalam band kita kak!" Seru loli membuat Alaska tertegun. Bergabung dalam band? Yang benar saja.

El tampak berpikir sejenak, sambil melirik Alaska sesekali yang tengah malu malu sambil menundukkan kepala.

"Kak! Hey!" Loli menanyakan pendapat El.

"Bro! Bukankah suara itu yang selama ini kita cari? Kenapa tidak ajak dia bergabung? Setidaknya lebih bagus dari pada loli!" Celetuk Galang menepuk pundak El. Gadis itu meliriknya tajam, tapi ada benarnya juga perkataan Galang meski terdengar menjengkelkan.

"Hmmph" El menarik nafas panjang. Dilihat nya sekali lagi kedua wajah antusias teman dan adiknya itu. Baiklah, bukan ia yang minta.. 

Dasar gengsian..

El berjalan mendekat dengan Jersey navy nya yang sudah mengering di badan. Ia mendekat pada Alaska lalu mengulur tangan dengan angkuh.

Alaska mendongak melihat uluran tangan kekar berurat itu. Sejenak melihat pada loli lalu dengan sedikit ragu menerima tangan El.

"Kau bersedia bergabung di band kami? Band kita!" Ucap El mantap.

"Ya.." jawab Alaska pelan. Loli dan Galang Toss untuk memenangkan apa yang baru saja terjadi. Yah, Alaska resmi bergabung dalam band musik mereka. 

...