Tidak harus ia mengerti! Cukup aku saja. Aku akan terus dalam posisiku, tak akan mencoba merubah segalanya. Karena aku memang tidak bisa mendahului takdir tuhan untuk masalah ini: hati.
Tidak perlu ia memahami! Cukup aku saja. Aku masih terus berusaha agar perasaan ini tidak muncul di permukaan.
Di luar, gerimis membalut kota ini sejak pagi. Malas dan enggan. Aku harus bergegas menuju kedai yang terletak jauh dari rumah. Aktivitas yang telah aku jalani selam tiga tahun, selama itu aku harus berusaha untuk menahan kemauan hati untuk sekadar menyapa 'hai'.
"Kau datang terlambat lagi, Tania." wanita berusia setengah abad itu menegurku. Aku menunduk.
"Cepat masuk! Atau …" kalimat menggantung, aku menghela nafas.
"Baik, saya akan masuk." ucapku kemudian menuju meja kasir, tempatku mencari recehan uang untuk bertahan hidup.
Wanita bossy itu kembali ke ruangannya. Aku menghela nafas panjang, melirik jam. Dua jam lagi ia akan datang. Memesan makan siang.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com