webnovel

sahabatku semangat hidupku

Sejak kekasihnya mati dalam kecelakaan, Olivia hidup bagaikan tanpa jiwa. Rasa sakit dan penyesalan selalu menghantuinya setiap saat. Hingga pada suatu hari seorang pemuda datang dalam hidupnya, mengisi hari-harinya yang kosong menjadi penuh warna. Dia menjadi teman sekaligus sahabat terbaiknya yang selalu menjadi penyemangat hidupnya. Tanpa Olivia sadari ternyata dia sudah terlalu bergantung pada sahabatnya, dan tak bisa hidup tanpanya, sedangkan dia sendiri tidak tahu bagaimana perasaan sahabatnya itu terhadapnya.

salsa_billa · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
11 Chs

keindahan

Mobil terus melaju menembus kesibukan jalan raya, karena itu sore hari bertepatan dengan waktu orang pulang kerja jadi jalanan ramai oleh kendaraan, tapi tak cukup ramai untuk menyebabkan kemacetan.

Setelah kejadian di depan mini market, Olive cukup pendiam dan tidak lagi antusias seperti sedia kala, seolah kejadian saat berangkat tadi tidak pernah ada.

Dia hanya duduk diam bersandar sambil memandang keluar kaca jendela, seperti orang yang sedang menikmati pemandangan, tapi semua orang didalam mobil tahu kalau sebenarnya Olive sedang sibuk dengan fikirannya sendiri. Dia sedang melamun.

Olive sedang bertarung dengan pikirannya sendiri. "Sebenarnya yang aku lihat tadi benar Aldi atau bukan? atau jangan-jangan aku sudah mulai gila. Perasaanku mengatakan kalau itu memang benar dia, mungkinkah dia hanya ingin mengucapkan selamat tinggal padaku?".

Empat puluh menit kemudian mobil berbelok ke sebuah jalan kecil didekat persimpangan, rumah-rumah yang bergaya sama berjejer dikanan dan kiri jalan. Tempat itu adalah sebuah perumahan untuk para pekerja kantoran, tapi keluarga Olive bukan tinggal diperumahan tersebut melainkan di tempat yang tidak jauh dari sana.

Lima menit setelah melewati area perumahan akhirnya mereka sampai dijalan yang lebih kecil, setelah berbelok kemudian kendaraan mereka berhenti disebuah rumah yang dicat warna kuning. Rumah ini tidak terlalu besar tapi terlihat rapi dan bersih, halaman rumah juga tidak terlalu luas tapi disana terdapat macam-macam bunga yang ditanam sehingga membuat suasana rumah menjadi segar.

Ayah dan ibu Olive turun lebih dahulu lalu membuka bagasi untuk mengeluarkan semua barang-barang. Gadis itu masih saja duduk di posisi yang sama seperti sebelumnya sepertinya dia tidak punya keinginan untuk turun.

Bagas menepuk pundaknya, gadis itu sedikit kaget dan menoleh.

"Ayo turun, kita sudah sampai" ucapnya pelan.

Bagas kemudian turun dari mobil lebih dahulu. Begitu Bagas turun dia disambut oleh dua pemuda, dua orang ini adalah tetangga sekaligus teman mainnya Bagas. Mereka mendengar dari Bagas kalau dia akan pulang hari ini, jadi begitu melihat sebuah mobil berhenti didepan rumah Bagas mereka bergegas datang menghampiri.

Mereka penasaran alasan temannya itu terlalu lama tinggal dirumah neneknya, biasanya setiap kali pergi kesana paling lama Bagas akan menginap selama tiga hari, tapi entah kenapa kali ini dia harus tinggal selama satu minggu.

"Hei.. pulang juga kamu Gas, lama banget sih perginya. Kita kira kamu masih betah disana" kata seorang pemuda kurus.

Bagas datang menghampiri kedua temannya.

"Emang nya kenapa?, enggak ada aku enggak rame kan?" katanya menyombongkan diri.

"Cih, PD amat sih" kata pemuda yang lebih gemuk.

" Bukan begitu, kerjaan dibengkel sudah numpuk tuh. Para pelanggan sudah pada protes motor mereka enggak beres-beres"

"Memangnya pegawai bengkel cuma ada satu, kan banyak suruh saja mereka benerin" Bagas merasa kesal.

"Kamu kan tau kalau mereka itu pelanggan setia kamu, mereka enggak mau motor mereka dipegang sama yang lain, malah jadi lebih rusak katanya" kata pemuda kurus.

"Halah.... alasan, bilang saja kalau mereka kerjanya cuma malas-malasan"

Bengkel yang dimaksud mereka adalah bengkel tempat Bagas bekerja sekarang, sejak lulus SMK pemuda itu memang langsung bekerja dibengkel, tadinya hanya dibengkel dekat rumah tapi karena pekerjaannya yang bagus kemudian dia ditawari bekerja di bengkel yang lebih besar yang dia tempati sekarang. Karena masalah adiknya kemarin terpaksa Bagas meminta cuti selama seminggu kepada bosnya.

Saat mereka mengobrol, Olive turun dengan malas dari mobil sambil membawa ransel sekolahnya. Ketika kedua teman Bagas melihat Olive, mereka tertegun dan terdiam.

Seolah belum pernah melihat seorang gadis mereka memandang Olive. Wajah yang cantik seperti selebritis, kulit putih dan halus seperti tak bercela, tubuh tinggi dan langsing yang cocok memakai jenis pakaian apa saja, keseluruhan penampilan Olive bagaikan seorang model dimata mereka. Bahkan dengan rambut yang sedikit acak-acakannya malah menambah kesan alami baginya.

"Bidadari yang turun dari mobil, siapa dia Bro?" tanya pemuda yang lebih gemuk.

Ketika temannya masih bertanya pemuda yang lebih kurus mendekati Olive.

"Halo cantik boleh kenalan enggak?, kenalin nama saya Jonny" pemuda itu mengulurkan tangannya, tapi Olive mengabaikannya.

"Jonny?, bukannya namamu Jono, sejak kapan kamu ganti nama Bro, kok aku enggak tau?" kata Bagas tiba-tiba dari belakangnya, seolah tidak rela adiknya digoda.

Jono kesal mendengar perkataan Bagas. "Sial! bisa enggak sih jangan menjatuhkan martabatku didepan gadis cantik?"

Pemuda yang lebih gemuk tertawa. "Mangkanya jangan suka ganti nama sembarangan, kalau sudah Jono ya Jono aja. Kayak aku nih, nama aku Dito tapi aku enggak malu"

"Sialan, ngejek namaku lu"

Sementara itu Olive yang jadi penyebab pertengkaran mengabaikan semua yang terjadi dihadapannya. Masih dengan langkah malas dia berjalan masuk ke dalam rumah, seolah dia tidak melihat apa pun juga.

Melihat Olive mengabaikan mereka, Jono dan Dito melongo. Bagas tertawa melihat kedua temannya yang sedang bengong.

"Sudah, jangan ganggu adikku. Dia sedang tidak mood sekarang, sebaiknya ayo kita pergi beli kopi saja" kata Bagas sambil mendorong punggung kedua temannya.

"Jadi kamu beneran punya adik perempuan, Bro?"

"Keindahan tadi adikmu, Gas?"

"Jadi dari kemarin kalian masih belum percaya kalau aku punya adik perempuan? sialan kalian" Bagas agak kesal karena dianggap berbohong. Dia mengangkat tinjunya kepada kedua temannya yang sudah berlari.

Ibu Olive menunjukkan kamar yang akan ditempati Olive. Kamar ini memang sudah dipersiapkan sejak lama untuk puteri mereka, tapi karena gadis itu tidak mau pulang untuk sementara kamar itu dirubah menjadi ruangan untuk menyetrika pakaian.

Begitu Olive setuju untuk pindah kemarin, ayah dan ibunya bergegas pulang kerumah lebih dulu untuk merapikan ruangan ini agar sesuai untuk Olive. Mereka bahkan menyewa tukang untuk merubah ruangan ini menjadi kamar yang nyaman.

Sebenarnya kamarnya dirumah ini jauh lebih bagus dan nyaman dari pada kamar yang dia punya dirumah neneknya, tapi bagi Olive yang pada saat ini sedang sedih semuanya tampak suram.

Olive duduk dikursi yang menghadap kejendela, sambil bersandar kedinding matanya dengan kosong menatap kehalaman. Dirinya sedang malas dan tidak berminat untuk melihat-lihat suasana kamarnya, apalagi mengatur semua barang-barangnya dilemari. Dirinya membiarkan semua kardus dan tas yang berisi semua barangnya tergeletak begitu saja dilantai kamar.

Ibunya yang masuk kedalam kamar Olive beberapa saat kemudian, memperhatikan kalau anaknya masih duduk ditempat yang sama sejak dia datang pertama kali.

"Olive, kamu tidak mau membereskan pakaianmu dulu kedalam lemari?" tanya wanita itu.

"Iya, nanti akan aku bereskan sendiri" jawab gadis itu malas.

Wanita itu tahu kalau Olive tidak berniat untuk membereskan barang-barangnya, jadi dia akhirnya memutuskan kalau dia yang akan membantu memasukkan semua barang Olive kedalam lemari.