"Kriiing,"
Suara alarm jam di kamar ku itu sangat mengganggu tidurku. Sudah berkali-kali Aku matikan namun tetap saja ia berbunyi sampai membuat kuping ku terasa budeg.
Setelah merasa lelah mematikan nya ku lirik jam dan ternyata.
"Oh tidaaak,"
Jam sudah menunjuk kan pukul 06.30, dan Aku baru bangun sekolah.
"Bibik....," teriak ku lalu ku ambil baju sekolah ku dan kedua pembantuku pun sampai membantuku menyiapkan buku sekolah ku dan yang satunya sedang menyuapi sarapan pagi untuk ku.
"Ayo Bik cepat, Aku telat nih," desak ku sambil memakai kaus kaki.
Setelah selesai bersiap-siap maka langsung Aku panggil Pak Eko sebagai supir pribadi ku untuk mengantarkan ke sekolah.
"Pak Ekoo," teriakan maut ku sampai membuat nya terkejut.
"Iya Neng," sahut Pak Eko yang langsung meloncat dari tempat duduk nya.
"Ayo antar Aku ke sekolah, cepetan Pak, keburu telat Aku nanti," ketus ku dengan sinis.
Namaku adalah Valen Sanjaya, panggil saja Aku dengan sebutan Valen, karena Sanjaya adalah nama marga dari Papa ku. Usia ku kini 17 tahun.
Beruntungnya Aku terlahir dari keluarga yang kaya raya, Dan Aku hanyalah anak tunggal. Jadi apapun yang Aku mau pasti akan selalu di turuti.
Aku memiliki paras yang cantik, dan asyik, sehingga semua murid cewek di sekolah pun selalu ingin menjadi teman ku. Bisa di katakan Aku adalah primadonanya sekolah Cipta Bangsa, karena dengan tinggi tubuh ku 145 cm dan rambut panjang ku membuat semua nya merasa jatuh cinta saat pertama kali melihat ku. Begitu pun buat semu cowok yang melihat ku, Aku yakin mereka pasti akan langsung jatuh cinta kepadaku.
"Pak .. Pak ... Pak," teriakan maut ku keluar ketika pak satpam akan menutup gerbang sekolah.
"Ada apa lagi?"
"Haduh Pak please bukakan pintunya dong, Saya mau masuk dulu," pinta ku dengan wajah melas, Namun Pak Satpam yang sangat jujur itu tidak bisa di nego, ia malah pergi meninggalkan ku begitu saja.
"Hufh ... ngeselin banget sih Kamu pak, awas ya Gue tandain Bapak kalau punya anak laki-laki bakal klepek-klepek ngejar-ngejar saya nanti,"
Bukan Valen namanya kalau sampai kehabisan akal. Tidak bisa masuk lewat gerbang maka Aku mencari jalan lain yang biasa di pakai buat jalan pintas buat para murid yang bandel saat akan membolos.
"Huh ... terpaksa deh harus naik Lewat sini, untung aja Aku bisa manjat walau nggak terlalu ahli," ujar ku yang masih kesal dengan pak satpam.
Mulailah Aku memanjat pohon yang lumayan tinggi itu, namun belum manjat, Kau lebih dulu melempar sepatu dan tas ku ke dalam pagar, supaya Aku bisa lebih mudah untuk memanjatnya.
"Valen? Kamu ngapain lewat sini? Kamu telat ya?" ujar Alexa cowok cakep yang menjadi idaman setiap murid cewek.
Aku pun merasa malu karena ketahuan harus manjat-manjat lewat jalan pintas itu, karena jujur ini adalah pengalaman pertamaku.
"Humb ... ayo Aku bantu kalau memang mau masuk," Alexa menawarkan diri.
"Nggak usah, Nggak perlu bantuan mu, Aku bisa sendiri," ketus ku.
'Haduh ... ngapain sih harus bertemu dengan si Alexa, kan jadi malu ketahuan kalau Aku telat, huh, semua ini gara-gara Kamu Roy, Kamu ngajakin Aku ngedate sampai larut malam sampai Aku harus telat bangun nih' batin ku dengan kesal.
Aku bersuaha sebisa mungkin untuk segera naik dan kemudian meloncat ke dalam, dan kali ini usahaku berhasil, Aku bisa masuk ke dalam area sekolah meski harus dengan cara yang salah.
Langkah ku selalu menjadi perhatian setiap siswa yang sedang nongkrong di pinggir-pinggir kelas, mereka semua sepertinya terpesona akan kecantikan ku.
"Hey Valen," panggil si nenek lampir yang hidupnya selalu iri dengan apa yang Aku punya, sebut saja nama nya Celine. Satu-satunya Murid cewek yang selalu iri dengan apa yang Aku miliki.
Mendengar Celine memanggilku dengan suara yang kasar, maka Aku pun berhenti, karena merasa geram lama-lama dengan nya.
"Wah ... si cewek cantik yang katanya primadona sekolah? Huh, selama ada Gue, elo nggak akan pernah menjadi satu-satunya cewek yang tercantik di sekolah ini ya," gerutu Celine.
Namun Aku tetap berusaha santai, karena Aku berfikir kalau Celine bukanlah levelku.
"Hai Sayang," panggil Roy.
Dia adalah ketua anggota basket, parasnya yang tampan membuat ku tertarik ingin mengenalnya, selain itu juga dia adalah pewaris tunggal dari seorang pemegang saham terbesar sekolah ini, jadi bukan hanya tampan, namun Dia juga tajir melintir, Sebut saja Dia kekasihku. Semalam Kita baru saja jadian sampai membuat ku harus bangun kesiangan.
Aku selalu membayangkan jika nanti Aku memiliki anak bersama Dia sudah pasti anak Kita akan sangat bahagia terlahir dari keluarga yang tajir dua-duanya.
Haha ... bukan bermaksud sombong sih.
"Ha? Sayang? Roy Kamu panggil Dia sayang? Nggak salah?" sahut Celine yang tampak tidak terima karena Aku lebih dulu dari Dia untuk mendapatkan Roy.
"Iya, memangnya kenapa? Aku sama Valen memang sudah jadian," jawab Roy dengan PD nya.
"Humb ... bagaimana? Kamu dengan sendiri kan apa yang dikatakan Roy? Bahwa Kita berdua sudah jadian, jadi lebih baik mulai sekarang Kamu jangan pernah berharap lagi sama Roy," ejek ku dengan puas karena bisa membuat Celine benar-benar berada di level bawah ku.
"Ih ... Lihat aja, nanti kalau Roy sadar, Dia pasti akan langsung ninggalin Kamu kok, Aku akan pastikan itu," ucap Celine dengan ekspresi mengejek Valen.
"Sayang, Aku mau latihan dulu ya, Kamu nonton ya, karena Aku pasti akan semangat kalau ada Kamu," ujar Roy dengan menatap ku penuh cinta.
Perlakuan Roy yang romantis di hadapan Celine itu semakin membuatnya kesal dengan ku.
"Ih ... jijik banget sih lihat nya," ketus Celine lalu pergi begitu saja.
Melihat sikap Celine yang jeloes dengan kedekatan ku dengan Roy membuat ku merasa puas, karena akhirnya Celine sadar bahwa tdiak akan ada yang bisa menyaingi si Valen wanita paling cantik di sekolah Cipta Bangsa ini.
"Aku ke lapangan ya Sayang, Kamu selamat belajar aja," ujar Roy lalu meninggalkan ku sembari melambaikan tangan.
Aku pun tersenyum dengan manis dan membalas lambaian tangan Roy.
"Hai Valen," sapa setiap cowok yang lewat di hadapan ku.
"Valen," teriak Ratu teman solid ku.
"Humb ... kebiasaan deh pakai teriak-teriak segala," gumam ku karena lama-lama risih mendengarkan teriakan nya yang merusak Gending telingaku.
"Aku sudah dengar dari anak-anak loh, Kamu udah jadian ya sama Roy? Cie cie, selamat ya, Aku ikut seneng loh dengarnya,"
"Syuut, jangan keras-keras juga lah, nanti malah semua nya tahu," ucap ku sambil melototinya.
"Lih kenapa memang nya Valen, bagus dong kalau,"
"Syut, diam! Mending sekarang ikut Aku deh," Aku menutup mulut Ratu yang ember itu, lalu ku tarik Dia masuk ke dalam kelas.