Selepas dari rumah sakit, Mayra meminta untuk menyendiri. Meski, Amara dan Seon khawatir tapi tak bisa mencegah perangai wanita yang sedang berbadan dua itu.
"May, Mama ingin bertanya lebih banyak lagi, tapi karena kamu sedang tidak mood. Kita bicarakan semuanya setelah kamu membaik," kata Amara membelai rambut Mayra.
"Terima kasih, kalian tidak memaksaku untuk berbicara sekarang," ujar Mayra memeluk sang Ibu sembari menangis.
"Jika, kau sudah tenang hubungi salah satu dari kami. Biar, Seon menjemputmu," kata Amara lagi seraya saling melepas pelukan.
Mayra mengangguk dan menghapus air matanya, ia turun di tengah jalan tanpa berkata apapun lagi. Dia begitu rapuh saat ini, kehamilan yang tak terduga setelah perceraiannya membuat ia putus asa sejenak.
Memikirkan nasib anaknya tanpa sosok seorang ayah. Apakah ia harus memberi tahu Nalan perihal kehamilannya?
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com