Setelah Serra memutuskan sambungan telepon secara sepihak karena amarah yang memuncak, Nalan mulai stres memikirkan semuanya. Di saat bersamaan keluarga kakaknya datang, ia tak tahu harus bagaimana membuat Serra mengerti dan membujuknya.
Entah mengapa Nalan merasa, Serra yang dulu telah berubah. Wanita itu semakin emosian dan tak mau tahu, jika dulu sewaktu pacaran dia sangat memahami dirinya bahkan tak sampai berbicara keras apalagi marah.
Dia pun kembali ke ruang tamu, di mana mereka berkumpul. Wajahnya terlibat sedih dan itu sangat susah ia sembunyikan di depan keluarganya.
Hingga matanya melirik ke arah Mayra yang sedang bermain dengan Zena, kejadian tadi membuatnya teringat dan terperanjat. Nalan memperhatikan bibir yang tadi disentuhnya berharap gadis itu tak menyadari perbuatannya yang spontan.
"Kenapa kamu, Nalan?" tanya Nami yang memperhatikan gerak gerik adiknya sejak tadi seperti tak tenang.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com